Bismillah 5

78 7 2
                                    

Ainun P.O.V

Ketika aku bersama keluargaku sedang sarapan diruang makan hp ummi bergetar

"Kok ibunya Annam menelpon sih ada apa ya?"  Kata Ummi sambil berdiri dan membawa hp ummi menjauh

"Assalamu'alaikum ada apa ya ustadzah" sahut ummi ketika menerima telepon tersebut

"................"

"Oh begitu saja baiklah kami akan menyiapkan semuanya, wa'alaikumussalam" jawab ummi lalu menutup telepon dan kembali ke meja makan

"Apaan Mi?" Tanyaku langsung

"Oh iya ummi lupa, begini Ain, Annam dan keluarganya malam ini ingin datang dan melamar mu nak" jawab ummi seketika aku melongo karna terkejut

"Ummi ihh kok gak nanya2 Ain dulu siiihhh, Ummi, Ain kan mau kuliah,lagian Ain masih 16 tahun" kataku merengek dan berlari menuju kamar

Sebenarnya bahagia sih, tapi aku ingin bukan saat ini, masih banyak tujuanku, ada salah satu cita2ku yaitu membangun pondok pesantren di bawah naunganku sendiri tanpa bantuan dana dari siapa pun, sedangkan calon suami eh calon yang mau ngelamar aku anaknya kiai pemilik pesantren tempat ku belajar.

Akhhh pokoknya aku belum siap, Ummi juga apa2an si, mau jodohin tpi tanpa memberi tahuku dulu

Tok..tok...tok

"Ain sayang, ummi akn jelaskan semuanya" Ujar ummi dibalik pintu kamarku

"Terserah deh mau ummi apa sekarang, knp ummi bisa jahat banget sih sama Ain, Ain kan belum di kasih tahu, sebentar lagi kan perpisahan sekolah Ain Mi, sebentar juga ramadhan, kok cepet banget sih Mi" omelku di balik pintu sambil menangis yang sedari tadi ku jadikan sandaran

"Ummi ingin jelaskan semuanya sayang" kata ummi dengan suara makin kecil, ku dengar ada suara tangis kecil di balik pintu.
Apa itu ummi nangis, aku gak mau ummi nangis gara2 aku batin ku.

Ku dapati ummi menangis pelan di depan pintu
"Ummi kok nangis" kataku menghampiri Ummi dan memeluk ummi,ku lihat ummi menangis maka semua masalahku seketika tak lagi jadi bebanku

"Maaf kan ummi sayang, yang tak memberi tahu kamu dulu, maafkan ummi, Ummi menerima lamaran nak Annam, karna yang meminta adalah Ustadz Segaf sendiri, kedua ummi tau ummi gak bisa selalu di sampingmu nak, kala ada suka atau duka, jdi ummi berharap kelak Annam bisa menemanimu di setiap waktu ummi berharap kamu menerima lamaran nak Annam sayang" ujar ummi

Berat rasanya di usiaku saat ini untuk segera menikah, aku ingin menikah ketika aku berumur 20 tahun, itu termasuk umur yang ideal bagiku, kenapa!! Kenapa harus saat umurku 16 tahun, Ya Allah

"Ummi, ummi kan tau, Ain umurnya berapa, Ain belum punya ktp lo mi, nanti gak di bolehin sama om KUA mi" kataku dengan senyum lirihku

"Kamu akan menikah di bulan Syawal nanti sayang, dan 12 juni besok kan kamu udah 17 tahun, kita akan urus KTP kamu secepatnya" kata ummi yang membalas senyum lirihku dengan senyuman bahagia

Stupiidddd... Kenapa harus aku sih

"Ummi pasti memberiku izin untuk sholat istikhoroh kan?" Tanyaku dengan senyuman simpul

"Kamu menerimanya? Alhamdulillah, untuk istikhoroh gak apa, tapi ba'da isya orang tua Annam datang nak" kata ummi bahagia

Deg!

Ba'da isya?

Lalu di otakku hanya terdapat kata ba'da isya

"Baiklah nak, nanti malam kamu makai cadar tali di luar jilbab yah, agar nanti ketika keluarga Annam meminta kamu membuka cadar kamu mudah melepas cadarmu" kata ummi, ummi mencium dahiku lalu pergi dari hadapanku

Deg!
Membuka cadar?
Apa aku yakin?

Bismillah, lalu aku menangis, meratapi takdir yang begitu indah bagi orang namun aku?

Aku berdiri memasuki kamar
Dari pagi hingga menjelang maghrib aku tidak keluar kamar, dan setelah sholat maghrib, aku sholat  istikhoroh setelah itu akunya duduk di atas sejadahku dengan mengenakan mukena terompah berwarna Navy warna kesukaanku

"Astaghfirullah, astaghfirullah, astaghfirullah" ucapku dalam hati yang tak berhenti mengucapkan istighfar, sholawat serta takbir, entah berapa kali bi Anis mengetuk pintu kamarku,lalu berganti Icha yang mengetuk pintu kamarku, berganti Ummi yang mengetuk pintu kamarku, berganti Abi yang mengetuk, berganti kak Dzaki.

Ketika Isya' tiba aku segera mendirikkan sholat isya'. Dan tiba ku dengar suara gemuruh di ruang tamu yang aku yakini mereka(keluarga Annam) datang

Bismillah
Ku kenakan baju abaya berwarna hitam les moka, ku kenakan pashmina merah mudaku dan terakhir sentuhan ku kenakan cadar tali berwarna hitam, ku buka pintu kamarku, ummi sudah berdiri di depan pintu dan tersenyum

"Ain kok udah siap aja" kata ummi sambil merangkulku, berat rasanya namun aku yakin suatu hari nanti akan ada ganti kebahagian dari kesedihan ini

Aku hanya menunduk dan terus berjalan hingga di samping abi aku di persilahkan duduk oleh Ummi

"Ayo duduk Ain" ucap ummi

Aku duduk

"Ini dia calon mu nak" kata Ustadz Segaf, hatiku tak karuan, antara senang sedih, haru, benci

"Ainun, perkenalkan, ini anak ustadz, Namanya Muhammad Musthofa khoirul Annam, umurnya 22 tahun, dia baru saja lulus dari Universitas di Madinah" kata ustadz Segaf

"... Kamu gak perlu perkenalan, karna Annam sudah mengenalmu dari orang tuamu" sambung ustadz Segaf.

Bagus deh jadi gak susah gue kenalin diri batinku

"Sekarang buka cadarmu Ain" perintah Ummi, berat hatiku mengangkat tangan untuk melepas ikatan cadarku, mataku memanas, dan cadar terbuka, air mataku meleleh, stuppiiiiddd... Airmataku akan semakin deras jika tak segera kututup cadar ini, aku tahu Kak Annam menatapku, tak perduli dia mengira aku jelek, aku tak perduli apapun hasil dari pertemuan malam ini, ku ikat kembali cadarku dengan kencang tapi airmataku masih berderai

"Gak papa Nak, mungkin baru kali ini kamu membuka cadar di hadapan para ajnabi, jangan menangis, tak apa" kata ustadzah Sarah atau umminya kak Annam yang duduk di samping kak Annam

Aku hanya mengangguk.

"Bagaimana Annam? Apa kamu yakin?" Tanya abi

"Insyaallah Annam siap" ku dengar suara itu dengan tegas menandakan tak perduli dengan wajahku

"Alhamdulillah" kata semua orang

Lalu mereka menentukkan tanggal
Ingin rasanya aku berteriak akhiri ini, namun tak mungkin terjadi

Cinta AinunTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang