Sajak adalah hal terbaik mengungkap rasa... dan sajak paling indah adalah cerita cinta......
~GAAHINA~
Disc@MK
Warning@typo,occ dll
Pair@GaahinaHikari menyuapi Hinata berusaha setegar mungkin menyampaikan semangat untuk putri tercinta. Hati seorang ibu akan lemah melihat anaknya terluka dan Hinata mengalami perjuangnya kembali. Hinata sendiri jauh lebih tegar dari sebelumnya, lebih menerima keadaanya tidak mengeluh dan lebh banyak tersenyum.
"Kaasan tidak perlu sedih setidaknya aku sudah lega sekarang". Hinata menerima suapan bubur dari ibunya.
"Kaasan tidak akan pernah rela namun pengharapan tidak pernah mati, kaasan akan mendukung segala keputusan kami-sama sekarang". Hikari lebih tegar dari sebelumnya.
"Kaasan tujuh tahun mungkin kami-sama memiliki rencana lain". Ucap Hinata. Hikari cukup paham tujuh tahun bukan waktu singkat.
Hikari memegang telapak tangan putrinya meski sekarang pergelangan ringkih putrinya kembali terhiasi selang infus sama seperti yang lalu. Hikari tersenyum lembut memgusap pelan dan mengangguk. "Semangat ya". Ucap Hikari menunjukkan raut tegar.
Hinata langsung memeluk tubuh ibunya erat, tangisan yang berusaha tertahan harus tumpah. Hinata tidak akan pernah lupa wajah ibunya. "Kaasan jika aku pergi dari dunia ini aku harap dilahirkan kembali dalam rahimu". Ucapan Hinata membuat tangisan Hikari bertambah sendu.
Dari luar ruangan Gaara menjatuhkan buket bunga mawar putih, Gaara tidak ingin kehilangan Hinata meski dirinya hancur sekalipun.
Sakura dan Ino berada disana turut mendengar bahkan melihat bagaimana ibu dan anak bermarga Hyuuga berinteraksi, dalan hati keduanya merasakan getaran bersalah. Salah karena tidak berusaha mencari tahu, salah karena menuduh tanpa sebab,dan salah karena telah membenci.
"Hinata". Ucap Sakura tiba-tiba. Gadis berambut pink tersebut memasuki ruang rawat sahabatnya. "Maafkan aku". Sakura tidak kuasa memeluk berkumpul memjadi satu bahkan Ino mengikuti jejak Sakura. Kini tertinggal Gaara di ambang pintu. Gaara justru berbalik air matanya telah membanjiri kemeja dongkernya, berjalan cepat menjauhi ruang rawat Hinata.
Neji melihatnya terdiam, Neji tidak akan marah, Gaara jelas membutuhkan jawaban pasti akan hatinya. Hinata tepat meninggalkannya tujuh tahun lalu, ini semua agar Gaara terbiasa membencinya bukan mencintainya sampai rasa putus asa menggapainya. Adiknya berusaha Gaara tidak terlalu terpuruk, namun kebenaran kini terungkap. Neji dulu berfikir mungkinkah Gaara masih menyisakan rasa cintanya setelah tujuh tahun. Neji yakin Gaara masih menyimpannya setelah melihat air mata pemuda bersurai merah itu.
"Dan pada akhirnya semua terluka". Neji bergumam sedih.
●●●●●●●●●●●
Gaara antara sedih dan bimbang, seorang yang beberapa tahun menempati tahta kebenciannya justru hanya menebarkan kebencian dan dendam, gadisnya teramat menderita dibalik kisah kekecewaannya.
Hinata tidak salah dirinya yang hanya merasa egois karena tidak mencari tahu kebenarananya, tujuh tahun memendam kebencian dan tujuh tahun hidup dalam kesalahpahaman. Hinata justru paling memderita menyimpan sendirian, dan Gaara berfikir dirinya teramat bodoh.
Ternyata bukan hanya dirinya terluka Hinata jauh lebih luka. "Aku tidak tahu". Air mata Gaara mengalir bagai aliran sungai deras. Tidak pernah tahu jika pemderitaan dan rasa sakit yang ditanggung. Raganya sakit bahkan hatinya juga sakit, Gaara teramat bersalah telah menempatkan Hinata diruang kebencian.
Temari melihat adiknya menderita tidak tega, disampingnya Matsuri merasakan kesakitan sama.
"Aku menyerahkan padamu". Temari memegang pundak Matsuri pelan. Berusaha berbicara dari hati ke hati. "Aku baru saja dari rumah sakit, Hinata tidak memiliki waktu banyak, bahkan dokter sudah memutuskan bahwa pengobatan mereka tidak berhasil". Temari ikut meneteskan air matanya, tidak kecuali Matsuri.
Matsuri maupun Temari mendengar tangisan Gaara berubah pilu, hati wanita mana yang tega jika sudah mendengar tangisan teramat menyiksa. Gaara memang masih mencintai Hinata.
"Siapkan seperti rencana semula kak, kita hanya butuh mempelai wanita yang lain". Temari yang mendengarnya merasakan kebahagian membuncah. "Kita rubah acara pertunangan menjadi pernikahan".
"Terimakasih". Temari langsung memeluk erat Matsuri. Berualang kali mengucapkan terimakasih. "Ayo kita buat kejutan". Ajak Temari mendapat anggukan Matsuri.
Shikamaru tersenyum dibalik temboknya, membujuk wanita dengan mengajukan seorang wanita adalah hal terbaik. Meraih ponselnya menekan tanda call kabar baik untuk disebarkan.
"Halo Neji, aku akan menemui Hiasi-san". Ucap Shikamaru setelahnya menekan tanda merah. "Semoga dengan ini kau memaafkanku Hinata".
Setelah kedatangan Hinata di tempat mereka berkumpul, Shikamaru mendatanginya di kediaman Hyuuga.
"Shikamaru-san". Ucap Hinata lembut. Hinata memandang wajah sahabatnya itu lama. "Apa kabar?". Hinata tersenyum kecil. "Maaf tidak bisa datang di pernikahanmu". Hinata merasa bersalah.
"Jika bersama Sasuke kau melupakan semuanya bahkan rasa cinta Gaara padamu". Shikamaru berucap dingin.
"Maaf". Hinata menunduk bersalah.
"Kenapa Hinata?". Shikamaru dengan tatapan mengintimidasinya. " kau kembali dan meremukkan hati Gaara, kami tidak akan pernah lupa akan ucapanmu dibandara, bahkan saat Gaara memohon dikakimu". Shikamaru menatap tajam Hinata.
Hinata semakin menunduk dalam terdiam tidak berucap sepatah katapun.
"Hanya kematianmu, maka maaf darimu kami terima". Shikamaru berdiri tanpa menatap wajah penuh air mata sahabatnya.
"Ya ,aku akan pergi menemui kematian jika kalian bisa memaafkanku". Ucap keras Hinata.
Shikamaru berhenti tanpa berbalik" kami menunggunya". Shikamaru berlalu setelah menjawabnya.
Hinata kembali menangis tersendu memegangai dadanya terasa sesak. Rasanya sia-sia dirinya bertahan.
"Maaf Hinata". Shikamaru sendiri sudah tidak kuasa menahan tangisannya. "Aku tak harusnya mengucapkan kalimat menyakitimu". Memegangi dadanya yang serasa ngilu. "Semoga dengan ini mengembalikan rasa sakit yang telah ku tanjapkan". Sesal pria berkuncir nanas.
•••••••••••
"Kaasan kenapa aku mengenakan gaun pernikahan". Hinata sendiri tidak mengerti.
Hikari dan Hanabi tersenyum cerah. "Aku ingin putriku merasakan mengenakan gaun terindah ini, benarkan Hanabi". Hikari melirik putri bungsunya sembari mengedipkan sebelah matanya.
"Benar, bukankah Hinata-nee bertambah cantik". Ucap Hanabi senang. "Aku akan senang jika Hinata-nee mengabulkan permintaanku, hari ini aku akan menikah dengan Sasuke-kun jadi nee-chan juga harus cantik". Hanabi berusaha menahan air matanya. Hinata melirik kearah sahabatnya Sasuke. Pria itu mengangguk agar Hinata menyetujuinya. Kemudian Hinata beralih menatap Ayahnya lalu Neji.
"Kedua putri ayah harus terlihat cantik, mengerti". Ucap Hiasi mutlak. "Bahkan Hinata sekalipun". Hiasi tak kuasa menahan tangisnya lagi,lengan besarnya menarik tubuh kurus Hinata. Memeluk erat menumpahkan air mata kesedihan.
Hanabi dan Hikari,keduanya berpelukan menangis. Neji menunduk sedang Sasuke diam namun air matanya mengalir begitu saja, sebuah kesedihan baru menanti. Sanggupkah jika cerita ini menajdi bahagia. Sasuke menyadarinya, begitu berat melihat sahabatnya harus menderita.
"Besok Hinata-nee harus ke alatar bersamaku ya". Hanabi langsung menubruk tubuh kakaknya. Hikari lemas terjatuh dilantai.
Hinata merasakan kesedihan sama, begitu berat pergi tanpa kesalahan. Kesalahannya mengapa harus berakhir seperti ini.
TBC
KAMU SEDANG MEMBACA
Lovely girl
Fanfictioncinta itu semanis madu kadang seperti kopi kadang hambar tanpa rasa....