Yone duduk dikantornya bersama partnernya Nagasawa Nanako dan teman barunya Oda Nana, mereka langsung akrab. Oda Nana adalah anggota polisi yang suka melawak, dia banyak cerita tentang pengalamannya menyelesaikan kasus pencurian pakaian dalam disebuah toko, Yone tersenyum mendengarnya. Sedang partnernya, si Nanako... bagaimana mengatakannya ya... dia tak banyak bicara tapi sekalinya membahas makanan langsung bisa nyerocos tanpa henti. Yone bisa menebak dia orang yang suka makan, seperti dirinya. Tapi yang membuatnya berbeda adalah cara makan Naako agak jorok, remah-remah makanan selalu mengotori bajunya dan melihat Naako makan seperti nonton video mukbang di Youtube, dia sanggup makan dalam porsi besar. Apalagi Yone tidak suka hal-hal jorok dan kotor, dia benci kuman dan sebisa mungkin menjaga tempat sekitarnya bersih
"Yonetani-san-"
"Panggil Yone saja"
"Oke. Yone, kenapa kau ditugaskan kemari?", tanya Oda
"Untuk membantu kalian menyelesaikan kasus ternak mati"
"Umm... kelihatannya kepolisian kita sangat lemah ya sampai harus minta bantuan kota", kata Oda ke Naako
"Tidak juga kok. Hanya saja letak desa kalian kurang strategis"
"Terpencil?", tanya Naako datar
"Yah sedikit. Kalau dekat kota kalian akan lebih banyak mendapatkan akses, seperti pemadam kebakaran dan rumah sakit"
"Yah itulah kekurangannya, aku sudah 5 tahun ditugaskan disini. Aku dari Shizuoka", kata Oda
"Kalau aku asli Yamagata, hanya saja aku tinggal dikota nya. Aku baru dipindah kesini beberapa tahun kemarin", sahut Naako
"Menyenangkan ya, disini udaranya sejuk pegunungan", balas Yone
"Tidak juga. Aku gampang sakit kena dingin, belum lagi aku punya penyakit asma dan anemia", kata Naako
Yone beringsut tak nyaman ditempat duduknya, kelihatannya bakal merepotkan. Dia harus ditugaskan bersama orang yang gampang lapar, agak jorok dan mudah sakit. Yone juga anemia, tapi ketahanan tubuhnya jauh lebih kuat. Dia berusaha berpikir positif. Lalu Yone membaca berkas file kasus yang akan ditanganinya, terdapat foto korban yang diotopsi, bekas gigitan tampak dilehernya
"Kapan orang ini meninggal?"
"Dua hari yang lalu, dia jalan dalam kondisi mabuk dimalam hari dekat sawah. Paginya sudah ditemukan tewas dengan luka gigitan", jawab Oda
"Hanya digigit? Aku pikir binatang buas akan memakannya, kenapa dia hanya membunuhnya?"
"Aku juga berpikir begitu. Tim forensik dari kotamu kemarin datang kesini, meneliti di TKP. Kami tidak punya tim forensik, ini hanya kantor polisi kecil, kami meminjam dari kotamu"
"Ah, kalau begitu Neru kemarin kesini. Mungkin aku bisa meminta petunjuk darinya"
"Siapa Neru?"
"Temanku yg bertugas di forensik"
"Ooooo"
"Naako, bisa temani aku mengecek ke TKP?", tanya Yone
"Oke", jawab Naako datar
Mereka berjalan menuruni bukit menuju desa Shiroyama. Jalan desa benar-benar parah, berkerikil dan banyak lubang, kelihatannya diaspal asal-asalan. Mereka sampai ke TKP banyak garis polisi dipasang disekitar lahan sawah
"Disitu. Dia tewas tercebur dipinggir sawah", tunjuk Naako
Yone masuk melewati garis polisi lalu berjongkok didekat lokasi, berusaha mencari petunjuk tapi dia tak menemukan apapun. Dia berdiri menatap sekitar, sawah ini persis dibawah lembah hutan. Lembah ini terletak dikaki gunung, Yone kembali ke Naako
"Itu lembah ya?", tanya Yone
"Iya, namanya lembah Shirotani. Shiro artinya putih, Tani artinya lembah... lembah putih. Dinamakan begitu karena lembah ini sering diselimuti kabut putih", jelas Naako
"Begitu rupanya"
"Kalau menurut pendapatku, lebih baik tempat ini diberi nama Yonetani. Yone artinya padi, dan Tani artinya lembah. Soalnya dibawah lembah terdapat sawah", Naako tersenyum menatap Yone
"Bisa saja kau", Yone tertawa
Yone dan Naako berjalan pulang sambil ngobrol, sebenarnya Naako lumayan nyaman untuk diajak bicara. Dia bahkan curhat sering gonta-ganti partner, kata Kepala Saito, Naako seperti agak lambat beradaptasi dan kurang responsif, dirinya juga kurang tanggung jawab dalam menyelesaikan kasus
"Aku heran kenapa aku bisa lulus dari Akademi Kepolisian. Aku harap aku bisa berkembang", gumamnya pelan
"Tidak apa-apa, aku akan membantumu", Yone menepuk bahunya
"Terimakasih, Yone", Naako menatapnya lekat-lekat, Yone merasa tak nyaman. Dia tidak suka ditatap seperti itu
"Makan yuk bareng Oda", ajak Yone
"Ayo", sudah diduga Naako bakal semangat kalau sudah bicara soal makanan.
Mereka makan siang di warung Yakiniku milik Suzumoto Miyu, disamping motel Yone. Pemilik warung ini adalah wanita berambut pendek pirang dengan telinga agak lebar, dia terlihat genit didepan Oda Nana dan selalu menawarinya minuman gratis
"Daniiii~... mau minum apa? Aku buatkan deh", tawarnya
"Tidak usah, Miyu. Aku bawa botol sendiri, sedang tidak ada uang", jawab Oda
"Dani?", tanya Yone
"Dia memanggilnya begitu", jawab Naako
"Jadi ini Yonetani Nanami? Detektif yang ditugaskan disini ya?", tanya Suzumoto
"Ehmm... aku bukan detektif, hanya polisi biasa"
"Oh begitu... kau mau minum apa, Yonetani-san?", tawar Suzumoto
"Ada bir kalengan?"
"Eh? Kau minum bir?", tanya Oda terkejut
"Ah tentu saja. Suntory? Kirin? Atau apa?", tanya Suzumoto
"Kirin"
"Kau suka mabuk ya?", tanya Oda
"Tidak, hanya menghangatkan badan. Kau tahu disini agak dingin"
"Kalau dingin aku suka makan nabe (semacam sup yang dimakan bersama dari satu panci) bareng Oda. Kau mau ikut kami makan nabe? Hangat loh diperut", tanya Naako
Yone berpikir sambil mempertimbangkan, dia takut kuman dan dia juga tak suka berbagi makanan satu piring atau berbagi alat makan yang habis dipakai orang lain, alasannya sanitasi.
"Eh... ya... lain kali saja", akhirnya ia menjawab dengan gugup
Selesai makan mereka kembali ke kantor polisi. Yone sedang berkutat dengan berkas-berkasnya sambil menulis laporan, hari sudah menjelang petang. 2 jam sebelum pulang, Kepala Saito muncul membawa laporan
"Ada korban tewas didesa Shiroyama. Kali ini adalah wanita", katanya
"Lagi?", Oda Nana tampak kecapekan
"Ya. Segera ke TKP", perintah Kepala Saito
🍃🍃🍃
To be continued...
KAMU SEDANG MEMBACA
BEAST IN THE VALLEY
AdventureDisaat malam mulai datang, warga desa tidak ada yang berani keluar rumah. Ketika ada yang berani keluar bisa dipastikan orang tersebut akan tewas mengenaskan