Kemarahan menyulut tak terkontrol pada benci yang menyapa
Benci menjulang, mulai mengakar pedih tak terhingga
Pedih seakan tak mau kalah, ia merobek lara dalam keheningan yang tercipta
Lara kembali hadir, seolah mentertawai duka yang kini terbalut penuh dalam air mataTerbitlah karang dendam yang terabaikan
Tak sudi mengingat rasa yang hadir pelan-pelan
Tak peduli pada lara yang masih terasa debaranNamun rindu bersenandung sendu
Di pengujung rintik senja, napasnya memburu
Rasa yang berulang kali ia buang agar kemudian waktu tak tersihir dengan kesederhanan
Setiap sengkal asa, kini membaur pada rumput-rumput terabaikanTak ingin lagi, jika menebarkan garam pada luka
Ia mencoba menampakkan lengkung yang terpatri di wajah
Sungguh, ia benar-benar letih atas keegoisan dan rasa tak kunjung terikatPercik Rasa, Chair'19
KAMU SEDANG MEMBACA
Percik Rasa
PoezieUtarakan janji Genggam hati Bahwasanya, Kamu tidak sendiri Untuk selalu menanti Tentang dia yang pergi Tanpa kabar yang menemani. -penaksara_ Mari menetap, mari merapat @copyright © 2019 ChairunnisaSA