3. Bukan Milikku

23 5 0
                                    

Saat aku membaca kartu pelajarnya tadi, sepertinya aku tahu dimana letak sekolahnya.

Sekolahnya, berada tak jauh dari kampungku.Maka, aku melewati kampungku untuk bisa ke sekolahnya. Lumayan jauh sih, mungkin 2 km dari tempat memulungku tadi.

Panas matahari mulai menyengat kulitku. Membuat perjalanan ini terasa melelahkan.

Butuh waktu sekitar satu jam untuk menuju ke sekolah pemilik dompet itu.

Tak lama kemudian, akhirnya aku sampai di sekolah si pemilik dompet.
Sekolahnya tampak megah. Dari luar  pagar, gedungnya tampak berdiri gagah. Gedung itu berlantai 4.

Sungguh menakjubkan.

Aku segera menuju pos satpam untuk menanyakan si pemilik dompet.

"Permisi Pak." Tanyaku dengan sopan.

"Iya, ada yang bisa saya bantu, Dek?" Jawabnya ramah.

"Saya mau tanya, di sini ada yang namanya Zamrud Khatulistiwa Pak?" Tanyaku memastikan.

"Zamrud?" Tampaknya Pak Satpam sedang memikirkan sesuatu.

"Adik punya fotonya?" Tanya Pak Satpam itu.

Aku segera membuka dompet itu dan mengambil kartu pelajar si empunya dompet.

"Ini Pak." Sembari aku memberikan kartu pelajarnya.

"Ohh, ini mah ada Dek. Ada apa emangnya?"

"Tadi, dompetnya dia jatuh di depan kompleks perumahannya Pak." Jawabku jujur.

"Terus, sekarang mau saya kembalikan."

"Bisa minta tolong Pak? Tolong berikan dompet ini pada Mas Zamrud". Pintaku.

"Baik, Dek. Nanti saya berikan."

"Terimakasih Pak. Ya sudah. Saya pamit dulu ya Pak."

"Iya dek, sama-sama."

Akhirnya aku bisa mengembalikan dompet pada yang punya. Ya walaupun tak secara langsung sih. Tapi setidaknya sudah aku kembalikan.

Aku yakin bisa percaya pada bapak satpam tadi. Sebab, dari sorot matanya aku melihat ada kesungguhannya untuk mengembalikan dompet itu.

Tidak baik juga suudzon dengan orang lain. Ibuku selalu mengajarkan, untuk tak buruk sangka kepada orang lain. Apalagi dengan orang yang baru saja dikenal.

"Nanti uangnya Abang ganti ya Bin."

"Sante ajalah Bang."

"Mungkin dompet Abang tadi jatuh waktu Abang mau ambil ponsel kalik ya." Jelasku.

"Bisa jadi sih Bang. Semoga aja cepet balik tuh dompet Bang."

"Aamiin."

"Rezeki nggak akan kemana. Bye Bang, aku mau ke kelas dulu."

Aku dan adikku berpisah di lantai 2 dekat tangga. Adikku berjalan menuju kelasnya yang ada dipojok. Sedangkan aku naik menuju kelasku lantai 3.

Untung saja, hari ini classmeet. Jadi, aku tak perlu buru-buru menaiki tangga. Lagian juga gak ada yang nyariin aku. Mungkin ada sih, cuma si Bram doang.

Gara-gara Bram nelpon aku dompet ku jatuh. Tapi, gak sepenuhnya salah Bram juga sih, aku keburu-buru juga tadi. Jatuh deh.

Atmosfer RasaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang