03.

78 14 4
                                    

🌼 Prolog

Di tengah sinar bulan purnama, sebuah kaki perempuan lari tergesa-gesa menelusuri jalan yang berada di hutan. Wanita, yang tidak lain Arimbi tampak begitu cemas sambil melihat ke arah belakang, di tengah larinya.

"Berhentilah lari, Arimbi.. aku tidak akan menyakitimu." Teriak sosok pria, yang tampak menghentikan larinya

Tanpa henti, Arimbi terus berlari. Hingga di tengah larinya, kaki Arimbi terhenti tepat di tebing jurang. Terlihat, langkah kaki sosok pria tersebut semakin mendekat.

"Saya, mohon Gusti prabu. Biarkan saya pergi." Ucap Arimbi, berlutut penuh rasa memohon

Jayanegara, tersenyum puas melihat Arimbi penuh permohonan ke arah dirinya, yang tidak bisa berkutik lagi, untuk berlari jauh.

Arimbi, semakin bingung apa dirinya harus lompat dari atas tebing atau menyerahkan diri kepada, Jayanegara.

"Kemari lah, dinda. Aku tidak akan menyakitimu." Ucap Jayanegara mengulurkan telapak tangannya pada Arimbi

"Tidak, Gusti prabu." Tangis Arimbi menggelengkan kepalanya.

"Kemari lah, dinda." Jayanegara, tetap mengulurkan telapak tangannya sambil berjalan mendekati Arimbi.

Arimbi, yang begitu ketakutan terus melangkah mundur untuk menghindari, Jayanegara. Kaki Arimbi, yang tidak seimbang di ujung tebing membuatnya langsung terjatuh.

"Arimbi." Teriak Jayanegara, seketika lari menuju ke tepi tebing.



🌼

Reina, yang tertidur lelap di dalam mobil seketika terbangun. Sangat jelas ekspresi wajah Reina, yang cukup ketakutan dengan nafas tersengal-sengal.

"Kau tidak apa-apa?" Randy, seketika menoleh dengan perasaan khawatir."Kau bermimpi buruk?"

Reina, menghela nafas cukup panjang."Iya, akhir-akhir ini, aku selalu bermimpi aneh."

"Bermimpi aneh?"

"Iya, bukankah sangat aneh jika aku bermimpi diriku berada di era kerajaan Majapahit."

"Mimpi adalah bunga tidur, bukankah keluargamu seorang arkeolog. Mungkin, karena kau terbiasa berbaur dengan cerita sejarah jadi semuanya terbawa mimpi." Jelas, Randy

Reina, kembali menghela nafas cukup panjang. Sesaat Reina, terdiam mengingat mimpi nya baru saja, sangat jelas memperlihatkan wajah Jayanegara.

Sontak saja, Reina langsung berdiri tegak dalam duduk nya, di saat mengingat wajah Jayanegara sangatlah mirip dengan sosok pria yang di temui nya saat pemeriksaan di jalan.

"Kenapa?" Tanya Randy

"Pria tadi." Gumam Reina

"Apa, kau tau sesuatu?" Tanya Gilang, begitu semangat

Tanpa, berpikir panjang lagi. Reina membuka ponsel nya dan mencari sebuah identitas pemilik perusahaan "JY".

Terlihat, identitas Dana sebagai Presdir perusahaan "JY". Yang menjadikan perhatian, Reina memperbesar foto Dana. Reina, mengingat dengan baik wajah Jayanegara di dalam mimpi nya sangatlah mirip dengan foto Dana.

"Bukankah, dia Presdir dari perusahaan JY, yang kita periksa tadi."

"Iya."

"Dia orang berpengaruh, begitu banyak kegiatan sosial dia lakukan untuk masyarakat. Bahkan dia, di minta untuk maju duduk di kursi legislatif. Tapi dia selalu menolak nya."

Amukti Amerta (Immortal)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang