Gadis itu duduk di balkon kamarnya lalu mengambil gitarnya yang bersandar di tembok. Dengan lincah, ia memetik gitar tersebut sehingga terdengar nada sebuah lagu yang akan ia nyanyikan sekarang.
I met you in the dark, you lit me up
You made me feel as though I was enough
We danced the night away, we drank too much
I held your hair back when
You were throwing upThen you smiled over your shoulder
For a minute, I was stone-cold sober
I pulled you closer to my chest
And you asked me to stay over
I said, I already told ya
I think that you should get some restI knew I loved you then
But you'd never know
'Cause I played it cool when I was scared of letting go
I know I needed you
But I never showed
But I wanna stay with you until we're grey and old
Just say you won't let go
Just say you won't let goTak terasa setitik air mata terjun dari mata kemudian membasahi pipinya. Jujur saja, ia rindu seseorang.
Orang tersebutlah yang telah mengajarinya cara bermain gitar. Dan lagu ini merupakan lagu favorit mereka berdua.
I'll wake you up with some breakfast in bed
I'll bring you coffee with a kiss on your head
And I'll take the kids to school
Wave them goodbye
And I'll thank my lucky stars for that nightWhen you looked over your shoulder
For a minute, I forget that I'm older
I wanna dance with you right now
Oh, and you look as beautiful as ever
And I swear that everyday'll get better
You make me feel this way somehowI'm so in love with you
And I hope you know
Darling your love is more than worth its weight in gold
We've come so far my dear
Look how we've grown
And I wanna stay with you until we're grey and old
Just say you won't let go
Just say you won't let goI wanna live with you
Even when we're ghosts
'Cause you were always there for me when I needed you mostI'm gonna love you till
My lungs give out
I promise till death we part like in our vows
So I wrote this song for you, now everybody knows
Finally it's just you and me till we're grey and old
Just say you won't let go
Just say you won't let goJust say you won't let go
Oh, just say you won't let goDiakhirinya lagu tersebut dengan sebuah petikan pertanda bahwa lagu itu telah usai.
Ia menghapus air matanya dengan kasar. Kemudian menatap nanar langit senja dihadapannya.
"Haruskah aku menjawab pertanyaan konyol itu? Kurasa tidak perlu. Untuk apa kau tanyakan padaku sejak kapan aku jatuh cinta pada senja kalau kamulah yang paling tahu jawabannya. Ya kamulah jawabannya, KAMU."
"Sejak kamu meninggalkanku pergi tanpa sebuah kata permisi, sejak kamu hadirkan dia dalam hatimu sebagai penggantiku yang bahkan masih menjaga ketulusan yang kuperuntukkan hanya padamu. Sejak kamu tidak lagi menganggapku berarti."
"Sebab setelah kamu memilihnya, senjalah yang setia menemaniku. Cukuplah dia menasehatiku dengan bahasanya sendiri, dan biarkan aku memahaminya dengan caraku sendiri. Biarlah aku menguatkan hatiku yang telah menjadi perca ini. Jangan kau buat aku sendu oleh kata rindumu. Bukankah kamu adalah langit yang meminta sang mentari pergi agar bisa bersama dengan sang rembulan? Dan lihatlah, mentari ini selalu menuruti apa maumu, demi kebahagiaanmu. Biar ku simpan rasa dan rinduku sendiri dan peruntukkanlah cinta juga rindumu itu kepada perempuan barumu. Yang demi dia kamu mengganggapku tiada."
"Bahagialah dengan apa yang kamu pilih, jangan lagi usik hatiku. Dan biarkan aku membahagiakan diriku dengan caraku sendiri. Aku tahu kata rindumu itu bukanlah berarti kamu ingin kembali. Atau lebih tepatnya, kamu rindu menyakitiku lagi? Terserahlah, aku tidak akan membalas setiap rasa sakit yang dari belatimu itu. Aku pun tidak akan berdoa agar karma segera menimpamu. Tidak, aku hanya punya cinta yang hanya bisa mendoakan kebahagiaanmu, bukan melukaimu. Cukuplah aku serahkan segalanya pada Tuhan Yang Maha Tahu. Sebetapa banyaknya luka yang kamu beri, aku tetap berterimakasih pada Tuhan yang mengizinkan kita untuk pernah saling memiliki."
Ia mengeluarkan keluh kesahnya pada senja. Ia rasa hanya senjalah yang dapat ia percaya untuk sekedar berbagi keluh kesah yang selama ini ia kubur dalam-dalam dibenaknya.
Ia sama sekali tak punya teman. Selain karena sifatnya yang tertutup, ia juga sulit percaya pada orang. Satu-satunya orang yang ia percayai sudah pergi meninggalkannya demi perempuan lain.
"Aku berterima kasih padamu, Senja. Karena kamu, aku jadi mengerti apa arti dari 'merelakan' sesuatu yang seharusnya tidak kamu pertahankan," ucapnya sembari tersenyum menatap langit yang sudah mulai gelap.
Ia beranjak dari tempat duduknya kemudian meletakkan gitarnya kembali pada tempatnya, ia kembali ke dalam kamarnya lalu menutup pintu penghubung antara kamar dengan balkonnya.
Tak lama terdengar sebuah dering yang ia yakin itu berasal dari ponselnya. Ia menatap heran ponselnya tersebut. Terpampang nomor tak dikenal sedang menelponnya. Ia memutuskan untuk menjawabnya daripada rasa penasaran menyelimuti dirinya.
"Halo saya Go-jol," sapa seseorang dari sebrang sana.
Ia mengernyitkan dahinya kemudian menepuk dahinya pelan. Ia lupa, beberapa menit yang lalu ia memesan makanan, mengingat tidak ada bahan makanan sama sekali didapurnya.
"I-iya halo, saya pemesan," jawabnya asal, "ada apa ya?"
"Ini rumahnya yang mana, Mbak?"
"Udah ketemu Perumahan Jepun nya belum, Pak?" tanya nya balik.
"Erm, oh ini. Udah, terus?"
"Lurus, setelah itu belok kiri, rumah nomor 8. Yang paling awal setelah belokan," terangnya.
"Saya sudah didepan," ucapnya.
"Sebentar, saya turun dulu," jawab gadis itu kemudian memutuskan sambungan telepon lalu merogoh tasnya mencari dompet miliknya. Ia mengeluarkan selembar uang berwarna merah muda dan selembar uang berwarna biru.
Ia membuka pintu rumahnya lalu mendapati seorang Go-jol berdiri sembari membawa plastik yang ia yakini isinya adalah makanan pesanannya.
"Semuanya 139.500," ucapnya.
Gadis itu menyodorkan uang yang ia ambil tadi kemudian berjalan memasuki rumahnya.
Go-jol tersebut heran, uang nya lebih, tapi tidak ada tanda-tanda bahwa gadis tadi meminta kembaliannya.
"Ehmm, Dek," panggilnya.
"Kenapa, Pak?" tanyanya dari balik pintu.
"Erm.. Ini, kembali-"
"Udah, ambil aja, Pak. Ribet kalo nyariin kembaliannya, keburu berontak cacing-cacing di perut saya," candanya yang diiringi dengan kekehan kecil.
Bapak Go-jol tersebut hanya tersenyum. Ia jadi rindu putrinya yang sering melempar candaan kepadanya. Tak lama ia segera meninggalkan kawasan rumah gadis tersebut lalu bergegas menuju ke rumahnya.
Gadis itu segera memasuki rumahnya. Dibawanya plastik tersebut ke meja makan yang terletak di depan dapurnya.
"Kentang, ada. Ayam sama nasi, ada. Cola, ada. Burger, ada. Milo, ada. Es krim, ada. Udah lengkap berarti," gumamnya sembari mengabsen seluruh pesanannya.
Gadis ini hampir tidak pernah memasak di rumahnya. Ia lebih memilih memesan makanan daripada memasaknya sendiri. Meskipun ia tahu, makanan ini tidak baik untuk kesehatannya.
Ia memilih untuk memakan nasi beserta ayamnya. Tak lupa dengan Milo sebagai minumannya.
Setelah menghabiskannya, ia merasa dirinya sudah kenyang. Seketika ia bingung, 'mau dikemanakan sisanya?' batinnya.
"Kentang, burger, es krim, sama cola bawa ke atas ajalah. Hitung-hitung buat cemilan," gumamnya lalu segera mengambil nampan sebagai alas untuk membawa seluruhnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Puisi untuk Sky
Teen Fiction"Terima kasih. Karenamu, aku bisa merasakan kembali indahnya jatuh cinta."