13. Plaster Merah Muda

2.3K 293 24
                                    

Tak ada yang lebih membuat jenuh selain menjalani tuntutan jadwal belajar yang telah diatur sedemikian rupa dan mau tak mau diharuskan menghadapi rutinitas yang sama dalam tiap jarum jam yang terus bergulir menguras waktu.

Melekat di kursi hampir seharian penuh untuk menyeleksi tulisan demi tulisan dalam sebuah buku, memenuhi tempat sampah dengan buntelan kertas kusut dan pena-pena tak bertinta, mencoret angka kalendar dari hari ke hari lalu setelahnya diliput cemas ketika diancam oleh berbagai rangkaian ujian sekolah yang siap memerangi otak dan mental mereka.

Ah. Tetapi Mingyu tak seberlebihan itu.

Pengetahuan yang sedikit demi sedikit ia tabung ke dalam kepalanya sejak masih menjadi bocah cengeng sepertinya sudah sangat cukup membantu keberlangsungan pendidikannya ke depan hari.

Mingyu tak mengerti bagaimana caranya membalas kebaikan pada ayahnya yang selama ini telah sabar membantunya memecahkan masalah rumit dalam tugas sekolah dan pula sang ibu yang sangat mengerti bagaimana cara untuk memberi nutrisi yang baik sehingga ia dapat tumbuh seperti saat ini.

Terakhir yang terpenting, Mingyu harus mengungkapkan ribuan terima kasih pada ayah dan ibu yang menyongsong prinsip bahwa nilai ujian bukanlah prioritas tertinggi.

Sekarang, setiap orang tua mungkin sudah semakin menyibukkan pekerjaan demi mengeluarkan uang lebih untuk biaya Hagwon alias les tambahan anak-anak mereka. Dan orang tua Mingyu sepatutnya bangga karena tak harus melakukan itu.

"Kau mengalami peningkatan." Mingyu tak perlu mengikuti les. Ia perlu memberikan les pada orang lain.

"Eh?" Wonwoo, lebih tepatnya.

Mingyu mengiggit ujung bolpoin, matanya masih menelisik kombinasi symbol dan angka yang memenuhi kertas di atas meja. Dan keningnya yang berkerutan tiba-tiba membuat Wonwoo jadi kehilangan kepercayaan diri. "Tapi kau masih belum cukup."

Helaan kecewa terdengar dari mulut si gadis yang entah kenapa seakan kehilangan banyak energi belakangan ini. Mingyu tak bertanya banyak mengapa kucing ganas di depannya ini tiba-tiba bersikap seperti kucing penyendiri yang kehilangan nafsu makan.

Ia hanya menerka, bahwa mungkin saja semua ini ada kaitannya dengan rumor perkelahian yang terjadi selama ia dispensasi dadakan dari kegiatan sekolah. Tetapi seharusnya konflik-konflik kecil seperti itu sudah biasa Wonwoo alami.

Mata Mingyu dengan penasaran terus mengamati lamunan Wonwoo yang lesu mencakar-cakar kertas kosong dengan coretan tak berbentuk. Jujur saja, pemandangan itu sangat mengganggunya.

"Kita lanjutkan nanti." Mingyu beranjak, membawa tumpukan buku-buku miliknya keluar kelas.

"Kau akan ke perpustakaan?"

Mingyu berhenti di dekat pintu, menjawab pertanyaan Wonwoo dengan anggukan. "Mengembalikan buku."

"Aku ikut."

Kemudian kedua orang itu beriringan melintasi tengah-tengah keramaian koridor tempat para siswa biasa bersenda gurau ketika sedang tak betah duduk di kelas. Mingyu hanya meluruskan pandangan pada jalan yang ia lewati dan menutup pendengaran dari singgungan anak-anak yang mengaitkan nama Wonwoo dan Jun dalam satu desusan.

Minghao benar bahwa Wonwoo sepertinya akan semakin menjadi artis yang penuh pusat perhatian saat ini. Tentunya dalam artian lain, bukan sesuatu yang harus dibanggakan.

Sekali lagi, semua ini mengganggu pikiran Mingyu. Batinnya tak ingin menepis bagaimana ia begitu khawatir pada gadis di sampingnya ini. Mingyu masih menatap lurus. Namun walau begitu, ekor matanya terus berusaha membaca bagaimana ekspresi Wonwoo menanggapi semua suara tak dikenal yang mengusik.

Stray Cat • meanie gsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang