Pernah kudiam dalam naungan awan gelap...
Antara rintik-rintik air yang membasahi semesta...
Dalam Hujan Bulan Desember aku termenung diam...
Dan dalam Hujan ini pula kau datang menerpa suram...Kau panggil namaku saat aku gelap...
Ajak aku terbang meski tanpa sayap...
Aku tahu aku tak pernah siap...
Memandang indahnya senja setelah hujan...Hujan Bulan desember perlahan pergi...
Dalam lantunan waktu yang kini meragi...
Di antara ribuan asa yang pernah membeku...
Perlahan mekar senyum harapku...Jujur ku tak ingin senja untuk pergi...
Dalam teriknya matahari diterpa angin...
Namun hujan perlahan kembali lagi...
Bersama layu lesunya harapmu di bibir...Apakah ini nyata?
Ku berulang berharap pahit ini hanyalah fana...
Tapi kini aku jelas paham...
Untukmu tiada "kita" dalam sekelebat malam...Ya... Kau hanya berdusta manis karena bosan...
Anggap serpihan hati ini sebagai mainan...
Bagaikan dongeng, kuanggap diriku pangeran...
Sedang dalam diam hanya pesakitan cinta tak bertuan...Apakah salah jika aku marah?
Saat kau cabut hati ini dari akarnya...
Lalu kau buang dan buatku sadar...
Untukku tiada desember yang cerah, hanya hujan?Aku lelah untuk percaya lagi...
Dipermainkan oleh indahnya senja yang kurasa kumiliki...
Kini aku sesak perih penuh duka tiada harap...
Bersama desember takdir yang menangis lebat...Ya...
Hujan Bulan Desember datang lagi dan aku disini...
Sendiri sepi tiada senja menemani...
Terdiam letih membekas perih...
Menanti sepi menunggu mati...
KAMU SEDANG MEMBACA
Semesta
PuisiHuruf membentuk rangkaian kata... Kata menjalin sepenggal kalimat... Kalimat disusun perlahan menghasilkan puisi... Bebas dan tidak bercela... Kutanya... Seberapa luas samudera dunia... Untuk terus engkau jelajahi? Seberapa pekat aksara semesta... U...