Setelah lima jam nyetir, badanku pegal-pegal juga. Si Putri Tidur masih nyaman berbaring di bangku yang sudah kuturunkan maksimal sandarannya.
Ngelurusin kaki dulu enak, nih kayanya.
Kuhentikan mobil di pom bensin yang menyatu dengan rest area. Raisa yang masih tidur kutinggalkan untuk membeli ice coffee ke minimarket. Siapa tahu bisa buat bikin melek mata.
Sialnya, tengah malam begini mereka sudah kehabisan es batu. Jadi kualihkan saja pada es loli yang masih tersedia di freezer.
Dia sudah bangun ketika aku membuka pintu mobil. "Hai, mau es?"
"Ya ampun. Tengah malem gini minum es?" Keningnya mengernyit.
"Biar adem." Sudah dibilang, aku gampang banget kegerahan.
"Ah, aku mau ke toilet." Dibukanya pintu mobil lalu dengan cepat berjalan menuju toilet.
Es loli di tanganku hampir habis ketika kulihat dia menggenggam cup mie menuju mobil yang terparkir lima meter di depan.
Hadeh, dia pasti lupa mobilnya yang mana. Biar sajalah. Nanti juga sadar kalo salah mobil.
Dia tak bisa membuka pintu depan kemudian mengintip ke dalam melalui kaca jendela. Beberapa detik kemudian beralih mengintip kaca belakang. Hanya sesaat, lalu terhuyung ke belakang sambil membekap mulut sendiri.
Apa yang dilihatnya?
Ah, Raisa sayang, kenapa kamu pelupa sekali?
Dia terkejut ketika kuhampiri di dekat mobil itu. "Eh, kamu dari mana?" Pandangannya berganti-ganti dari mobil lalu beralih padaku.
"Dari mobil-lah. Mobil kita, kan yang itu," kataku menunjuk mobilku.
"Oh, bukan yang itu?" Dia masih menatap bingung mobil yang tadi membuat kaget. "Syukurlah bukan yang itu. Kirain tadi kamu selingkuh. Baru ditinggal beli mie aja kamu udah selingkuh," jelasnya sedikit menahan tangis, memukul punggungku dengan kepalan semungil onde-onde.
"Kok selingkuh, sih?" Aku tak bisa menahan tawa.
"Di dalem situ aku lihat ada cowok sama cewek lagi pelukan gitu."
Hah? Hahaha! Ada-ada aja. Kulihat lagi mobil yang tadi membuat salah paham. "Pantesan mobilnya keliatan agak goyang."
Di mobil, Raisa memakan mie-nya dengan lahap seolah tak terjadi apa pun barusan. Enaknya jadi orang pelupa, kejadian buruk pun akan segera dilupakan. Tapi, kalau tadi beneran aku yang selingkuh, apa sekarang dia juga sudah lupa?
Ah, sudahlah. Lagipula aku tak punya niat selingkuh.
"Hei, Raisa."
Dia menoleh dengan mulut penuh mie.
"Mau bikin mobil goyang juga?"
Matanya membelalak. Cepat-cepat mie di mulut ditelan habis. "Kamu bisa bikin mobil?"
Hahaha! Mobil goyang, Raisa sayang. Sudahlah. Namanya juga guru TK, terbiasa mikir yang lurus-lurus aja. Kalo sampe guru TK mikirnya mesum, aku juga ngga mau nyekolahin anakku di sana.
Dia sudah menandaskan suapan mie terakhirnya. "Mau kugantiin nyetir?"
Wow! Tawaran menarik. "Kamu bisa nyetir?"
"Hohoho, tentu saja, Suamiku. Minggir, biar aku yang nyetir."
"Kamu punya SIM, kan?"
"Iya, duong! Udah, gantian. Kamu istirahat aja dulu. Besok aku bangunin buat sholat subuh."
KAMU SEDANG MEMBACA
Bulan Madu
Ficción GeneralOrang bilang, ujian cinta yang sesungguhnya adalah pernikahan. Entahlah, aku tak tahu. Soalnya, tak ada cinta sebelum menikah. Lalu apanya yang diuji? -Haikal- Menikah? Hmmpfft! Oke. -Raisa-