II | LOVE HATE RELATIONSHIP

1K 139 38
                                    

"Gila, ya, lo! Gue nungguin dari jam 3 disini, dan elo baru datang?!"

Baru juga buka pintu mobil, aku langsung kena semburan Abe.

Kulihat jam di tangan kiriku, jarum pendeknya mengarah ke angka 5. Aku cuma bisa nyengir.

"Sorry, beib, tadi gue bikin kuis dadakan di kelas, jadi agak lama selesainya."

"dua jam gue terbuang sia-sia, tau ga?" masih sambil muka cemberut, Abe memasangkan seatbelt untukku.

Aku tepuk lembut pipinya dengan kedua tanganku.

"Ga ada yang sia-sia, Be, lo habis tidur kan di mobil?"

Dia mendengus. Lalu mulai menjalankan mobilnya ke luar kampus.

"Tau darimana lo?"

Aku terkekeh, dan mengambil kain bali punyaku di kursi belakang.

"Lo ga bisa tidur kalau ga pake ini, kan?"

Dia mendelik kesal.

"Itu bukti, Be, kalau gue itu bisa jadi obat tidur lo. Daripada tiap malam lo harus minum Alprazolam, gue rela kok itu kain bali jadi hak milik lo."

Melihat mukanya tertekuk kesal, membuatku makin tertawa kencang.

Abe tuh gitu, guys. Gak mau mengakui kalau aku bisa jadi efek menenangkan buatnya. Kesibukannya ngurus EO bikin dia sering kecapean tapi bikin susah tidur. Alhasil, kadang siang-siang pas aku masih ngajar di kelas, dia numpang tidur di apartemenku. Katanya enak kalau tidur siang di apartemenku, walaupun cuma di sofa.

Hah, belum kenal sama essential oil kali ya tu orang? Wangi Lavender emang bikin nyaman dan menenangkan. My favorit essential oil juga, tinggal tuang ke difuser, lalu wanginya menyebar deh. Kayaknya aku harus beliin dia difuser kayak punyaku deh, biar hidupnya jauh dari depresi. Hahaha. Depresi ngurusin event orang.

Setibanya di kafe, aku menelepon Laras, sahabatku yang satunya. Dia katanya mau join juga, mumpung dua anaknya lagi nginep di rumah oma opanya.

"Udah dimana, Ras? Gue sama Abe baru sampai, nih."

"Perempatan depan, bentar lagi nyampe. Pesenin nasi goreng kambing dong, gue laper banget."

"Iya. Hati-hati mamanya Aga Aca."

Kututup teleponnya, lalu aku melihat Abe sudah berdiri di samping kiriku dengan pintu terbuka.

Abe sweet banget ya, guys?

Ahahaha. Tenang, ga cuma ke aku doang dia begituuu... Abe itu lelaki pecinta wanita, ke semua perempuan dia bakalan men-treat sebaik mungkin. Ya, namanya juga Abe, ceweknya ada dimana-mana.

Setelah memesan makanan untuk kami bertiga, si bapak EO langsung sibuk dengan laptopnya. Lah, kan aku mau curhat? Piye iki?

Untungnya ga lama aku dicuekin Abe, datanglah Laras. Dengan celana panjang denim warna biru dan kemeja putih, dia berjalan menuju meja dimana aku dan Abe berada.

"Jaaas, kangen banget gueee... Duh, serasa seabad ga keluar rumah deh." serunya sambil cium pipi kanan kiriku. Aku menyambutnya dengan tawa.

Emang sedikit lebay mamak dua anak yang satu itu. Katanya sekarang dunianya berpusat di Bintaro doang, jalan-jalan ke Alfa depan komplek udah berasa piknik karena bawa rombongan sirkus. Gilak, anak kembar selucu Aga Aca aja dikatain rombongan sirkus.

"Eh, ada si ganteng kalem, apa kabar, Pak? Udah insyaf?" Tanyanya sambil mencolek dagu Abe yang penuh brewok.

"Kalau sama gue, Abe insyaf, Ras. Tau deh kalau deket cewe lain." Malah aku yang menjawabnya. Abe sih tetep fokus liatin laptopnya, sok sibuk banget.

"Duh, Anda emang ya wanita sholehah impian semua pria. Tinggal nunggu ada yang ngimamin aja ini mah..." seru Laras sambil terkikik.

"Nah, itu... Bulan depan adik gue mau lamaran, nyet. Dan sebelum adik gue nikah, papa mau gue duluan yang nikah. Pamali katanya. Duh, ini udah zaman 4.0 tapi masih ada pamali-pamali giniii?"

Fiuh... haus. Langsung kuambil air mineral di depanku.

"heh? Serius si Fahmi mau nikah? Ciaaaan lau..."

Sialan si Laras malah ngeledek.
Duh, ini kok buka segelnya susah banget. 

Kulihat ada tangan terulur di depanku, lalu membukakan segel air mineralku.

Tanpa banyak basa-basi, Abe adalah Abe. Manusia tanpa banyak omong, tapi lebih mengutamakan aksi nyata. Kalau kata Laras, cocok sama slogan rokok yang dikonsumsi Abe, talk less do more.

"Ya, PR lo sekarang ini adalah cari pacar, Jas. Eh, bukan pacar deng, tapi calon suami."

Aku mengangguk.
Kulihat Abe, dia no komen.

"Mau gue kenalin sama temennya Bang Ilham? Ada kok yang lolos kualifikasi buat suami idaman." Lanjut Laras.

Aku mikir-mikir, Bang Ilham suaminya Laras kan anggota dewan, dan aku trauma dengan segala sesuatu yang berhubungan dengan pejabat. Ah, nanti kembali membuka luka lama.

"Nih fotonya..." Laras menyodorkan hpnya, disana terpampang laman instagram dengan akun instagram @gamal_jabar dan fotonya sudah jelas pakai jas dan background depan bendera partai pengusungnya.

"Dia lagi nyalon buat jadi Cawagub Jawa Barat, butuh istri cepet."

Gokil, kirain butuh uang aja yang cepet.

"Eh, tapi kayanya duda, Jas. Nih, dia foto sama anaknya, udah gede juga anaknya." Katanya sambil tangannya lincah men-scroll timeline instagramnya Gamal Jabar itu.

Aku melirik malas. Drop sudah.......

"kayak ga ada yang single aja, Ras."

Oh, Abe, diam-diam dia mendengar pembicaraan dua wanitanya ini.

"Gue setuju sama Abe!" Seruku sambil merangkul pundaknya si Bedul itu.

"Lo single, Be? Gih, kawinin si Jasmine."

"Ya ga gitu juga kaliiii..." aku dan Abe kompak menjawab.

"Daripada lo galau mau nikah, tuh si Abe ajak aja ke penghulu, biar burungnya bisa menemukan sangkar yang jelas, tepat, dan terpercaya."

Eh, itu ya mulut si Laras minta dicabein.

***

Again...
Cerita kali ini tanpa draft ataupun outline. Ngalir gitu aja biar ga ribet mikirnya.

Maklum, mamak sudah pusyiiing ngurus si cikal yang baru masuk sekolah. Bahahaha

Thanks for reading :')

Love-Hate RelationshipTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang