Disinilah Alea dan Vita berada. Berjalan beriringan dikoridor dekat perpustakaan, sambil Vita yang terus saja mengomeli Alea. Sedangkan yang diomeli? Dia hanya cengengesan layaknya orang tak punya dosa.
"Lo gila ya, Le? Ngapain coba tadi pake acara sok sok an mau bantuin pak Ali bawa buku ke perpus? Mana ngajak ngajak gue lagi," ocehnya kepada Alea.
"Mana pak Ali ngelunjak lagi. Udah untung dibantuin bawa buku. Ehh, malah disuruh bantuin bersihin perpus. Dibatuin bukannya say thank you, malah ngelunjak."
Alea semakin terkekeh geli mendengar omelan omelan Vita.
"Lain kali lo jangan baik baik amat jadi orang. Apalagi kalo lo mau ngajak gue. Ogah gue mah,"
"Iya iya, Vita. Bawel banget sih? Lagian berbuat baik itu dapet pahala."
"Dapet pahala sih, dapet pahala. Tapi kalo baiknya kita dimanfaatin sama orang lain kan kitanya juga yang rugi." sergah Vita.
"Lagian tadi pak Ali juga cuman duduk duduk aja kan? Gak bantuin kan? Ya se-enggaknya dia tadi ikut bantuin lah buat ngasih kita contoh. Gak cuman nyuruh kita aja."
"Guru itu digugu dan dituru. Bukan digugu dan didenger. Gue gak suka sama guru yang bisanya cuman nyuruh nyuruh aja. Kalo kita gak mau disuruh, gurunya malah marah. Misalnya nih ya, ada guru nyuruh kita buangin sampah yang tergeletak di koridor. Pas kitanya gak mau, pasti guru itu marah. Padahal kan guru itu juga punya tangan. Daripada banyak ngebacot nyuruh nyuruh orang lain, mending dia ambil sendiri terus buang sendiri ke tempat sampah. Gitu lebih mendidik daripada nyuruh nyuruh doang."
Setelah menyelesaikan kalimatnya yang panjang lebar, ia melirik ke arah Alea disampingnya yang sedang cengengesan.
"Mana elo dari tadi cuman ketawa doang lagi. Capek gue ngomongnya," ucap Vita sambil memutar bola matanya jengah.
"Iya iya, Vita. Ale paham kok sama semua omongannya Vita." sahut Alea.
Sedetik kemudian langkah keduanya sama sama terhenti karena ada yang menghadang jalan mereka. 3 orang siswa laki laki berdiri dihadapan mereka berdua dengan sebuah senyum yang lebih terlihat seperti senyum devil.
"Haii... Alea ya?" tanya salah satu dari mereka yang berada di tengah.
Berhubung Alea orangnya polos, baik hati, dan ramah, ia membalas senyuman lelaki tersebut dengan sangat manis.
"Hai juga. Iya. Aku Alea." jawabnya manis.
"Lo apa apaan sih, Lea? Gk usah ladenin cowok kaya dia." ucap Vita memperingati Alea sambil menatap tajam ke arah cowok tadi. Ia tahu betul siapa cowok ini.
Stevano Gabriel. Si ketua futsal yang sangat licik terhadap wanita. Mendekati, memacari, lalu merusak. Itulah yang selalu Gabriel lakukan pada semua mantan mantannya. Sudah banyak yang menjadi korbannya. Sehingga semua kelakuannya kini menjadi sebuah rahasia umum. Tapi yang mengherankan, tetap saja banyak para cewek lain yang mendekati Gabriel meskipun mereka tahu kelakuan Gabriel.
Alea jadi merasa tidak enak dengan sikap kasar Vita kepada Gabriel. Ale menyenggol lengan Vita untuk memberi peringatan.
"Vita apa apaan sih? Yang sopan dikit kalo ada yang ngomong," ujarnya.
Hal itu membuat Gabriel tersenyum menang kepada Vita.
"Tuh! Dengerin! Temen lo aja gak ada masalah kalo gue kenalan sama dia," ucapnya membuat Vita berdecih dalam hati dan memalingkan wajahnya.
"Sok lo! Lagian yang diajak kenalan itu Alea. Bukan lo!" cibir teman Gabriel yang berada disamping kirinya.
"Atau lo juga mau kenalan sama kita kita?" timpal yang satunya lagi dengan senyum devilnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Alearda [Slow Update]
Teen Fiction"Arda," panggil Alea lagi. "Kenapa?" "Ale laper. Beli makan disitu yuk," ajaknya sambil menunjuk salah satu warung makan pinggir jalan yang ditempati oleh gerombolan pemuda tadi. Arda jadi kembali merasa tidak suka dengan keberadaan mereka. "Kita ma...