PEMBALASAN AURORA

92 8 1
                                    


Mengingat semua masa lalunya, Aurora menitikkan airmata. Rani yang sedari tadi memperhatikan, turut bersedih. Bulir bening yang jatuh di mata Aurora berubah menjadi kristal yang berkilau, berbarengan dengan itu, liontin kalung Rani tiba-tiba terangkat seperti ada medan magnet yang menariknya. Lalu kristal airmata Aurora melayang dan menempel pada liontin itu. Dan seketika memancarkan warna indah pelangi di seluruh ruangan. Rani, Aurora maupun Jaguar, mereka melongo takjub, menyaksikan pemandangan itu. Tak lama kemudian, terdengar kikikan tawa perempuan tua.

"Hi hi hi hi ... selamat datang kembali Aurora, aku sudah lama menunggu kedatanganmu di sini. Hi hi hi hi ..."

Seketika sinar pelangi itu hilang, kini berganti datang asap hitam menyelimuti seluruh ruangan. Dan semuanya menjadi gelap. Rani ketakutan, dia berpegangan erat pada Aurora. Tubuhnya menggigil, dan gemetar. Keringat bercucuran di sekujur tubuh Rani. Suhu ruangan mendadak panas dan perubahannya sangat mempengaruhi Rani. Hanya Aurora dan Jaguar yang sama sekali tidak terpengaruh.

"Kamu tenang Rani, ada aku dan Jaguar di sini. Tetap berpegangan padaku."

Aurora berusaha menenangkan Rani. Lalu tiba-tiba sekelebat bayangan hitam melayang, kuku panjang menyabet leher Rani.

"Akh ..."

Rani menjerit kesakitan. Lehernya terasa perih dan memanas. Darah segar menetes. Rupanya perempuan tua itu berusaha mengambil kalung Rani. Mendengar jeritan Rani, Aurora dan Jaguar berusaha melindunginya.

"Jaguar, bantu aku menerangi ruangan ini. Rani dalam bahaya."

"Baik Tuan Puteri."

Lalu sorot mata Jaguar memancarkan sinar terang. Perlahan asap hitam itu pun lenyap. Tampaklah Centringkeling dengan beberapa pengawalnya. Rani semakin gemetar ketakutan. Wajahnya memucat. Tangan Rani mencengkram erat berpegangan pada Aurora.

"Aku takut Aurora. Hiks hiks hiks ..." Rani menangis.

"Kamu harus kuat Rani, kamu jangan sampai kehilangan kesadaranmu. Ada aku di sini. Kamu tenanglah."

"Tapi aku sangat takut. Kunang-kunang aku takut. Tolong aku."

Rani memanggil teman kecilnya. Tiba-tiba liontin kalung Rani bergerak lalu muncul setitik cahaya, lama kelamaan cahaya itu berubah menjadi seorang pria tampan. Pria itu tersenyum pada Rani dan memberi hormat pada Aurora.

"Ratu Aurora, kenalkan saya putra Annabelle. Prince Alexis. Saya diberi mandat oleh ibunda untuk selalu melindungi seluruh keturunanmu."

Aurora termangu lalu tersenyum.

"Terima kasih Alexis, ternyata putra Annabelle sangat tampan."

"Kita tidak punya banyak waktu. Kita harus segera melenyapkan Centringkeling. Rani usaplah liontin kalungmu 3x aku butuh pedang itu."

Prince Alexis memberi perintah pada Rani. Dan Rani pun menurutinya. Tiba-tiba seluruh ruangan menjadi terang benderang, sebuah pedang melayang melesat secepat kilat, lalu Alexis segera menangkapnya. Aurora terperangah kaget.

"I... itu bukannya pedang suamiku?"

"Iya, ini pedang Raja Andreas. Sebelum paman meninggal, paman meminta Bunda untuk menyihir pedang ini dan memasukkannya pada sebuah liontin. Paman bilang liontin itu adalah milikmu yang akan selalu di pakai oleh seluruh keturunanmu. Dan sebelum Bunda meninggal, Bunda memintaku untuk selalu menjaga seluruh keturunan Raja Andreas, karena paman sangat ingin Ratu Aurora terlepas dari kutukan. Bunda meninggal ketika melindungi orang tuanya Rani. Bunda memintaku untuk selalu bersama Rani, memberiku mantera untuk mengubah wujudku menjadi apa saja. Bunda bilang Centringkeling akan kalah jika airmatamu berubah menjadi sebuah permata dan bersatu dengan pedang Raja Andreas yang bersemayam dalam liontin kalung Rani. Dan Bunda memintaku agar aku menggunakan pedang itu untuk mengalahkan Centringkeling."

LUKISAN HIDUPTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang