2. Ladang Rezeki

28 7 5
                                    

Hari ini aku memiliki semangat yang lebih dari biasanya. Aku sangat semangat untuk memulung. 

Apalagi memulung di tempat yang dikatakan Yuda kemarin.

Tunggu.

Nama tempatnya apa ya? Kok aku tiba-tiba jadi lupa gini?

Aduh, apa ya?

Lota? Lono? Lo apa sih?

Kayaknya ada kata tus nya. Tapi apa ya?

Aku dengan keras mengingat perkataan Yuda kemarin.

Lotus?

Iya, sekarang aku ingat. Namanya Kompleks Perumahan Crystal Lotus.

Aku cepat-cepat menyelesaikan mandi pagiku.

Setelah itu aku mengenakan baju di dalam kamar mandi.

Matahari sudah mulai menampakkan diri.

Hangatnya mentari membuat semangatku semakin menggebu-nggebu.

Aku mengedarkan pandangan ke sekitar. Jalan raya yang ada di dekat sungai mulai dipadati anak sekolah.

Mereka ada yang mengenakan seragam merah putih, ada yang memakai seragam putih biru, ada juga yang memakai seragam putih abu-abu.

Mungkin sekarang adalah waktu untuk anak-anak bersekolah.

Tak ketinggalan juga orang dewasa.
Mereka semua juga berlalu lalang.  Ada yang mengantarkan anak-anak ke sekolah. Ada juga yang pergi bekerja.

Aku segera menyiapkan peralatan yang biasanya aku bawa.

Setelah itu aku beranjak pergi dari perkampungan ini.

Aku berjalan melewati jalan raya yang ada di dekat sungai.

Ketika aku sampai di dekat lampu merah, rumahku tampak dengan jelas. Aku tersenyum melihat rumahku. Rumah yang menjadi saksi bisu perjuangan hidupku selama ini. Rumah yang menyimpan banyak kenangan bersama ayah dan ibukku.

Setelah aku puas menatap rumahku, aku kembali menyusuri jalan raya. Berjalan sambil melihat-lihat sekitar, barang kali aku bisa menemukan sampah yang bisa aku pungut dan laku untuk dijual.

Tapi sayangnya nihil. Hanya ada sampah-sampah yang tak bernilai jika aku jual.

Aku terus berjalan. Hingga akhirnya aku sampai di kompleks perumahan yang aku tuju.

Nama kompleks perumahannya terpampang nyata.

KOMPLEKS PERUMAHAN  CRYSTAL LOTUS

Waw.

Aku terpana melihat kompleks perumahan itu. Bagian depannya saja sudah mewah. Ada air mancur yang berdiri gagah seperti seorang penguasa. Sungguh indah.
Aku tak bisa membayangkan bagian dalamnya. Pasti lebih indah dari pada bagian depannya.

Aku ingin sekali masuk ke dalam perumahan itu. Tapi, tunggu. Ada tulisan yang lebih besar dari pada nama kompleks perumahannya.

PEMULUNG DILARANG MASUK!!!

Hatiku tercubit membaca tulisan itu.

Lantas, bagaimana Yuda bisa masuk? Tidak mungkin dia masuk begitu saja. Gerbang masuk ke dalam perumahan itu tertutup rapat.

Aku memindai keadaaan di sekitarku. Berangkali aku menemukan keajaiban.

Saat mataku sampai dipojok gerbang, aku membaca tulisan TEMPAT PEMBUANGAN SAMPAH.

Oke. Ini adalah keajaiban. Aku tak perlu repot-repot masuk ke dalam perumahan itu. Aku bisa memulung dengan tenang, tanpa harus di usir secara paksa oleh security.

Atmosfer RasaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang