Talak Di Hari Lebaran
"Mas besok jadi pulang kan ke rumah Ibu? Tahun ini sholat Ied di rumahku ya?" pinta Weni ke Arya suaminya.
"Sudah berapa kali kubilang, aku tidak akan pernah datang ke rumahmu sampai ibumu mau minta maaf sama aku," kata Arya dengan nada marah.
"Tapi Mas beliau itu orang tuaku yang melahirkanku, tidak adakah rasa hormatmu pada ibuku?"
"Rasa hormatku sudah hilang sejak kamu jadi istriku camkan itu! Kalau kamu paksa mau kesana kita cerai," kata Arya.
Weni hanya terdiam mau menjawab juga percuma, akhirnya Weni masuk ke kamar dan dibiarkannya suaminya berangkat kerja tanpa pamit padanya.
Sudah dua tahun Weni jadi istrinya Arya, pernikahan yang tidak di setujui ibunya Weni karena saat itu Weni masih kuliah, dan Arya hanya seorang security di pabrik.
Bapak yang menikahkan Weni sedangkan ketiga masnya dan iparnya tidak ada yang datang juga karena tidak tega sama Ibu.
Tapi rasa cinta Weni ke Arya mengalahkan segalanya, Weni nekat tetap menikahi Arya walaupun akhirnya dia tidak bisa ketemu orang tua juga saudaranya.
Arya terlalu sombong dan egois, tau ditolak bukannya mendekati keluarga Weni tapi malah makin melarang Weni pergi.
"Ingat ya! Sekali kamu keluar dari rumah ini tanpa seijinku, saya ceraikan kamu," kata Arya tiba-tiba muncul di pintu kamar.
Tapi tekad Weni sudah bulat, jarak rumahnya dengan orang tuanya hanya perjalanan bus empat jam.
Arya memang tidak pelit, gajinya semua di serahkan ke Weni bahkan mereka sudah punya rumah sendiri walaupun kecil.
Tapi Weni juga pingin bisa kumpul dengan saudaranya, nanti pikir nanti saja sekarang di hati Weni cuma harus segera berangkat ke terminal, takut tidak ada bus lagi.
Jam sudah di angka empat lewat limabelas menit, Arya sudah berangkat kerja untuk shift malam, Weni bergegas naik angkot ke terminal, kunci rumah masing-masing ada.
Sampai di terminal, bus terakhir yang penuh dengan penumpang sudah mau jalan, Weni pun masuk dengan berhimpitan bersama penumpang lain, maklum sudah H-2.
Agak malam Weni tiba di terminal, langsung telephone Bapak untuk jemput, jarak dari rumah ke terminal pun hanya sekitar lima belas menit, tapi karena sudah malam tidak ada angkot lagi.
Tak lama Mas Ranto, kakaknya nomer satu dengan istrinya Mbak Ismi, datang menjemput dengan dua anaknya.
Dua tahun tidak bertemu tentu membuat Weni langsung memeluk kakak tertuanya itu dan airmatanya pun tumpah, Mbak Ismi hanya tersenyum melihat keduanya.
Begitu tiba di rumah, Mas Argo dan istrinya Mbak Ika, juga Mas Beni dan Putri istrinya sudah ada, Putri adalah teman SMPnya Weni.
Malam itu di rumah Weni benar-benar rame karena dua tahun tidak bertemu anak perempuan satu-satunya di keluarga itu.
Bapak tak hentinya menangis dan mencium Weni, sementara Ibu nampak diam, Weni pun mendekati ibunya.
"Ibu maafkan Weni, maaf karena sudah menyakiti hati Ibu, maaf karena Weni terlalu egois tidak dengar nasehat Ibu," tangis Weni tumpah di pangkuan ibunya.
"Suamimu mana? Apakah kamu kalian baik-baik saja?" tanya Ibu.
"Mungkin besok Mas Arya menyusul Buk," kata Weni berbohong.
Weni pun masuk ke kamarnya, kamar yang dirindukannya selama dua tahun.
Sambil merebahkan badannya, Weni membuka handphonenya, nampak ada delapan panggilan tak terjawab dari Arya, juga belasan sms.
"Kamu istri yang tidak tahu diri."
"Kita cerai."
"Haram aku menyebutmu istriku lagi."
Masih banyak sms yang enggan Weni baca, baginya sekarang bisa melihat ibunya yang sedang sakit, juga melihat kebahagiaan di wajah bapaknya sudah cukup.
Tiba-tiba pintu kamarnya di ketuk.
"Kamu sudah tidur Wen?" Suara Mbak Ismi terdengar pelan.
"Belum Mbak, masuk saja Weni tidak kunci kok,"
Mbak Ismi masuk, Weni pun langsung duduk di pinggiran tempat tidurnya.
"Kamu ada masalah dengan Arya?" tanya Mbak Ismi langsung, yah Mbak Ismi seorang psikolog jadi mungkin bisa paham.
"Weni tidak pamit sama Arya Mbak," Weni langsung tunjukkan sms dari suaminya.
Tanpa Weni sadari Mbak Ika dan Putri juga sudah ada di kamar dan ikut baca smsnya.
"Wen kamu masih muda, masih bisa kuliah lagi, toh belum ada anak, kalau Arya ajukan cerai ya sudah pisah saja, daripada kamu menikah banyak aturan dan larangan,"
"Nanti kalau kamu kuliah kami bertiga yang tanggung biayanya," kata Putri dengan nada marah karena sikap Arya.
"Iya Wen kamu kuliah lagi saja, nanti kami bertiga yang tanggung sudah lupakan laki-laki egois itu," kata Mbak Ika.
"Sudah biar Weni tenangkan pikiran dulu, dia baru tiba, juga kita pikir rasa cintanya pada pujaan hatinya," kata Mbak Ismi berusaha menenangkan hati Weni.
Mereka pun tertawa dan Weni memeluk iparnya satu persatu, merasa bersyukur punya saudara juga keluarga yang baik.
Malam itu Weni tidur dengan gelisah karena Arya tak hentinya menelphone bahkan sampai tengah malam waktunya sahur, Weni masih belum bisa memejamkan matanya.
Paginya Weni bangun terlambat, dilihat ipar dan ponakannya sedang sibuk rapikan rumah dan menata rumah, karena besok sudah hari raya idul fitri.
Weni pun merasakan energi yang positif, hal yang sudah lama dirindukannya, suasana lebaran dan kumpul keluarga.
Hari itu seisi rumah sibuk, di dapur lebih terlihat sibuk, nampak kebahagiaan terpancar di wajah sang Ibu karena anak gadisnya sudah pulang.
Hari lebaran pun tiba, seusai sholat Ied dan sungkeman saling bermaaf-maafan.
Tak lupa foto-foto keluarga, tiba-tiba suasana hening karena tamu yang datang."Weni kamu mau pulang atau kita cerai!!!" teriak Arya di halaman, sepertinya dia mengkonsumsi alkohol.
"Kamu itu istriku, kamu sudah tidak punya hak lagi, semua harus seijinku,"
"Weniiii ayooo keluar, atau nanti saya seret kamu untuk pulang!!!" kata Arya masih teriak-teriak yang membuat malu.
Keluarlah Ranto, Argo juga Beni yang membuat Arya nyalinya langsung ciut.
"Dua tahun saya sabar menghadapi ulahmu ya, kali ini di hari yang seperti ini kamu mau cari gara-gara?" kata Mas Ranto.
"Buuuugghhh... arrrggghhhhh... aduuuuuh duuuuaaaak.... ampuuuuun," suara Arya yang minta ampun karena dapat bogem mentah dan tendangan dari Mas Ranto.
Sementara Mas Argo hanya melihat dan Mas Beni yang seorang polisi nampak menelphon seseorang.
Tak menunggu lama mobil patroli datang dan membawa Arya yang kesakitan.
Weni hanya melihat dari dalam rumah dan baru disadarinya dia mencintai laki-laki yang salah, dan tekadnya pun bulat untuk segera bercerai.
Bersambung
KAMU SEDANG MEMBACA
TALAK DI HARI LEBARAN
Fantasyperjuangan wanita untuk bangkit dari masa lalu yang buruk