004

285 46 11
                                    

Minseok dan Jongdae berjalan ke tempat parkir resmi khusus karyawan dan lain-lain. Tangan Jongdae masih menggenggam pergelangan Minseok membuat pria itu menunduk karena begitu malu.

Mobil sedan hitam yang erotis. Jongdae membuka pintu mobilnya dan menyuruh Minseok masuk. Setelahnya, ia masuk ke mobilnya.

Jongdae menyalakan mobilnya dan melaju dengan kecepatan yang sedang.

"Kau mengganti mobilmu?" Tanya Minseok membuka pembicaraan. Jongdae menoleh, "aku punya banyak mobil, Minseok. Aku memakainya secara acak."

Minseok terdiam dan mengangguk aneh, lalu memutar bola matanya. Disambut kikikan kecil dari Jongdae.

Minseok belum bertanya mereka ingin makan dimana. Bukannya kenapa, dulu saat Jongdae mengajaknya  makan malam, dengan keadaan Minseok memakai sweater putih dan celana training- namun Jongdae malah membawanya ke restoran mewah, yang berada di tower yang terletak di pusat kota Korea Selatan, Seoul.

Itu gila... ia merasa salah kostum mendadak.

"Aku berani bertaruh kamu sedang berpikir dimana kita akan makan," jawab Jongdae tanpa mengganti fokusnya, "kita akan makan di apartemenku, Kali ini makanan khas Turki."

Minseok kaget, "tenang saja, pakaianmu cocok. Kau cocok dengan pakaian apapun. Tinggal kau yang merasa nyaman atau tidak," jawab Jongdae tenang dan menyetel lagu di radio.

Ia menyetel beberapa lagu klasik dan Minseok sangat menikmatinya. "Kamu suka ini?"

"I...yep." Jawab Minseok. Jongdae masih ingat kesukaannya terhadap lagu-lagu klasik... dan kenyataan itu membuat pipinya memanas.

Minseok menaruh tangannya diatas pahanya- menekannya, pipinya memanas, entah mengapa emosi berkecamuk didalam area ini.

Minseok melirik pada Jongdae dan mengambil nafas, "kau... terlihat... sedikit berbeda," tutur Minseok sembari duduk tegap- namun kepalanya menoleh sarkas kearah Jongdae.

"Benarkah?" pria itu tersenyum. Ia sengaja. Sialan. "Pengaruh karena aku harus se-tegas seperti pemimpin-pemimpin biasanya, mungkin." Jawabnya tenang sembari tersenyum misterius, menyenderkan sikunya di kaca dan menyentuh bibirnya dengan dua jarinya secara sensual.

Minseok ragu-ragu untuk menghembuskan nafasnya, perjalanan masih ada sekitar 2 kilometer dan Minseok harus bertahan dengan degup jantungnya yang aneh.

Minseok berdehem untuk melegakan tenggorokannya karena banyak yang mengganjal disana- ia sangat gugup untuk beberapa alasan.

Mobil Jongdae memangkas jalan kekiri, membuat Minseok berdebar, lagi. Jongdae yang sekarang terlalu gelap, misterius... dan... tampan. Oh, tentu. Dia tampan sejak dulu. Tapi... dia lebih... mendominasi. Entah untuk urusan apa- ia berubah.

Minseok menggigit bibirnya ketika pikiran itu merayap di otaknya, memilih membuka ponsel dan menemukan pesan dari Luhan.

From Xiao Luhan
To Kim Minseok

'Dimana kau?'

Minseok segera mengetik balasannya karena ia tahu temannya aneh dan lemot- ia ingat betul saat Luhan sedang mengecek dokumen- dan ia sedang membuat kimchi, ia sudah berkata kalau ia akan pulang malam- mungkin saja.

Ternyata tidak lembur- tapi ia diajak makan malam oleh mantan pacarnya, atau pemimpinnya, yah, Kim Jongdae.

Replying to Xiao Luhan

'Aku sudah berbicara keras-keras aku akan apa kemarin.'

Minseok menatap pertokoan yang terlihat di kacanya, dan menatap Jongdae yang tetap fokus dan terlihat santai karena lagu klasik itu terus terputar.

Professor JD [DISCONTINUED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang