Talak Di Hari Lebaran
Part 3
Besok Mas Argo dan Mbak Ika pulang, tiket pesawat sudah oke, anak-anak semua sedih karena harus pisah sama eyangnya.
"Assalamuallaikum, selamat siang," ada suara ketuk pintu.
"Wallaikumsalam, eh Bu Fatimah, mari masuk," jawab Mbak Ika.
"Wah lagi beres-beres ya, kalian sudah mau pulang?" tanya Bu Fatimah.
"Iya Bu saya duluan pulang, Beni sama Putri masih lama kok," jawab Mas Argo.
"Besok juga saya berangkat, mau pamit sama Pak Drajat, sekalian titip."
"Titip apa to Bu, kok kayak barang mau dititipkan," seloroh ibunya Weni.
"Iya kan kemarin si Syahrul sudah pulang duluan, si Farid ke kampung mertuanya, jadi tinggal saya dengan Amran."
"Gini Ibu'e Ranto, saya hanya berharap kalau Amran berjodoh sama Weni, kemarin Amran sudah cerita kalau Amran sama Weni itu kenal sudah lama, mereka satu kampus."
"Oh ya? Kok saya malah baru tau," jawab Pak Drajat.
"Kan mereka kuliahnya beda kota Pak, nah si Amran ini sampai sekarang masih suka sama Weni, dan mau menunggu status Weni sampai jelas, saya hanya berharap Weni mau membuka hatinya untuk Amran dan keluarga Pak Drajat mau menerima Amran."
Ibunya Weni hampir tidak percaya dengan kata-kata Bu Fatimah, apalagi Weni yang makin merasa bersalah karena sudah menyakiti hati Amran dari dulu.
"Bu Fatimah, kalau untuk urusan hati saya serahkan sama Weni, karena statusnya sekarangpun secara agama memang cerai, tapi secara hukum belum."
"Biar waktu yang berjalan, kalau Amran sabar menunggu sampai sekarang, pasti Allah kasih kesabaran ektra kalau Weni memang jodohnya," kata Pak Drajat.
"Pokoknya saya titipkan hatinya Amran ya, sekalian saya pamit besok mau pulang, kalau si Amran kan memang tinggal di sini," jawab Bu Fatimah penuh harap.
Sepulangnya Bu Fatimah, Weni membaca pesan dari Amran.
"Maaf atas sikap Umiku, beliau memang begitu, semoga kamu tidak marah."
"Iya ga papa, aku paham perasaan seorang Ibu, tapi aku belum bisa menerima ketulusan dan kebaikanmu," jawab Weni.
"Aku selalu sabar menunggu sejak waktu itu, bahkan saat aku tahu kamu menikah pun, aku masih berharap tentangmu."
Weni pu terdiam, dia mengingat setiap kebaikan Amran sebelum dia kenal Arya.
Amran lelaki yang pertama ia kenal di kampus, tapi bua Weni sosok Amran tak lebih seperti Mas Beni atau kakaknya yang lain.
Dia juga yang selalu sigap membantu tugas-tugas yang di berikan dosen, dan Weni terlambat menyadari semuanya.
"Ya sudah, kamu istirahat dulu nanti kita lanjut lagi ya, aku masih mau antar Umi cari oleh-oleh," pesan masuk dari Amran.
"Makasih ya Am, buat semua perhatianmu dari dulu sampai sekarang,"
Terdengar suara Adzan ashar, Bapak pun mengajak Weni untuk sholat bareng.
Karena letak masjid lumayan jauh, jadi Bapak lebih sering jamaah di rumah, sesekali kalau cuaca bagus Bapak sering sholat maghrib dan subuh di Masjid.
Seusai sholat Weni merasa lebih tenang, apalagi mendengar doa Bapak dan Ibu yang sangat menyentuh hatinya.
Weni hanya bisa meminta ampun sama Allah dan minta maaf sama Bapak juga Ibu.
"Wen sini, malam ini kita tidur bertiga, kan besok Mbak pulang," ajak Mbak Ika.
KAMU SEDANG MEMBACA
TALAK DI HARI LEBARAN
Fantasyperjuangan wanita untuk bangkit dari masa lalu yang buruk