Stay 5

4 0 0
                                    

"Chi, pulang mau bareng gak?" Tanya Leon.

Setiap pagi Ichi diantar papanya dan setiap sore Leon yang akan mengantar Ichi pulang. Tapi sudah beberapa hari ini Ichi menolak pulang bareng dengan Leon.

"Lewat degh ko." Jawab Ichi sambil mengangkat bahu hendak berlalu dari ruangan Leon setelah meletakkan berkas di meja Leon.

"Sini sini coba duduk dulu." Leon menyuruh Ichi duduk di kursi kosong dihadapannya. Matanya beralih dari laptop ke Ichi, ia juga meletakkan kacamatanya diatas meja.

"Kenapa?" Tanya Ichi sambil mendaratkan bokongnya di kursi yang Leon tunjuk.

"Kenapa gak mau pulang bareng. Ada sesuatu kah? Kamu ngambek sama aku?"

"Gak ngambek kok. Emang koko salah apa sampe aku harus ngambek?"

"Terus kenapa gak mau pulang bareng?"

Ichi menghela nafasnya. "Ada cowok yang deketin aku, dia nembak aku sih."

"Terus? Kamu jadian sama dia?"

"Gak juga sih ko. Aku tolak. Udah kesekian kali. Aku udah bilang aku gak mau pacaran sama dia karena kita beda agama tapi dia tetep keukeh bilang jalanin aja dulu. Nah jadi sekarang dia yang jemput aku pulang terus." Jelas Ichi enggan.

"Jadi kamu pacaran apa gak sama dia?"

"Gak tau dibilang pacaran yah gak kan, aku tolak terus pas dia nembak. Dibilang gak juga kaya orang pacaran. Aku bingung."

"Chi, jangan begitu. Namanya gak jelas. Kamu sendiri harus bisa tegas sama hati kamu. Cinta itu bukan yang 'ya udah jalanin aja dulu'. Kalau cocok, tapi kalau gak apa gak menyiksa salah satu atau kedua belah pihak?"

"Aku gak tau lah ko. Dia maksa maju terus. Aku juga bingung."

"Itu sih cuma nasehat aku Chi semua kembali ke kamu lagi. Aku juga kan gak bisa memcampuri urusan kamu terlalu dalam." Kata Leon lalu memakai kacamatanya akan melanjutkan perkerjaan yang ia tunda tadi.

"Ya ko makasih." Jawab Ichi lalu meninggalkan ruangan Leon dan kembali ke meja kerjanya.

Rasanya Leon sudah terlalu banyak mencampuri urusan Ichi. Ia menggelengkan kepalanya menandakan ini salah.

***

Hari-hari dan bulan-bulan selanjutnya berjalan seperti biasa. Ichi terkadang pulang dengan pacarnya tapi terkadang diantar Leon. Bagi Leon itu gak masalah tapi setiap kali pacarnya gak bisa jemput Ichi selalu merahasiakan pulang dengan Leon dari pacarnya. Pacarnya amat posesif. Beberapa kali teman Ichi dilabrak karena cemburu terlalu akrab dengan Ichi.

"Gimana kamu sama pacar kamu, Chi?" Tanya Leon sambil tetap fokus mengemudikan mobilnya menuju rumah Ichi.

Hari ini pacar Ichi gak datang jemput jadi Ichi pulang sama Leon.

"Gitu lah ko. Aku bingung."

"Kenapa lagi bingung. Kan enak udah punya pacar. Kamu juga backstreet dari eks jadi gak digangguin lagi kan?"

"Iya. Kan aku udah bilang dulu kalau aku udah nolak dia dan ini masalah makin ruwet tau ko."

Leon diam mendengarkan keluh kesah Ichi, Leon pendengar yang baik. Semua masalah apapun bisa diceritakan Ichi kepada Leon. Ichi merasa nyaman bila bercerita dengan Leon.

"Waktu itu aku diajak ke rumah dia. Pas yang kerumah dia yang ke dua ngeselin."

"Kenapa?"

"Nyokap bokapnya interogasi gitu lah. Udah cerai berapa lama, cerai kenapa, trus anak umur berapa. Dan yang paling ngejengkelin itu bilang gimana kalau nikah sama anaknya. Masalah beda agama nanti mah gampang." Cerita Ichi sambil mencebikkan bibirnya kesal mengingat hal itu lagi.

"Lah terus, kamu gimana?"

"Yah aku gak mau lah, aku aja gak mantep sama dia. Aku gak bisa lah, ck. Kamu tau cici aku aja udah pindah agama. Papa sama mama berharap aku masih terus memeluk agama aku sekarang."

"Kan dari awal udah aku nasehatin kamu. Sekarang pusing sendiri kan. Ini udah terlalu lama loh, kamu sama dia hampir satu tahun pacaran. Dan kalau gak salah inget dia udah umur 27 kan. Udah umur nikah loh."

"Tau aku pusing. Terus si mama juga kemaren ada omongan gitu ke aku."

"Apa?"

"Mama kemaren ada tanya hubungan aku sama dia. Aku sih jawab cuma temen aja. Kata mama gak boleh lebih dari temenan. Pusing kan ko. Aku cuma angguk-angguk kepala aja udah kaya burung pelatuk."

"Lah kenapa pula kamu bohong sama mama?"

"Aku takut nyakitin perasaan mama juga jadi beban pikiran mama lagi. Cukup aku ngerepotin papa sama mama dengan titip urus Erick sejak aku pulang dan tinggal sama mereka lagi. Mereka kan juga ada beban si cici. Si cici walau di luar kota kan papa masih kirim buat bantu-bantu ekonomi keluarganya. Padahal papa sendiri udah gak kerja."

"Terus." Leon yakin masih ada yang mau diceritakan Ichi.

"Mama juga akhir-akhir ini sakit. Kamu lihat kan ko mama makin kurus dan juga aku perhatiin rambut mama mulai jarang. Kata mama banyak rontok. Aku gak mau mama makin terbebani sama banyak hal."

"Kamu udah ajak mama priksa ke dokter?" Tanya Leon perhatian, ia merasa dekat dengan orang tua Ichi walaupun baru setahunan ini ia kenal dengan Ichi dan keluarganya.

"Mama gak mau. Katanya cuma batuk biasa makan obat warung juga pasti baikan. Cuma ini udah lumayan lama mama batuk aja."

"Itu harus di periksa Ichi. Harusnya kamu paksa mama buat berobat, kita gak bisa remehin penyakit."

"Mamanya susah ko. Aku udah berkali-kali ngomong sama mama. Katanya uangnya ditabung aja buat biaya pendaftaran Erick sekolah kan satu dua tahun lagi Erick mulai sekolah."

"Ck, nanti aku yang paksa mama dan antar mama ke dokter." Kata Leon akhirnya dan Ichi hanya terdiam. Ia melihat jalanan sudah hampir sampai dirumahnya.

Begitu Ichi dan Leon sampai di rumah Ichi, Erick dan mamanya langsung menyambut mereka.

Leon langsung menggendong Erick yang sudah lumayan besar sekarang Erick sudah berumur dua tahunan. Lisa, mama Ichi tersenyum melihat keakraban Erick dan Leon. Saat di ruang tamu, Leon sempat mendengar Lisa beberapa kali terbatuk.

"Tante batuk udah berapa lama?" Tanya Leon.

"Udah mau tiga bulan ini."

"Udah dibawa ke dokter belom tan?" Tanya Leon, Ichi dan Yadi ayah Ichi hanya mendengarkan percakapan mereka.

"Belom, Le. Ini mah batuk biasa, mungkin batuk seratus harian. Makan obat warung udah cukup kok."

"Duh tan jangan di sepelein penyakit. Berobat sama Leon yah tan."

"Gak usah deh. Cuma batuk biasa kok." Tolak Lisa.

"Gini deh tan, sekarang Leon bawa tante ke dokter. Kalau kata dokter gak apa yah udah. Masalah uang berobat jangan dipikirin tante nanti Leon bantu." Kata Leon sedikit memaksa.

Setelah terdiam beberapa lama lalu akhirnya Lisa menyetujui apa yang disarankan Leon.

Ichi menarik nafas lega karena akhirnya mamanya mau di ajak ke dokter. Selama ini baik Yadi, Ichi bahkan cicinya yang berada di luar kota sudah berusaha membujuk Lisa untuk ke dokter namun di tolak. Kali ini dengan sedikit pemaksaan Leon, Lisa akhirnya mau.

Hai² semua, lama gak up yah... Maafkeun karena ak sibuk. Semoga masi pd nunggu cerita ini.

Vote n komen yah jd ak tau kalau disini masih ada kehidupannya. Maaciiw 😘

Tangerang, 22 Januari 2019

Stay With MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang