1. Tipe

14 8 6
                                    

Happy Reading :)

Jam pelajaran ke tiga pun tiba. Jam ke tiga adalah mata pelajaran Pak Mulyono yang biasa dipanggil dengan sebutan Pak Ion, guru ini mewakili mata pelajaran olahraga.

Keempat gadis itu beserta murid lainnya sudah berada di lapangan sekolah yang luas. Pak Ion terlebih dahulu menyuruh murid-muridnya untuk berbaris dan melakukan pemanasan. Setelah pemanasan, guru itu menyuruh para muridnya untuk berlari sepuluh putaran di lapangan sekolah yang sangaaaaat luas. Sungguh kejamm.

Di saat putaran ke empat, Acha berujar, "Gue janji, nanti kalo gue pingsan, gue tuntut tuh guru gempal!"

"Iya, nih. Coba, deh, dia yang lari. Udah jadi belalang tuh orang," sahut Alena.

"Astagfirullah ... Guys, seharusnya kalian itu harus bersyukur. Punya kaki itu dibuat untuk yang baik-baik, salah satunya seperti ini, berlari. Insya Allah kita bakal sehat, kok," jelas Agatha panjang lebar. "Iya, kan, Aya?"

"Hmm," jawab Aya singkat, padat, dan jelas.

Beberapa menit kemudian kegiatan lari pun usai. Semua murid langsung kembali ke kelas, ada juga yang ke kantin.

Dan kini, empat gadis itu memilih untuk ke kantin dan memesan nasi pecel khas Mbok Siti.

Setelah asyik memakan nasi pecel, tiba-tiba ada cowok yang menghampiri mereka. Cowok itu berparas tampan, berkacamata, namun sayang, cowok itu sering dipanggil dengan sebutan 'Nerd'.

"Mau apa ke sini?" tanya Alena.

"S-saya mau bicara sama A-Acha," ucapnya gugup. Panggil saja dia Deo. Cowok itu sedang membawa cokelat di tangannya.

"Gue? Ada apa? Mau minta foto sama gue?" tanya Acha dengan sombongnya.

"E-enggak. Saya cuma mau menyatakan cinta pada Acha."

Sontak ucapan tersebut membuat mereka berempat membelalakkan matanya.

"Gila pasti lu!" bentak Acha.

"S-saya tahu, kok, Acha biasanya ngapain aja kalo gabut, suka denger lagu apa, suka buku apa, suka artis siapa. Aku juga tahu warna cat rumah Acha, mulai dari ruang tamu, ruang keluarga, bahkan kamar Acha. Saya juga tahu Acha suka ngapain aja kalo lagi mandi, pakai sabun merk apa, sampo merk apa. Saya juga tahu kalo Acha tidur tengkurap apa telentang. Warna bed cover Acha juga saya tahu," jelas Deo panjang kali lebar.

"Nih orang penguntit?" bisik Alena.

Mereka pun berpikiran seperti itu. Bagaimana bisa si Deo tahu semua itu? Bahkan temannya sekalipun juga tak pernah tahu.

Acha berdeham. "Sorry, ya. Elu tuh bukan tipe gue."

Deg, hati Deo terasa tersayat, tergores, ternodai, hancur lebur.

"E-mang tipe Acha seperti apa?" tanya Deo.

"Camkan, ya. Tipe gue tuh :
- Cowok.
- Bukan cewek.
- Ganteng.
- Enggak buriq, apalagi nerd.
- Nggak pernah selingkuh.
- Siap diselingkuhin.
- Pinter ngaji.
- Siap dingajiin.
- Kaya.
- Nggak miskin.
- Hatinya lebar selebar langit di sore itu.
- Matanya berwarna biru.
- Sebiru hatiku.
- Pakai baju.
- Bukan pakai singlet.
- Tepos bukan gembung di dada, perut, dan di bokong
- Nggak gendut karena gue langsing.
- Rajin.
- Disiplin.
- Bangun tidur terus mandi.
- Tidak lupa menggosok gigi.
- Habis mandi menolong ibu.
- Membersihkan tempat tidurnya.
- Mandiri.
- BRI.
- BCA.
- BNI.
- Syari'ah.
- BTN.
- Putih bersih seperti salju.
- Nggak goblok.
- Makan nasi bukan kertas.
- Kerja keras sekeras besi, batu, baja, keramik, dll.
- BAB di wc bukan di kali, apalagi di semak-semak.
- Nggak suka ngerepotin.
- Paling suka direpotin.
- Semua belanjaan dia yang bayar.
- ATM harus full duit.
- Nggak boleh punya utang.
- Mobil miniman 20 aja.
- Motor nggak perlu, kalau jalan kepanasan guenya.
- Rumah gedong bukan kontrakan, nggak boleh nyicil.
- Tanah berhektar-hektar.
- Punya jabatan gede.
- Perusahaan bercabang-cabang.
Simple kan?" jelas Acha tak kalah panjang kali lebar.

Semua orang yang mendengar itu, menelan salivanya.

Sadar diri kau, kutil keong!, batin Alena.

"B-berarti saya bukan tipe Acha?" tanya Deo.

"Iyalah, Deodorant sayaaaaangg."

Deo langsung berbalik badan dan pergi dari tempat itu. Cowok itu melepas kacamatanya lalu mengusap matanya yang berair.

"Emak, Deo mau curhat," gumamnya sambil terisak.

"Emang siapa yang lu jadiin tipe?" tanya Agatha.

"Kagak ada, sih. Itu pun kalo ada," ucap Acha cengengesan.

"Kasihan," ucap Aya.

"Siapa yang kasihan?" tanya Acha.

"Deo," jawab Aya.

***

To be continue...

Satu kata buat part ini dongg

About Us (BELUM KELAR)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang