002

390 59 6
                                    

"Kudengar sekertaris kepemimpinan sudah keluar, mengurus pernikahannya. Kira-kira nanti siapa sekertaris tuan Jongdae ya?" Tutur Luhan menaruh tangannya di dagunya. Minseok hanya acuh, membuat Luhan berdecak kesal dan memukul bahu Minseok. "Kau dengar aku tidak?"

Minseok meringis dan menoleh tajam. "Iya, Xi Luhan. Aku dengar. Tapi aku tidak peduli." Jawabnya ketus. Luhan memutar bola matanya. "Siapa tau salah satu diantara kira menjadi sekertaris..." jawab Luhan sekenanya.

Minseok kaget dan cuap-cuap tanpa suara. Berharap ia tidak dipilih oleh direktur kepemimpinan menjadi sekertaris- karena benar kata Luhan- salah satu dari mereka bisa saja menjadi sekretaris.

Luhan memandang sahabatnya aneh. "Minseok, ada apa sih denganmu? Mengapa setiap berhubungan dengan kepemimpinan, kau selalu memasang wajah yang menjijikkan seperti itu..." ucap Luhan berakting seolah-olah ia berhadapan dengan sampah. Minseok hanya menggulir bola matanya dan melihat kearah kaca, melihat kearah gedung yang sangat tinggi, berkaca biru yang bening dan mengkilap. Arsitekturnya modern dan dominan.

Minseok tidak bohong, Jongdae pria yang tampan dan sangat cerdas. Ia sudah menjadi seorang professor dan menyelesaikan kuliahnya diumur 27 tahun. Menjadi pemimpin muda adalah hal yang cukup sulit, namun Jongdae mengatasinya begitu tepat. Perusahaan penelitian yang menjadi acuan pemerinta Korea Selatan ini, kini sangatlah maju dan sukses berkat tangan kokoh seorang Kim Jongdae.

Terbesit rasa bangga dalam hati Minseok kala ia melihat Jongdae yang lugas dan tegas berdiri tegap menantang dunia dengan kesuksesannya. Ingin ia memeluk tubuh itu dan mengucapkan selamat, tapi saat itu status Jongdae adalah suami orang.

Keluarga Jung, keluarga pemilik saham Jongdae 4 tahun yang lalu. Orang tua Jung memaksa ibu Jongdae untuk pernikahannya dengan Jongdae. Jongdae jelas sangat membenci hal itu. Perusahaan akan berada ditangan keluarga Jung kalau Jongdae tidak mau kehilangan perusahaannya.

Brengseknya. Saham itu disembunyikan oleh bagian keuangan yang telah dibayar oleh keluarga Jung agar Jongdae menikahi Nayeon. Jongdae marah besar. Selama ini ia ditipu. Saham itu tidak berada di tangan keluarga Jung, namun disembunyikan oleh perusahaannya sendiri.

Semenjak saat itu hubungan romantis yang dibuat-buat Jongdae dan Nayeon di media sudah retak dan tak terlihat. Mereka lebih seperti pria dan wanita lajang dibanding sudah menikah.

Minseok pernah menangkap Jongdae mabuk di salah satu bar. Tidak, Minseok tidak ke bar. Ia hanya melihat Jongdae duduk nyaman di teras bar. Jongdaenya yang baik sudah kembali ke masa lalunya yang kelam...

Pernikahan mereka berlangsung cukup lama, namun diisi dengan segala pengkhianatan. Begitupun Jongdae kehilangan ibunya.

Mereka bercerai tapi Nayeon tetap mengunjungi kantor Jongdae. Dasar wanita gatal, pikir Minseok. Namun akhir-akhir ini sudah tidak. Bagus jika begitu.

Minseok dan Luhan turun setelah menempel kartu ke tempat scan untuk membayar. Setelah sampai di depan kantor, Luhan bilang ia harus menge-print beberapa tugasnya. Jadilah Minseok masuk duluan.

Saat ingin membalikkan tubuhnya, ia menabrak seseorang. Hingga terlonjak kaget. Mulutnya makin menganga lebar kala ia melihat orang yang ditabraknya.

"Maaf..." Minseok membungkuk sembilan puluh derajat kearah pria yang- sesungguhnya ia tidak mau meminta maaf. Namun karena pengawal Jongdae yang berbadan besar itu sangat menakutkan, jadilah ia rela meminta maaf seperti ini.

Jongdae melihatnya dan tersenyum pongah. "Lain kali perhatikan langkahmu." Jawabnya ketus. Minseok yang membungkuk meliriknya jengkel.

Jongdae masuk bersama pengawalnya. Minseok bangkit dari bungkuknya, menggigit bibirnya kecil dan meluruskan tas selempangnya. Ini deja-vu. Kejadian tadi deja-vu.

Professor JD [DISCONTINUED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang