Lagi, untuk kesekian kali Joana menurunkan rok yang terasa menelanjanginya. Panjang yang hanya separuh paha, membuat kulit putihnya terekspos dengan tidak sopan.
"Jo, ini minum!" Ucap salah seorang wanita cantik dengan setengah berteriak, suaranya benar-benar terhalau kerasnya dentuman musik yang membuat telinga Joana sakit.
Keningnya mengernyit, menatap minuman yang masih berada di depan wajahnya. "Aku tidak bisa minum alkohol!" Joana balik berseru. Tangannya dia goyang-goyangkan sebagai isyarat penolakan.
Beberapa temannya tergelak. "Lalu apa yang akan kau lakukan di sini, Jo?! Kita datang kemari untuk merayakan kelulusan kita, bukan?! Setidaknya minumlah meski hanya sedikit!" Bujuknya.
Joana terdiam. Pikirannya masih menimbang. Jujur, dia bukanlah orang yang suka pergi ke club malam, apalagi mengkonsumsi alkohol. Jika bukan karena Diandra dan Vanya yang mengajaknya, Joana tidak akan sudi datang ke tempat berisik ini.
Joana lebih menyukai alunan musik klasik yang lembut dan ditemani secangkir cokelat hangat serta buku tebal. Daripada dentuman keras dan aroma alkohol yang membuatnya pusing. Joana ingin pulang.
"Hanya satu gelas!" Ucapnya mantap.
Diandra, wanita berambut sebahu itu tersenyum lebar. "Iya! Hanya satu gelas!" Balasnya, merasa geli pada temannya satu ini. Dia sangat paham jika Joana sangat membenci alkohol, jadi satu gelas untuk wanita itu tidaklah masalah.
Joana meraih uluran gelas yang di sodorkan Diandra padanya. Menatap gelas dan teman-temannya bergantian. Dirinya merasa ragu untuk meneguk cairan pahit itu ke dalam mulutnya. Namun apa boleh buat, tatapan teman-temannya yang menunggu cairan itu masuk ke dalam mulut Joana sangatlah memaksanya. Mau tidak mau akhirnya alkohol itu dia teguk juga.
Joana mengernyit, kala merasakan panas pada tenggorokannya. Segera dia meletakkan gelas itu ke atas meja yang disambut sorakan oleh teman-temannya.
"Bagaimana tidak terlalu buruk 'kan?!" Kali ini Vanya yang berucap.
Joana menghembuskan napas kasar melalui mulutnya. Badannya terasa mulai panas saat ini. Namun anggukan kecil dia berikan untuk pertanyaan Vanya, memang rasanya tidak terlalu buruk seperti dugaannya.
Senyum Vanya dan Diandra merekah. Membiarkan Joana menyesuaikan diri dengan alkohol dan tempat itu. Beberapa saat mereka sibuk berbincang dengan selingan tegukan-tegukan alkohol yang terus menerus memenuhi perut mereka.
Joana terdiam sesaat. "Aku harus ke kamar mandi!" Ucapnya terburu. Lantas dia bangkit dari duduknya, membelah kumpulan manusia yang saling berdesakan.
Segera Joana menumpahkan semua isi perutnya saat dia tiba di kamar mandi. Kepalanya terasa benar-benar pusing dengan perut mual luar biasa. Astaga, rasanya satu gelas alkohol pun bukanlah takarannya.
Joana berkumur beberapa kali, lantas mematut dirinya di depan cermin. Wajah cantiknya terlihat begitu pucat pasi. Dia menghela, sepertinya dia harus segera pulang jika tidak ingin berakhir pingsan di sini. Pikirnya.
Saat Joana melangkahkan kakinya keluar kamar mandi, tanpa sengaja dia menabrak seseorang. Beruntung lengan sigap segera meraih kedua bahu Joana hingga wanita itu tidak terjengkang ke belakang.
"Ah, maaf saya tidak sengaja," ucap Joana merasa bersalah. Segera dia melepaskan genggaman pada kedua bahunya. Lantas maniknya terangkat, menatap samar lelaki yang berdiri menjulang di depannya. Wajah tampan berekspresi datar menatap Joana lurus.
Satu yang begitu menarik perhatian Joana yaitu api biru yang menatapnya menyala-nyala. Mengagumi bagaimana manik sebiru lautan itu terasa menenggelamkannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Snow In Summer
Romance[ O N G O I N G ] Apa yang akan terjadi pada kehidupan Joana, saat kembali bertemu dengan cinta satu malam yang membuat hancur kehidupannya? Casting: ☆ Javis Francklyn Wegner x Joana Deolinda ☆ Start: 18/09/19 End: