Stay 2

7 0 0
                                    

"Terus?"

"Lu mau tau dia sama siapa?" Kata Ichi yang membuat Tari gemes, mereka seolah-olah sedang main tebak kata.

"Chi, lu yah kalau mau cerita niatan dikit jangan kaya main tebak kata. Gak kuat otak gua kalau main tebak kata gitu."

"Dia sama cewek Tar. Mesra banget. Pas dia ngeliat gua eh dia buang muka. Enak banget dia udah ada penganti gua." Ichi mulai menangis lagi karena mengingat kejadian kemarin sore.

"Wa elah lelaki begitu amat yak. Gampang bet dah cari ganti yang baru. Udah lah lu kagak usah tangisin dia lagi. Udah waktunya lu move on Chi." Kata Tari sambil mengusap punggung Ichi, menyabarkan temannya itu.

"Tau akh sakit ati gua."

"Sekarang mah lu pikirin diri lu aja sendiri sama anak lu." Ichi hanya mengangguk mendengar nasehat Tari.

***

Hari ini ada rapat internal bulanan, Leon harus mendengar laporan dari para manager, keluhan, kekurangan dan kelebihan. Mereka harus mempelajari semua yang terjadi untuk pelajaran maupun perbaikan di bulan depan.

Beberapa orang sudah berkumpul termasuk Leon. Masih ada waktu lima belas menit lagi sebelum rapat di mulai. Masih ada beberapa yang belum ada di ruangan, mereka yang ada di ruangan itu yang mayoritas lelaki mulai bergosip ria. Jangan kira lelaki juga gak bergosip.

"Gosip gosipnya si Ichi karyawan baru di bagian administrasi itu jomblo yah?" Kata manager bagian pemasaran.

"Bapak mau deketin dia? Kan bapak udah punya istri." Kali ini manager bagian keuangan.

"Gak apa lah, cantik gitu. Kalau dia mau jadi simpanan saya gak masalah." Kata manager pemasaran lagi.

"Bagi-bagi donk pak sama yang muda. Bapak kan udah punya satu." Kata manager lain menimpali.

"Dia jendes loh."

"Nah itu udah cantik, jendes lagi. Gampang lah dapetin dia mah. Lumayan kan buat temen bobo."

"Gile si bapak satu ini, otaknya begitu amat."

"Ehem ehem, lima menit lagi mulai rapat. Sepertinya ini ruang rapat, harap hal diluar pekerjaan tidak dibahas disini." Kata Leon tegas memutus percakapan mereka yang dirasa tidak pantas dibicarakan di ruang rapat. Juga kuping Leon rasanya panas mendengar percakapan mereka tentang Ichi.

Setelah rapat selesai semua kembali ke ruangan masing-masing begitu juga dengan Leon. Ia mulai kembali sibuk dengan pekerjaannya yang mulai menumpuk. Sudah tiga minggu ini sekertaris Leon berhenti karena menikah dan Leon sampai saat ini belum menemukan pengantinya.

Leon meletakkan kacamatanya, memijat pangkal hidungnya. Sejak sekretarisnya memutuskan berhenti, semua pekerjaan Leon makin menumpuk. Disela padatnya pekerjaan yang ia kerjakan, melintas percakapan di ruang rapat tadi. Pikirannya melayang entah kemana.

Sebenarnya sudah dua kali Leon gak sengaja memergoki karyawan lain yang hampir bertindak kurang ajar ke Ichi. Pertama di pantry, angin apa yang membawa Leon pergi kesana tapi ternyata ia melihat Ichi berusaha melepas pinggangnya dari salah satu staf keuangan di perusahaannya. Lelaki itu menahan pinggang Ichi dan berusaha mencium pipi kiri Ichi. Saat Leon berdehem mengejutkan karyawan lelaki itu, ia langsung melepas cekalan di pinggang Ichi dan pergi karena malu terpergok oleh Leon.

Kali ke dua Leon melihat karyawan lainnya bersiap akan meremas bokong Ichi dari belakang tanpa sepengetahuan Ichi. Saat tangan lelaki itu sudah akan memegang bokong Ichi, Leon lalu menepuk bahunya sehingga ia mengurungkan tindakan mesumnya.

Melihat Ichi selama beberapa bulan belakangan ini, Leon tau walaupun Ichi seorang single parent tapi Ichi bukanlah orang yang mau dimanfaatkan tubuhnya atau orang lain bisa seenaknya menjamah dia. Jadi jangan suka mencap seorang single parent gak baik. Don't judge someone by the cover, past and status, but look at the present and the future.

Leon mengangkat telfonnya lalu memencet tombol ke bagian HRD.

"Ada yang bisa saya bantu pak." Tanya HRD yang tadi di panggil melalui telfon oleh Leon.

"Masalah sekertaris penganti untuk saya apa sudah di dapatkan?" Tanya Leon kepada HRD setelah menyuruhnya duduk di kursi depannya.

"Sampai sekarang masih belum ada yang masuk kualifikasi pak. Tolong tunggu sebentar lagi."

"Bagaimana kalau Gabriella Ichi yang sementara mengantikan menjadi sekertaris saya. Yang saya dengar dari pak Endi cara kerjanya bagus."

"Tapi pak." HRD ragu mengeluarkan apa yang ada dipikirannya.

"Sementara saja dulu, kalau kerjanya bagus maka ia terus jadi sekertaris saya. Kalau gak bisa kerja maka saya kembalikan dia ke bagian administrasi lagi. Lagi pula lebih mudah mencari bagian administrasi kan?" Kata Leon memberi solusi.

"Baiklah pak, mulai besok Gabriella Ichi jadi sekertaris bapak. Nanti saya beritahukan kepada pak Endi masalah ini. Kalau gitu saya permisi pak." Kata HRD yang lalu pamit keluar dari ruangan Leon.

Pekerjaan yang menumpuk itu kembali di pegang oleh Leon. Percakapan diruang rapat sempat menggangu pikirannya, biasanya ia gak akan mencampuri urusan karyawannya. Entah mengapa masalah Ichi kali ini mengusik ketenangannya sehingga ia turut campur tangan.

***

"Ichi."

"Iya Pak. Ada apa pak?" Tanya Ichi kepada pak Endi atasannya.

"Mulai besok meja kamu berpindah."

"Pindah kemana lagi pak, kan disini udah oke. Udah pas kan?" Kata Ichi bingung.

"Maksud saya besok kamu pindah ke ruangan pak Leon. Mulai besok kamu pindah jadi sekertarisnya pak Leon." Jelas pak Endi.

"Lah kok saya pak?" Ichi makin bingung dengan apa yang disampaikan oleh atasannya.

"Saya juga gak tau, tadi HRD nemuin saya katanya kamu dipindah jadi sekertaris pak Leon." Raut wajah pak Endi mendung sejak HRD memindahkan Ichi menjadi sekertaris Leon. "Padahal kamu disini banyak bantu saya. Ck kesel saya."

Ichi hanya ber'oh ria. Melihat wajah atasannya yang ditekuk ia tak berani mengeluarkan suara lagi.

Dengan emosi pak Endi meninggalkan meja Ichi kembali ke mejanya sendiri melanjutkan pekerjaannya.

"Waduh hebat banget lu Chi, padahal kerja lu kan sebulanan ini kacau. Kok bisa yah lu pindah jadi sekertaris pak Leon." Kata Ugie mendekat ke meja Ichi. "Apa pak Endi sebel sama lu yah jadi dipindahin lu."

"Sembarangan. Gak liat muka pak Endi ditekuk gitu, terus kata pak Endi Ichi banyak bantu dia banget." Kata Tari menimpali.

"Yah butek dah mata gua yang diliat cuma si Ugie sama Tari aja." Kata Rizki berpura-pura sedih.

"Mata lu kalo butek bukan cuci mata sama muka cewek, yang bener cuci tuh mata pake aer kobokan hahaha." Kata Opik sambil tertawa dan di balas keplakan di kepalanya oleh Rizki.

"Pake air got sekalian biar cepet bersih. Nanti gua laporin si Yaya baru tau rasa lu." Ancam Tari pura-pura.

"Waduh digantung gua sama yayang gua hahaha." Jawab Rizki masih bisa tertawa.

"Ckckck, kerja lu orang yang bener jangan ngurusin gua yang mau pindah meja." Kata Ichi sentimen. Sejak putus dengan pacarnya sikap Ichi lebih banyak sentimen dan juga sedikit galak. Tapi Tari, Ugie, Opik dan Rizki memaklumi sikap Ichi.

Ichi mengerjakan tugasnya sebagai administrasi sebelum besok ia akan dipindahkan menjadi sekertaris Leon. Sebenarnya ia ingin protes karena dipindahkan tapi apa daya dirinya hanya karyawan dan juga orang baru.

Sebisa mungkin Ichi menahan kesal karena dipindahkan divisi tanpa meminta persetujuan dia dahulu. Apa lagi saat ini Ichi sudah nyaman di bagian administrasi, pindah menjadi sekertaris berarti ia harus menyesuaikan diri lagi juga mempelajari lagi pekerjaannya sebagai sekertaris.

Pasrah adalah pilihan yang baik untuk orang baru untuk Ichi. Lagi pula belajar hal-hal baru juga merupakan sebuah tantangan buatnya.

Suasana baru juga mungkin bisa merubah mood kerjanya yang buruk selama sebulan ini.

Tangerang, 10 September 2019

Stay With MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang