06 | Kata Maaf

11.7K 801 114
                                    

Bulu mata lentik itu mulai bergerak, terbuka perlahan. Joana menerjap beberapa kali, menyesuaikan cahaya yang menusuk ke dalam retinanya. Segera dia tergeragap saat menyadari hari sudah mulai gelap. Dia bangkit cepat. Astaga! Dia ketiduran sampai sesore ini. Dia lupa jika dia belum menjemput Azki.

Joana bersiap secepat mungkin. Dia bahkan hanya mengambil sweater-nya yang tergantung di lemari dengan asal. Lantas segera berlalu, tapi baru saja dia membuka pintu flat miliknya. Suara teriakan anak kecil lebih dulu menghentikan langkahnya.

"Bunda!" Serunya, lantas menubruk tubuh Joana.

Joana mematung sejenak. Lantas segera berjongkok, menatap lekat gadis kecilnya. "Azki?! Azki pulang dengan siapa?" Tanya cemas.

Senyum Azki masih merekah lebar, "Azki pulang dengan Paman Javis," ucapnya. Beralih menatap lelaki yang berdiri di depan pintu.

Manik Joana mengikuti arah telunjuk gadisnya. Barulah dia menyadari jika seorang lelaki masih berdiri di sana. Menatap mereka lembut tanpa ekspresi berlebih. Joana bangkit dari posisinya, menatap lurus Javis yang tidak bergerak sedikit pun dari tempatnya.

"Terimakasih sudah mengantar Azki pulang," ucap Joana tulus.

Lelaki itu tidak langsung menjawab, hanya senyum tipis yang perlahan tertarik di kedua sudut bibirnya. Dia lantas mengangguk dengan gumaman kecil.

"Selamat datang di rumah Azki Paman. Ayo kita masuk." Azki mempersilakan dengan ramah, menarik tangan Javis yang terkejut.

Lelaki itu segera mengikuti langkah kecil gadis di depannya. Membiarkan Joana yang masih terpaku menatap dua orang itu. Lantas dia mengekor di belakangnya, membiarkan Azki terus menarik Javis hingga mereka tiba di ruang tamu yang langsung menyatu dengan ruang makan.

"Silahkan duduk Paman."

Senyum Javis tidak bisa untuk tidak merekah. Lelaki itu mengangguk kecil, lantas duduk di sofa berwarna toska yang ada di sana. Jemarinya terangkat, mengelus pelan pipi gembil Azki. "Terimakasih, Princess," ucap lelaki itu mengundang senyum Azki untuk merekah lebar, menampakkan deretan gigi susunya yang menggemaskan.

"Bunda, kita harus membuatkan Paman Javis minum." Kali ini Azki beralih meraih tangan Bundanya yang masih berdiri di belakang.

Javis kembali bangkit dengan cepat, "Tidak perlu repot-repot. Aku tidak akan lama," tolaknya sopan.

"Tidak apa-apa, duduklah. Aku akan membuatkan minum sebentar," jawab Joana. Lantas wanita itu melangkah meninggalkan Javis yang masih menatap ibu dan anak itu menuju dapur.

Tanpa sadar Javis menghela pelan. Maniknya beralih, mulai mengedarkan pandangannya di flat sempit milik Joana. Tidak banyak perabot dan juga ruangan di sana. Namun cukup untuk membuatnya merasa nyaman.

Javis bangkit berdiri, berjalan menuju sebuah lemari. Di mana sebuah bingkai foto menarik perhatiannya. Tanpa sadar senyumnya merekah, Azki kecil terlihat begitu menggemaskan duduk di pangkuan ibunya. Tersenyum dengan begitu bahagia di depan kamera.

Perhatian Javis tidak berhenti di sana. Sebuah cetakkan kaki dan tangan kecil ikut menyita atensinya. Lagi-lagi senyumnya merekah tanpa dia sadari. Perasaannya menghangat. Melihat setiap gambar Azkia tumbuh dengan baik setiap waktu.

"Ini minumnya."

Javis sedikit terlonjak, kepalanya berputar cepat menatap Joana yang berdiri di dekat meja. Lantas berganti menatap segelas jus yang sudah tersedia di sana. Senyumnya merekah tipis, "Terimakasih," ucap lelaki itu. Dia melangkah menghampiri Joana.

"Di mana Azki?" Tanya Javis saat tidak menemukan gadis kecil kesayangannya.

"Dia sedang mengganti pakaiannya," jawab Joana sembari mendudukkan tubuhnya di sofa.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 26, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Snow In SummerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang