Ch. 02

14 6 3
                                    

Hari-hariku mulai berwarna sejak aku mengenal kak Diki.
Dia orang yg baik, lucu, dan asik.

Aku mulai ingin mengenalnya lebih jauh lagi. Karna dia lumayan tertutup.
Ig !
Aku mengetik "Diki" di pencarian instagramku.
Banyak sekali akun yg terlihat, tapi sepertinya bukan Diki yg kumaksud.
Kuulangi. Kali ini lebih lengkap.
"Di.. ki .. Sa..tri..a.." gumamku

Muncul lagi akun lainnya yg bernama Diki. Namun ada satu akun yg aku yakini.
Akun itu private. Aku lihat profilnya yg tak begitu jelas.
Namun rambutnya, aku yakin itu akun milik kak Diki.
Aku coba ikuti lewat akun temanku.

Sore harinya, ada notifikasi bahwa akun @dikistria_ menerima permintaan mengikutiku.
Aku terkejut dan mulai melihat lihat akun tersebut.

Setelah kulihat lihat kirimannya, aku menemukan salah satu poto yg ia gunakan sebagai potoprofil Tantan.
Ya! Ini kak Diki!
Aku kegirangan karna telah berhasil menemukannya.

Aku melihat lihat kiriman yg lainnya.
"Dia seorang puitis, dia suka mengambil gambar, dia berkarya, aku suka" tanpa sadar aku mengeluarkan kata kata tersebut.

Setelah puas melihat lihat instagramnya, aku mengiriminya pesan.

Monday 11.45

Nayaka
"Kak, hewan apa yg paling menjijikan?"
tanyaku membuka percakapan.

Diki Satria
"Gatau"
"Nyerah deh"

Mungkin dia pikir aku akan menggombalinya atau sejenisnya.
Gimana kl aku gombalin beneran?

Nayaka
"Yaudah kl gitu gini,"
"Kk internetnya pke kartu apa?"

Diki Satria
"Aku pke tri"

Nayaka
"Yah beda:("

Diki Satria
"Yah teruss?"

Nayaka
"eh tpi gapapa kartu internet kita beda. Yg penting nnti kartu keluarga kita samaaa <3"

Sebenarnya gombalan itu aku dapat dari temanku yg iseng ngerjain aku. jadi aku tinggal copas deh, trs kirim ke kak Diki.

Diki Satria
"Waduhhh digombalin nih hehe"

Nayaka
"Canda kak wkwk"
Jawabku malu

Diki Satria
"Haha yukkkk"
Jawabnya singkat.

...

Mulai hari itu kak Diki jarang mengirimiku pesan lagi.
"Apa mungkin kak Diki jiji ya sama aku?" pikirku yakin.

Akupun berusaha lagi mencari topik agar bisa chattingan dengannya lagi.
Aku melihat lihat instagramnya.
Aku melihat sebuah podcast yg dia buat.
Dengan iseng aku coba dengerin podcastnya. Satu podcast, aku tertarik. 2 podcast aku makin tertarik.
Sehingga aku mulai mengikuti akunnya di SoundCloud.
Aku begitu terkejut dengan karyanya yang dapat menyadarkan anak muda.
Tak banyak anak muda yang mau berkarya seperti dia.
Aku salut.

Aku mendengarkan podcast pertamanya, yaitu alasannya membuat podcast tersebut.
Aku mendengarkannya dengan saksama.

Dia bilang, dia bosan dengan sosmed, dan dia dulu sering mengungkapkan kesedihannya yg dituangkan lewat puisi dan mempostingnya di instastory.
Dia bilang dia tak begitu tertarik dengan cinta. Namun aku tak begitu menghiraukannya.
Aku akan tetap berjuang meskipun aku tau itu tak mungkin.

Aku melihat puisi yg dibuatnya yg ditetapkan pada insta highlight nya.

puisi yg indah.

Aku mulai mengamati kiriman yang belum lama ini dia kirim dengan caption.
"Musim mungkin berganti, namun rasa belum mati"

Aku berpikir,
Apa dia punya pengalaman buruk tentang cinta?
Cinta bertepuk sebelah tangan misalnya?

Lalu selama ini aku?
Pelampiasan?

TBC

2 Minutes We MeetTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang