9 - Terima atau Tidak?

133 18 26
                                    

Berteman itu harus melengkapi satu sama lainnya bukan hanya mengejar kesempurnaan fisik dan materi yang mereka punya.


-Sherly Clorina-

***

Jam istirahat sudah terdengar oleh murid-murid di SMA Garuda Bangsa, merekapun berhamburan keluar kelas untuk mengisi perut mereka atau sekedar berkumpul dan bercanda ria dengan temannya. Lain halnya dengan gadis ini, ia masih saja menikmati setiap hembusan angin yang masuk dari bilik jendela kelasnya. Ingin rasanya ia melupakan kejadian tadi pagi dengan menghapus ingatan sejenak, sayangnya dia tidak memiliki ilmu paranormal apapun. Eliza memandang dedaunan yang jatuh dari balik jendela kelasnya. Eliza mengambil buku diary kesayangan, ia mulai menulis rangkain demi rangkaian kata di buku diary miliknya,

Benar kata pepatah, daun yang jatuh tak pernah membenci angin, dia membiarkan dirinya jatuh begitu saja. Tak melawan, dan mengikhlaskan semuanya.

Aku sadar...
Bahwa hidup harus menerima,
penerimaan yang indah.
Bahwa hidup harus mengerti,
pengertian yang benar.
Bahwa hidup harus memahami, pemahaman yang tulus.

Tak peduli lewat apa penerimaan, pengertian, pemahaman itu datang.
Tak masalah meski lewat kejadian yang sedih dan menyakitkan.
Biarkan dia jatuh sebagaimana mestinya. Biarkan angin merengkuhnya, membawa pergi entah kemana.

-ElizaShireenAthaya-

Tidak terasa air mata Eliza turun membatasi pipinya, ia kesal dengan dirinya sendiri, ia kesal dengan sikap cengengnya, ia kesal dengan hidupnya, kesal dengan dunianya dan ia kesal harus ada didalam masalah yang tidak seharusnya Eliza terima.

Sisil, Sarah dan Sherly yang baru saja pergi ke kantin untuk membelikan makanan untuk Eliza akhirnya datang. Eliza dengan sigap menghapus air matanya yang membasahi pipinya dan menutup buku diarynya.

"Nih ada bakso, batagor, siomay, sama cireng. Harus lo habisin sekarang juga!"
Ucap Sarah yang sekarang telah duduk berhadapan dengan Eliza.

Eliza membelalakan matanya, ia tidak percaya harus menghabiskan makanan sebanyak ini. Apalagi Eliza juga dibawakan bekal oleh bundanya.

"Dasar preman lo. gue bukan kuli, gue juga bukan busung lapar yang kekurangan makanan." Timpal Eliza

Teman-temannya hanya terkekeh mendengar ucapan Eliza. Eliza kemudian mengeluarkan bekal yang ia bawa dari rumah, seperti biasa teman-temannya pasti ikut memakan bekal Eliza. Mereka memakan secara bersama.

Terimakasih telah ada disaat suka maupun duka. Gue harap kita bakal kek gini terus,

Lagi-lagi Eliza meneteskan air mata, ia sangat kesal dengan sikap cengengnya ini. Tidak dapat semata-mata ia tutupi oleh teman-temannya.

"Eliza lo nangis? Masih sakit ya?" Ucap Sherly yang tak sengaja melihat air mata Eliza jatuh.

Eliza menggelengkan kepalanya lalu tersenyum.
"Ini air mata bahagia, makasih karena kalian selalu ada disaat suka maupun duka, kalian yang selalu ngerti keadaan gue, dan kalian juga ga pernah malu temenan sama gue yang ga se-Kaya kalian." Ucap Eliza dengan menghapus air matanya yang terus mengalir.

"Lo ngomong apaan sih, kita enggak pernah mandang apa-apa dalam berteman. Gue senang berteman sama lo, gue juga nyaman temanan sama kalian. Makanyaa gue berusaha ada buat lo semua, karena berteman itu harus melengkapi satu sama lainnya bukan hanya mengejar kesempurnaan fisik dan materi yang mereka punya." Jelas Sherly panjang.

ElizalbertTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang