4. NL : Let's do it!

2.1K 195 26
                                    

"Everything isn’t going to be easy but I’ll protect you."
-Exo, For Life

Suara benturan antar kulit terdengar nyaring di sebuah ruangan berdominasi warna putih.

Wanita berumur empat puluh lebih baru saja melayangkan tamparan di wajah Guanlin.

Tamparannya tidak main-main, jari-jari tangannya berbekas dengan jelas di pipi anak muda itu. Jika Guanlin adalah remaja dengan daya tahan yang lemah mungkin ia sudah tidak bisa menahan pening yang menjalar dari pipi ke kepalanya.

"Na Guanlin, Ibu bilang jaga dia selama ibu sedang perjalanan bisnis, tapi apa yang kau lakukan? Kau bahkan mengajaknya keluar dan memperlakukannya selayaknya anak normal sepertimu."

Nyonya Na yang baru tiba dari Spanyol beberapa waktu lalu melampiaskan amarah kepada anak bungsunya.

"Kau tahu, kan? Jika Jaemin meninggal perusahaan kakekmu akan jatuh ke tangan sepupumu. NA Corp  dua kali lebih besar dari pada perusahaan ayahmu, kau seharusnya bisa menjaga Jaemin, dia aset berharga keluarga kita."

Guanlin hanya tertunduk, pasrah menerima semua ocehan yang dilempar padanya. Toh, membela diri juga tidak berguna jika berhadapan dengan sang ibu.
Ibunya itu selalu menganggap diri sendiri yang paling benar, sedangkan Guanlin selalu salah di matanya.

Nyonya Na menarik nafas . Ia berusaha menstabilkan emosi, mencegah diri untuk tidak berbuat  lebih pada pemuda di depannya.

"Huffft, kalau sampai terjadi sesuatu yang serius dengan Jaemin, kau akan menanggung resikonya, Na Guanlin. Ibu tidak akan membiarkan begitu saja perusahaan ayahmu jatuh ke tanganmu. Aku akan memaksa semua orang terutama kamu untuk mendapatkan posisi di NA Corp. Jaga kakak mu baik-baik jika kamu masih ingin hidup nyaman dimasa depan, mengerti???" ucap nyonya Na penuh penekanan di setiap katanya.

Guanlin mengangguk mengiyakan semua perkataan sang ibu.

"Ibu pergi dulu," pamitnya setelah memberikan 'nasehat' kepada Guanlin.

**

"Ayo lakukan transplantasi-nya!"

Sebuah suara tiba-tiba memecah keheningan di ruangan setelah nyonya Na pergi beberapa menit yang lalu.

"Tckk... kau setuju untuk transplantasi? Kenapa? Karena kau kasihan aku ditampar seperti tadi oleh nenek sihir itu?"
Guanlin tersenyum miring, menyarkas kakaknya.

"Kau terlalu percaya diri Lai Guanlin, jika aku kasihan sudah lama aku melakukannya."

"Lalu kenapa kau tiba-tiba ingin melakukan transplantasi?"

Walau tetap berucap dengan senyum merendahkan, kali ini nada bicara Guanlin lebih serius.

"Tck... kenapa kau tiba-tiba banyak tanya??? Kau tidak mau melakukannya?"
Melihat peringai si yang lebih muda, Jaemin menjadi kesal.

Dituduh demikian, Guanlin memutar bola matanya.

"Okay, jadi Kau benar-benar mau melakukannya, Na Jaemin?" tanya Guanlin ingin memastikan tanpa berbelit-belit dengan adu mulut.

"Eoh, sepertinya sekarang aku punya semangat hidup,"yakin Jaemin dengan senyuman yang sangat samar.
Mengamati sang kakak tidak memiliki keraguan dalam kalimatnya, Guanlin menghembuskan nafas sedikit berat yang entah bermaksud apa.

"tapi dengan syarat, setelah selesai transplantasi kalian harus mendaftarkan ku di sekolah yang sama denganmu."

Namun sambungan kalimat Jaemin membuat Guanlin lebih nyata menampakkan ekspresinya.

"Sekolah? Apakah kau jatuh cinta dengan sekolah ku?" ucap Guanlin dengan nada becanda setelah meredam kaget atas permintaan sang kakak.

"Tidak, hanya saja..."
Kalimat Jaemin terhenti, ia terlihat berpikir keras akan memberi alasan apa.

"Aishh, Cepat katakan kau masih mau mendonorkan sum-sum mu atau tidak? Kalau tidak mau atau ragu katakan saja."

Hingga akhirnya gerutuan dengan intonasi menekanlah yang dikeluarkan Jaemin setelah usahanya  berpikir selama beberapa detik tidak menghasilkan apapun untuk memberi sangkalan pada terkaan sang adik.

"Erghh... Baiklah, aku akan konsultasi ke dokter."

Si-adik menyerah dengan mudah pada kakaknya kali ini, ia sedikit tidak tega karena wajah lawan bicaranya masih sangat pucat--dan juga sebenarnya tidak dalam mood  yang baik untuk berdebat.

"Guan-ahh,"
Guanlin yang sudah di ambang pintu menghentikan langkah ketika suara Jaemin yang bernada hati-hati ditangkap telinganya.

"Kau tidak apa-apa, kan?"

"Ckkkk."
Guanlin menanggap tidak bersahabat pertanyaan abstrak sang kakak yang sangat ia mengerti maksudnya, bahkan ia melanjutkan langkah dengan wajah redut setelah berdecak kesal atas pertanyaan Jaemin barusan.

TBC
_______

FF ini sepi peminat banget ya, hehhe.
But, however thank u so much buat yang vote dan terutama yang ninggalin komentar juga.

Gmana nih, tetap lanjut atau stop di sini aja? :'

No Longer || Jaemin, Guanlin [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang