Kayla melirik Kenny yang tengah berjalan beriringan dengannya melalui ekor mata. Alis tebalnya yang tertekuk dan wajahnya yang tampak sedikit kesal malah membuat Kenny keliatan lebih tampan. Kayla cepat-cepat menunduk, sial ... apa sih yang ia pikirkan?! Kayla tak pernah seperti ini sebelumnya, melirik seorang lelaki diam-diam dan mendamba-damba wajahnya dalam hati.
"Lo mau ngomong sesuatu?"
Kayla tersentak, dan keluar dari pikirannya ketika Kenny bertanya dengan raut bingung.
"Eh? Enggak, kok." Kayla mulai blingsatan. Ia menunduk malu.
"Terus kenapa liatin gue?" Kenny bertanya, dengan nada jahil.
Kayla menggigit bibir bawahnya. Ia harus menjawab apa?! Sungguh ia tidak bisa berbohong, tapi jika menjawab jujur, ia tidak akan tahu harus menaruh wajah di mana.
"Ya ... biasanya emang cewek-cewek suka liatin gue kok. Adem, kata mereka. Lo termasuk dalam grup-grup yang jadiin gue objek pengadem mata ya?" Kenny kembali berucap, merasa belum puas menjahili Kayla.
Semburat merah perlahan mulai muncul di kedua pipi putih Kayla. Gadis itu benar-benar menyesali kebodohan yang sudah ia lakukan beberapa menit yang lalu? Sekarang, Kayla sudah kehabisan keberanian menatap ke arah Kenny.
Kenny tersenyum tipis menyadari kulit putih pucat itu berubah warna menjadi sedikit merah. Ada secuil perasaan gemas yang tercipta di hatinya, lelaki itu menggerakkan tangannya, jemarinya menyentuh dagu Kayla.
Kayla terkesiap. Sentuhan jari Kenny di dagunya membuat jantung Kayla menambah kecepatan setiap detaknya. Darahnya berdesir semakin deras.
Jari itu bergerak lagi. Tidak hanya untuk menyentuh dagu Kayla, tapi juga mengangkat dagu Kayla pelan, hingga wajah kayla yang awalnya menghadap ke bawah, jadi menghadap ke wajah Si Pemilik Jari.
"Lucu banget sih. Lo emang mudah blushing ya kalau digangguin cowok ganteng?" Kenny kembali menjahili, kali ini diakhiri dengan tawa pelan. Jari-jarinya tidak dia lepaskan dari dagu Kayla.
"E-enggak. Apaan, sih!" Kayla merengut. Benar-benar tidak tahu harus merespon apa. Akhirnya respon kesal lah yang ia tunjukkan. Ini jauh lebih baik, daripada ia diam saja dan Kenny akan mulai berasumsi aneh-aneh.
"Itu pipinya merah," celetuk Kenny.
Kayla menolehkan wajahnya ke samping. Kembali malu, karena Kenny menyadari perubahan warna di pipinya. Saat menolehkan kepala, sepasang mata biru itu bisa melihat orang-orang di sekitar mulai menatap mereka penasaran.
Gerombolan anak muda tiba-tiba melintas di depan Kayla dan Kenny.
"Ihh, cogan... tapi sayang banget udah punya cewek tuh." Kayla bisa mendengar seseorang dari mereka berkata pada temannya.
Kayla mulai tersadar. Kesadarannya yang tadi sempat terbang entah kemana, perlahan kembali.
Sial, berapa pasang mata yang sudah menyaksikan 'keromantisan' ia dan Kenny!? Berapa manusia yang sudah berasumsi ia dan Kenny merupakan sepasang kekasih?!
Refleks, Kayla langsung menepis jemari Kenny yang sedari tadi masih berada di dagunya.
"Diliatin," Kayla berkata pendek, kemudian berjalan cepat menuju toko buku, meninggalkan Kenny.
Kenny menggeleng pelan, senyumannya belum juga surut dari tadi. Lelaki itu berlari kecil menyusul Kayla yang sudah jauh di depan sana. Entah kenapa, dia bisa merasakan ada sedikit kehangatan yang melingkupi hatinya barusan.
***
"Sejarah?" Kenny bertanya pada Kayla yang tengah mencari-cari judul buku sejarah yang menarik.
KAMU SEDANG MEMBACA
SEPARATE.
Novela JuvenilKayla Alexandra Leonathan telah lama memendam rasa pada Kenny Erlangga, kekasih dari sahabat dekatnya sendiri. Kayla tahu ini tidak benar. Tapi sungguh, sekeras apapun Kayla menahan perasaan di hatinya untuk tidak berkembang. Sekeras apapun Kayla m...