15. Es krim

16 1 0
                                    

Disinilah ke-empat sahabat itu berada. Berjalan di koridor menuju ke kantin dengan berpasangan. Arda berdampingan dengan Alea di depan. Sedangkan dibelakang mereka ada Arga yang sedang merangkul bahu Vita.

Sedari tadi Alea selalu saja membujuk Arda agar mau menuruti keinginannya. Entah kenapa hari ini ia sangat ingin memakan es krim. Tapi Arda menolak keinginan Alea mentah mentah.

"Arda..." rengek Alea sambil menarik narik ujung lengan kemeja Arda.

Arda hanya menatap lurus ke depan dengan ekspresi datar. Ia tidak berani menatap Alea karena ia yakin ia pasti akan luluh jika menatap ekspresi melas Alea.

"Arda... Es krim, ya? Plisss.... Ale pengen banget," rajuknya lagi seperti anak kecil.

"Enggak, Ale. Minggu ini Ale udah makan es krim. Kesepakatannya es krim itu seminggu sekali." tolak Arda mentah mentah.

Arga dan Vita yang sedari tadi menyaksikan perdebatan mereka pun hanya bisa geleng geleng kepala. Begitu seterusnya hingga mereka berempat sudah duduk di meja kantin dengan menghadap makanan masing masing. Alea masih saja terus membujuk Arda agar mau memberinya es krim.

"Arda... Ale tuh, lagi pengen banget. Arda jahat banget sih gak mau beliin Ale?" rengek Alea lagi, lagi, dan lagi.

"Enggak Ale. Minggu ini Ale udah makan es krim,"

Alea mengerucut bibirnya tanda ia mulai merajuk.

"Yaudah kalo Arda gak mau beliin, Ale minta dibeliin sama Arga," tatapan Alea kini beralih pada Arga yang duduk berhadapan dengannya dengan Vita yang duduk disamping Arga.

Arga melirik ke Arah Arda sebentar meminta persetujuan. Tetapi Arda malah memberi kode dengan gelengan kepala.

"Udah lah, Da. Kasih aja. Cuman es krim doang," ucap Arga yang mulai tak tega melihat wajah melas Alea.

"Iya, Da. Lagian itu si Lea kayaknya emang lagi pengen banget gitu," timpal Vita setelah menelan bakso dimulutnya.

"Enggak. Nanti Ale sakit kalo kebanyakan makan es krim. Pokoknya enggak ya enggak. Ale gak usah bujuk bujuk Arda terus karena jawaban Arda tetap sama. Enggak." ucap Arda tegas dan sedetik kemudian Alea benar benar marah kepada Arda. Ia bertekat untuk mendiamkan Arda seharian ini. Apa peduli Alea pada Arda sekarang ini? Salah Arda sendiri. Kenapa ia tidak mau menuruti keinginan Alea. Padahal Alea sedang sangat ingin makan es krim sekarang.

*****

Benar saja. Selama seharian ini, Alea benar benar tidak bicara pada Arda. Ia hanya berbicara ketika benar benar mendesak saja. Itupun dengan sekata dua kata ditambah dengan ekspresi yang tidak bersahabat.

Asal Alea tahu saja. Arda benar benar merasa kalang kabut sekarang. Ia tidak bisa seperti ini. Didiamkan oleh Alea rasanya seperti membunuhnya secara perlahan. Lebay? Ya. Jika berkaitan dengan Alea, Arda selalu lebay dan berlebihan.

Arda sudah tidak sabar lagi sekarang. Ternyata tidak hanya mendiamkan. Namun juga meninggalkan. Lihat saja. Sepuluh menit yang lalu baru saja bel pulang sekolah berbunyi. Tapi Alea justru meninggalkan Arda di kelas dan berjalan sendirian. Arga dan Vita? Mereka sudah pulang dari tadi.

Arda menyusul Alea dengan langkah lebar. Begitu bisa menyeimbangkan langkahnya, Arda mencekal tangan Alea.

"Ale mau kemana? Kenapa jalan ke gerbang? Motor Arda ada diparkiran Ale." tanya Arda dengan napas yang masih memburu.

"Ale mau pulang. Lepasin." jawab Alea sambil mencoba melepaskan cekalan tanga Arda, namun gagal.

"Ale pulang sama Arda." ucap Arda tegas.

Alearda [Slow Update]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang