Javis benar-benar tidak fokus pada pekerjaannya. Sudah empat hari dia tidak bertemu gadis kecil yang selalu mengganggu pikirannya. Sungguh, dia seperti tidak mengenal dirinya sendiri saat ini. Bagaimana mungkin dia begitu merindukan bocah yang sama sekali tidak ada sangkut pautnya dengan dirinya?
Helaan Javis lolos begitu saja. Dia begitu pusing saat ini.
Tok! Tok! Tok!
Ketukan di pintu membuat kesadaran Javis kembali. "Masuk!" ucapnya. Tak berapa lama seorang lelaki tampan masuk ke dalam ruangannya.
"Sudah waktunya makan siang, Tuan. Apa Tuan ingin saya pesankan sesuatu?"
Javis melirik arlojinya sejenak. Kembali dia menatap lelaki yang berdiri tegap di pojok meja. "Tidak perlu. Aku akan pergi makan siang di luar," jawabnya pada Anthony, asisten sekaligus kaki tangannya.
"Baik, Tuan." Anthony membungkuk sekilas, lantas pamit keluar.
Javis menghempaskan punggungnya pada sandaran kursi. Apakah Azkia sudah pergi makan siang?
Javis menghela. Dia mencoba menepati kata-katanya pada wanita itu. Namun sungguh, Javis sudah tidak bisa menahan kerinduan pada bocah menggemaskan itu. Bolehkah Javis menemuinya diam-diam?
Segera dia bangkit dari kursinya. Menyambar ponsel dan kunci mobil yang dia letakkan di meja, lantas melenggang pergi.
Kaki jenjang milik Javis menyusuri lantai yang terlihat begitu ramai. Anak-anak kecil mulai berhamburan, bahkan ada beberapa yang hampir menabrak tubuh Javis.
"Papa!" Seruan dari suara yang sangat Javis kenal itu membuat pandangan Javis terfokus pada sumber suara.
Dilihatnya gadis mungil yang sangat dia rindukan itu berlari kecil. Menubruk tubuh lelaki yang sudah merentangkan tangan menyambutnya. Membawa Azki ke dalam gendongannya dan memberinya kecupan-kecupan di pipi.
Langkah Javis terhenti seketika. Keningnya mengernyit tidak suka. Siapa lelaki itu? Dan kenapa mereka terlihat begitu akrab?
Tak lama matanya menangkap sosok wanita yang dia tahu sebagai ibu Azki, melangkah mendekati lelaki yang masih menggendong gadis mungil itu. Tersenyum ke arahnya yang membuat Javis bungkam seribu bahasa. Wajah Joana terlihat begitu ramah. Lantas mereka melangkah pergi setelah berbincang beberapa saat.
Pikiran Javis masih berputar. Apa lelaki itu ayah Azki? Tidak mungkin. Masih segar di ingatan Javis tentang ucapan bocah mungil itu. Dia bahkan masih mengingat pancaran kesedihan yang begitu ketara kala Azki bercerita tentang ayahnya yang sudah meninggal.
Mungkinkah, dia suami baru Joana? Tebaknya.
***
"Papa!" Seruan Azki itu membuat senyum di wajah Christian merekah dengan lebar. Dia segera berjongkok sembari merentangkan tangannya. Menyambut tubuh mungil itu menghampirinya.
Segera lelaki itu membawa tubuh Azki ke dalam gendongannya. Menghujani wajah mungil itu dengan kecupan-kecupan kecil. Membuat Azki terkekeh senang.
"Hentikan, Pa," rengek bocah berusia empat tahun itu. Mencoba menghentikan Christian yang membuatnya kegelian.
Christian menghentikan kegiatannya. Senyum masih merekah di wajah tampannya. "Apa Azki merindukan Papa?"
Azki mengangguk antusias. "Azki merindukan Papa Chris," jawabnya. Memeluk erat leher Chis, lalu mengecup pipinya lama. Christian tidak mampu menyembunyikan senyum bahagianya lagi. Dia tersenyum dengan begitu lebar.
"Kau terlalu memanjakannya, Chris."
Teguran wanita yang kini melangkah mendekat, membuat Christian tersenyum geli. Dia menatap Joana yang kini berdiri di depannya. Mengusap lembut rambut Azki yang sedikit berantakan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Snow In Summer
Romance[ O N G O I N G ] Apa yang akan terjadi pada kehidupan Joana, saat kembali bertemu dengan cinta satu malam yang membuat hancur kehidupannya? Casting: ☆ Javis Francklyn Wegner x Joana Deolinda ☆ Start: 18/09/19 End: