S.4 | Destruct You Slowly

135 12 0
                                    

"Ma-maaf! Bu-buku itu, gue enggak jadi aja," Kayla berucap terbata dan penuh kegugupan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Ma-maaf! Bu-buku itu, gue enggak jadi aja," Kayla berucap terbata dan penuh kegugupan. Ia menunduk, membiarkan rambutnya berjatuhan menutupi wajahnya yang memerah malu.

Kenny tersadar seketika, seolah jiwanya yang hilang tadi masuk kembali ke dalam raga.

"Ngg... enggak, eh? Itu." Kenny ikut gugup. "Enggak. Anu, maaf. Boleh kok pinjam, besok gue bawain ya."

Kenny langsung berdiri setelah mengucapkan itu. "Kayaknya gue harus cabut." Kenny berniat pergi, entah apa, Kayla merasa Kenny tampak canggung.

"I know! Gue udah punya firasat pas lo chat minta beli susu. You have trouble, Kay?"

Saat Kenny hendak pergi, Samantha datang tiba-tiba, mengagetkan dua orang itu. Samantha memang tahu kebiasaan aneh Kayla. Jika sedang dilanda masalah atau sedang bersedih, Kayla akan meminum susu sebanyak-banyaknya dan menyendiri di perpustakaan.

Kenny mengurungkan niat awalnya pergi, raut canggung di paras tampan itu langsung berubah, menjadi hangat, menatap Samantha penuh kekaguman.

"Ah, wait." Samantha baru saja ingin duduk di samping Kayla dan meminta gadis itu menyampaikan semua keluh kesah, tapi dering ponselnya menghentikan semua.

"Oh ya?"

"...."

"Harus sekarang ya, Mik?"

"...."

"Seriously? Okay! Ha-ha-ha. Elo tuh apaan sih!"

Entah apa yang dikatakan si penelepon padanya sehingga Samantha terkikik malu.

"Maaf ya. Mike nyariin gue, gue harus cabut. He-he, gue janji ke rumah lo minggu depan, Kay!" Samantha tersenyum sangat lebar, menampilkan deretan giginya.

Samantha melambai pada Kayla. Lalu matanya berpindah, ke arah Kenny berdiri. "Bye, Ken!" Samantha mengedipkan sebelah matanya dengan manja, lalu berbalik, berlari meninggalkan Kayla dan Kenny.

Lagi, mereka kembali hanya berduaan di antara dua rak kumpulan buku sejarah itu.

Hening. Dinginnya lantai mulai terasa menusuk ke tulang Kayla. Kayla menatap saksama wajah Kenny, merasa iba.

Ada kekecewaan yang terpancar jelas dari wajah Kenny. Dia mendesah kecewa. Mengusap wajahnya kasar, lalu tersenyum lebar pada Kayla.

Senyum lebar itu, tak lagi membuat Kayla tersihir. Seolah ada mantra yang kurang atau salah, membuat senyum itu tidak mampu menyihir Kayla. Senyum itu berbeda ... memang selebar yang tadi, tapi rasanya, efeknya pada Kayla, benar-benar berbeda.

SEPARATE.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang