14

234 26 0
                                    

Jam sudah menunjukan pukul sepuluh malam, tetapi Ara belum juga memejamkan matanya. Lima belas menit yang lalu vano juga telah menelfonya karena sudah mengurangi bodyguard yang berada di rumah Ara, tapi Ara sungguh tak habis pikir dengan fikiran kakaknya itu, Vano hanya mengurangi dua bodyguard di rumahnya?akkhh sungguh Ara sangat ingin mencakar-cakar muka tampan vano.

Ana saat ini memang menginap di rumah Ara atas keinginan Vano, karena Ana tidak akan mungkin menolak keinginan vano, hmm jika itu terjadi pasti Ana akan mendapat telfon terus menerus dari vano, atau para bodyguard sialan vano itu akan menculiknya untuk menemani Ara. Sebenarnya Ana sangat jengkel dengan sikap kakak dari sahabatnya itu, yang seenaknya mengaturnya, tapi apalah daya karena Ana juga sangat menyayangi Ara dan juga vano sebagai keluarga. Ana yang tengah berbaring sambil memainkan ponselnya menoleh menatap Ara yang tengah melamun.

"Lo kenapa ra, dari tadi gue perhatiin kaya mikirin sesuatu" tanya Ana memecah lamunan Ara.

Ara mendongakkan wajahnya menatap Ana, " kalo lo ketemu cowo aneh, apa yang bakal lo lakuin?" tanya Ara menatap Ana dengan serius.

Ana mengernyitkan dahinya bingung, "kok lo nanya gitu?" ucap Ana balik bertanya, tidak biasanya Ara bertanya aneh kepadanya.

"Isshh tinggal jawab aja apa susah nya si " kesal Ara.

"Yaaa gue tinggalin aja" jawab Ana acuh kemudian menarik selimutnya.

"Good night" lanjut Ana lalu memejamkan matanya.

Aramendengus kesal melihat Ana yang sudah memasuki alam mimpinya, dengan kesal Ara mendorong tubuh Ana membuatnya mengumpat pelan. Ara mematikan lampu kamarnya dan menyusul untuk tidur.

Semoga hari ini adalah mimpi

gumamnya kemudian menyusul Ana kedalam mimpi.

*******

Sang fajar tampak cerah memancarkan sinarnya, berbeda dengan dua gadis yang masih bergelut manja dengan selimut mereka menghindari sinar matahari yang membuatnya terusik, Terdengar ketukan pintu yang berulang-ulang namun kedua gadis itu enggan membuka mata indahnya, terlalu malas untuk sekedar membuka pintu, ketukan pintu itu semakin keras membuat salah satu gadis itu menggeliat pelan merenggangkan otot-ototnya.

Tok

Tok

Tok

Suara pintu semakin kencang di ketuk oleh seseorang dari luar, "non sudah siang" ucap wanita paruh baya di balik pintu kamar Ara.

Ana mengerjab-ngerjabkan matanya menyesuaikan cahaya yang masuk ke indra pengelihatannya. Dengan malas Ana melangkahkan kakinya membuka pintu yang terus di ketuk oleh seseorang.

"Eh bibi" sapa Ana dengan wajah bantalnya.

Wanita paruh baya itu tampak menggeleng-gelengkan kepalanya melihat Ara yang masih tertidur pulas, "Maaf non, ini sudah siang, apakah nona dan nona Ara tidak berangkat ke sekolah?" tanya kepala pelayan itu, yang biasa di panggil bibi. Ana tanpak melihat jam yang berada di nakas, ah pantas saja, ini sudah waktunya berangkat sekolah, Apaa!!!, Ana terbelalak kaget kemudian langsung berlari menuju kamar mandi.

Ana bersiap dengan kecepatan kilat, ini semua gara-gara Ara yang mengajaknya menonton film saat terbangun tengah malam,  "bibi tolong bangunin Ara!!" teriak Ana dari dalam kamar mandi sambil menyikat giginya.

Kepala pelayan yang bernama Ema itu tersenyum tipis melihat kelakuan teman majikannya itu, tanpa ragu Ema membuka jendela untuk membebaskan cahaya matahari masuk ke dalam kamar Ara.

Ara tampak melengguh pelan sambil mengucek-ngucek matanya, "non bangun non, nanti telat ke sekolahnya" ucap Ema lembut sambil mengguncang-guncakan bahu Ara.

I FOUND IT (HIATUS)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang