Hinata akan menerima hal ini, perbuatan jahat akan terbalas. Tersenyum miris Hinata kalah, dan tidak akan berjuang. Undangan pertunangan Gaara dan Matsuri sampai ditangannya. Undangan berwarna merah itu sukses membuat hati tengah Hyuuga patah bahkan pecah. Bagai gelas jatuh bersisa puing-puing kaca. Hinata memegangi dadanya, air matanya kembali jatuh. Mungkin ini yang terbaik, rasa cintanya semakin kuat saat jauh dari Gaara, dan ini adalah kesalahannya,Hinata menerimanya.
.
.
.Bayangan Gaara mencium Matsuri masih terngiang di benaknya. Hinata duduk memandang langit sore dari balkon. Hanabi yang melihat hanya tersenyum getir, kakaknya menangis sejak pagi karena sebuah undangan pertunangan dari Gaara.
Sasuke yang baru tiba memegang pundak Hanabi pelan. "jika dia jujur mungkin kejadiannya tidak akan seperti ini". Ujar Sasuke.
Hanabi hanya diam, dia mengerti mengapa kakaknya merasa jadi alamnya, mungkin kakaknya tidak ingin membuat Gaara berharap akan dirinya, karena kakaknya tidak ingin bersedih saat melihat ketidakberdayaan Kakaknya.
"Berikan waktu padanya lagi". Ucap Sasuke seraya menutup pintu kamar Hinata.
Sasuke pergi setelah menghiraukan Hanabi. Mengendarai mobilnya dengan kecepatan penuh,tidak memperdulikan suara klakson kendaraan lain. Tujuannya adalah apartemen di mana para sahabat dan pria berambut merah itu berkumpul. Sasuke sudah tidak memikirkan bagaimana reaksi Hinata, yang terpenting adalah perasaan sahabat terbaiknya itu. Sasuke akan membuat senyum Hinata kembali terbit, sudah cukup Hinata menderita sendirian, disalahkan dan direndahkan. Tidak mendapat kepercayaan, dan sedikit motivasi. Sasuke tidak menginginkan Hinata sendirian, kehilangan dan mengalami penyesalan sudah cukup keterdiamannya selama ini, Sasuke sudah tidak sanggup lagi.
Tidak berapa lama Sasuke telah sampai, memarkirkan mobilnya asal. Sasuke berjalan cepat, menaiki lift menghiraukan sapaan satpam . Sasuke sudah merasakan marah. Marah pada Hinata, marah pada dirinya dan marah pada Gaara. Terutama marah dengan keadaan memaksa dirinya untuk diam. Marah karena melihat Hinata harus kehilangan kepercayaan, marah karena dirinya tidak berdaya. Marah kenapa harus Hinata mengalami penderitaan bertubi-tubi.
Sasuke membanting pintu cukup keras. Sasuke melihat teman-temannya mengucapkan selamat pada Gaara. Terlebih Temari dan Ino melirik ke arahnya.
"Gaara selamat ya, semoga hati yang baru menyembuhkanmu". Sindir Temari.
"Semoga tidak ada hama lagi". Sakura tersenyum sinis.
Sasuke memejamkan onix nya. Berjalan sedikit pelan. Tangannya terkepal. Wajah marah dan tatapan sadis itu mempengaruhi Shikamaru, Naruto dan Sai. Ketiganya siaga. Sedang Gaara hanya menatap datar.
Gaara hendak menghindar namun bukannya Sasuke hendak memukul dirinya, melainkan Sasuke yang terisak dengan menutup wajahnya dengan kedua tangannya. Adegan yang disaksikan oleh sahabatnya termasuk Gaara.
Shikamaru mengangkat bahunya. Gaara mengernyit bingung. Sai dan Naruto memperhatikan namun tetap berjaga.
"Maaf Gaara, tapi jika ini keputusanmu, mungkin Hinata tidak akan bertahan lagi". Sasuke masih terisak. "Mungkin kau tidak akan percaya tapi Hinata teramat mencintaimu, keadaan membuatnya tidak berdaya".
Perlahan menunjukkan wajah penuh air matanya. "aku bersalah karena menyembunyikannya selama ini, aku hanya berusaha menjaga rahasia Hinata". Sasuke menyodorkan kertas pada Gaara. "bacalah jika kau Sudi dan ini". Sasuke tidak sabar meletakkan kertas dan sebuah flashdisk di atas meja. "lihatlah betapa dia menderita selama ini". Sasuke pergi tanpa berkata lagi.
Kepergian Sasuke membuat suasana masih sunyi. Gaara memandang lama ke arah kertas dan flashdisk . Sedang Karin sedikit ragu berjalan mendekat ke arah meja. Tangannya meraih kertas putih pemberian Sasuke. Membaca sederet kalimat yang tertera di sana.
Karin terjatuh lunglai. Naruto mendekati sepupunya melihat sederet kalimat yang membuat Karin terjatuh. Safirnya memejamkan, menguatkan sebentar dan meraih flashdisk di atas meja.
Naruto berjalan dan menyambunhkan flashdisk dengan televisi layar lebar.
Sebuah Vidio Hinata dengan alat medis memenuhi penglihatan. Gaara memandang lurus kearah televisi. Fikiranya melayang antara percaya dan tidak .
Vidio selanjutnya wajah Hinata menahan sakit, air matanya berderai sesekali menyebut nama Gaara. Di sampingnya Sasuke memegangi tangannya ketika beberapa dokter menyuntikan obat ke bagian lengannya.
Vidio selanjutnya menampilkan Hinata tanpa rambut indigonya, berwajah pucat serta tidak memiliki alis. Namun senyum diwajahnya tidaklah menghilang. "Bukankah aku sudah seperti Gaara, dia juga tidak memiliki alis,". Ungkap Hinata.
"Hei Panda, apa kau merindukanku?". Hinata terlihat bermonolog sendiri. "Kurasa kau akan memelukku jika bertemu denganku, aku bertaruh kau akan kurus jika tidak memakan masakan ku". Hinata menunjukkan senyum indahnya. Namun selanjutnya wajah sendu terlihat. "Hatimu telah kupatahkan, apa Gaara-kun masih mau menerimaku". Lanjut Hinata.
Terlihat Sasuke dalam Vidio duduk disampingnya Hinata. Mengupas Apel, "Hei Sasuke katakan sesuatu, kenapa aku terlihat seperti berbicara dengan tembok". Hinata sedikit kesal. Sasuke menatap ke arah kamera. " Jika Gaara mengacuhkanmu, aku akan menghajarnya, tenang saja aku akan menebalkan mata pandangan dengan warna kebiruan". Sangat santai Sasuke mengucapkannya.
"TIDAK". Hinata nampak tidak terima.
"Aku justru ingin dia botak sepertiku". Hinata cekikikan sendiri. Sementara Sasuke tersenyum cerah melihat Hinata bahagia.
"Gaara terimakasih telah mencintaiku". Senyum Hinata sangat manis meski terlihat pucat.
Di sana juga terlihat Neji yang mengangguk. "Kau tetap adikku yang paling cantik". Neji mengecup kening adiknya. Setetes air mata terjatuh dari pipi Neji.
Vidio selanjutnya ,Hinata tengah memasuki ruang operasi . Hinata melambai ke arah kamera dengan senyum yang masih merekah. "hai aku akan memasuki ruang operasi, tiga tahun pengobatannya dan harus tetap semangat, bukankah begitu dok". Hinata berkata pada dokter di yang sedang membenarkan selang infus Hinata.
"Tentu saja". Ucap dokter bersurai merah.
"Dokter Sasori seperti Gaara". Ucap Hinata.
"Siapa Gaara". Sasori penasaran.
"Dia, orang yang sangat-sangat ku cintai". Aku Hinata.
"Gaara". Sambil melakukan kiss bye.
Vidio berakhir berganti dengan Vidio lain. Hiasi dan Hikari, orang tua Hinata nampak menangis pilu, Neji bahkan Hanabi menangis. Terlihat juga Sasuke yang hanya berdiri memandang ke arah bangsal dengan selang-selang medis yang cukup banyak. Di sana terbaring tubuh Hinata dengan kepala tanpa Surai indigonya.
Terpejam tanpa membuka matanya. Terdengar suara lain yang mengatakan bahwa Hinata mengalami koma .
Vidio berhenti dan berlanjut . Di sana dijelaskan dua tahun kemudian Hinata sadar dari tidur panjangnya. Dua tahun harus pemulihan dan Hinata melewatinya dengan kebencian Gaara dan sahabat-sahabatnya.
Gaara tidak berkata apapun sedang Temari dan lainnya sudah menangis tanpa air isakan.
Naruto mengambil kertas ditangan Karin, menyerahkannya pada Gaara. "Semua keputusan ada ditangannya Gaara, namun jika kau lari meninggalkan Matsuri aku tidak setuju". Naruto berlalu setelah kertas yang dibawanya berada ditangan Gaara.
Perlahan Gaara membukanya, sebuah hasil test milih Hinata . Tertera tanggal dan tahun disana. Tujuh tahun lalu Hinatanya berjuang seorang diri. Namun sekarang semua terasa terlambat. Gaara terlihat jahat sekarang .
"Terkadang kebenaran menyakitkan, namun kurasa berlari kearahnya juga percuma, sekarang keputusan ada ditanganmu Gaara, melukai gadis yang sama atau menyesal seumur hidup, atau kau justru memiliki opsi lain, menurutku ikuti kata hatimu". Shikamaru menasehati.
Gaara memejamkan Indra penglihatannya. Kenapa saat dirinya berhasil menata hati, justru kebenaran terungkap. Matsuri dan Hinata dua wanita yang memiliki senyuman berbeda.
"Aku tak tahu". Jawab Gaara lirih.
TBC
KAMU SEDANG MEMBACA
Lovely girl
Fanfictioncinta itu semanis madu kadang seperti kopi kadang hambar tanpa rasa....