10. Is This The End?

313 50 0
                                    

Pria jangkung itu perlahan membuka kelopak matanya saat terpapar seberkas cahaya dengan intensitas tinggi. Manik obsidiannya kini terekspos, meski sebagian ia tutupi menggunakan sebelah tangannya akibat terlalu silau.

Bagaimana tidak? Posisinya berbaring dengan wajah langsung menghadap langit.








.
.
.

Wei's POV

Ugh.. Silau

Tunggu..

Apa ini? Pemandangan di samping kiriku adalah..

Kancing baju? Perut? Apakah aku tidur di atas pangkuan seseorang?

Siapa?

"Selamat pagi" Tubuhku terlonjak kaget. Rasanya jantungku melompat keluar saat suara manis itu menyapa gendang telinga--ditengah gemerisik suara rerumputan-- dibonusi dengan wajahnya yang amat dekat.

"Pa-pagi.." Balasku grogi.

Wajahnya terlihat begitu dekat. Meskipun backlight namun senyum cerahnya masih bisa kulihat. Kubalas senyum itu dengan agak canggung.

Jelas saja, karena baru kusadari satu hal;

Aku tidur di atas paha Wooshin, di atas rerumputan.

Apa sih yang kulakukan? Baiklah daripada semakin tidak jelas aku mencoba untuk bangki--

Tap

Keningku dipukul pelan oleh Wooshin. Tidak sakit, sih. Tapi cukup membuatku untuk batal beranjak dan kepalaku kembali mendarat di tempat sebelumnya.

"Jangan kemana-mana. Disini saja"

Jujur, posisi ini begitu canggung. Apa yang sebenarnya dipikirkan Wooshin, sih?

"Maksudnya?"

"Aku memang tidak akan kemana-mana, kok. Biarkan aku duduk"

"Tidak, tidak! Sudah begini saja, aku tidak mau kau melihat wajahku"

Huh? Kenapa? Padahal dari sini pun wajahnya masih bisa terlihat, naif sekali.

"Apa kau tak pegal?"

"Um..tidak"

"Lalu, apa yang sedang kau lakukan?"

Butuh beberapa detik sebelum Wooshin akhirnya menjawab.

"Rahasia"

Baiklah, kalau sudah begini artinya Wooshin memang tidak mau diganggu dengan pertanyaan lainnya. Jadi, aku memilih untuk diam dan menatap langit biru yang membentang beserta gumpalan awan putih yang menghiasinya. Di sudut mataku masih bisa tertangkap rimbunan pohon hijau, serta mendengar gemerisiknya dedaunan dan merasakan angin sepoi yang berhembus, menikmati segala ketenangan ini.

Aku kenal tempat ini.

Tempat dimana aku dan Wooshin pertama kali bertemu.

Beberapa memori rasanya berlomba-lomba melesak masuk dalam otak, seolah memintaku untuk mengingatnya satu-persatu.

Proses mengingatku mendadak terdistraksi saat Wooshin membuka suara.

"Maaf Wei, aku tidak bisa mengutarakan perasaanku dengan jelas"

Apa ini? Apakah ini tentang semalam?

Atensiku kuberikan pada Wooshin yang malah menatap lurus ke depan sehingga aku hanya bisa melihat dagunya saja.

My Shooting Star [Weishin][✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang