Side Story Pt.2

664 60 10
                                    

[Jimin] ;

Mengetahui fakta, bahwa ada seseorang yang mengenal diriku yang lain. Ya, Jihoon. Aku mencarinya bertahun-tahun. Hingga dewasa ini, belum tahu bagaimana keadaan Jihoon.

Namun, yang aku syukuri, hadir seseorang bernama Jungkook. Dari salah mengira aku adalah Jihoon alias Jiminnya. Pertama kali aku merasa kesal dengannya. Namun ketika aku bertemu Seokjin Hyung dan mendengar semua kisah Jungkook darinya. Itu sangat membuatku terpukul, Jihoonku tersiksa hidupnya, disaat aku menikmati segala kemewahan di rumah Ayah.

Aku merasa menjadi orang yang paling buruk diseluruh dunia. Mendatangi tahanan, untuk bertemu dengan orang yang tega berbuat kejam pada Jihoon. Aku benar-benar geram disana. Hampir aku menghancurkan tanganku dengan meninju kaca pembatas yang memilik lubang-lubang kecil, kalau petugas tidak menahanku.

Lalu, untuk menebus segala kesalahanku pada Jihoon. Aku perlu Jungkook, aku juga harus turut ikut andil menyembuhkan luka hatinya, apalagi setelah melihat Jungkook menangis begitu kencang di makam Jihoon. Tergugu pilu, membuat hatiku sakit. Mereka terlihat begitu dekat. Dan apa aku ini? Aku benar-benar tidak pantas disebut sebagai Hyung, meskipun aku ingin.

Bukan hal mudah ternyata untuk mendekati Jungkook. Dia selalu diam. Tidak merespon saat aku datang. Ketika itu, aku mendengar Jungkook dirawat, karena percobaan bunuh diri. Bagai teriris, rasanya sakit, sangat sakit. Aku bahkan menangis saat menuju ke bangunan yang penuh dengan bau obat itu.

Mungkin, aku belum begitu mengenal Jungkook, tapi aku yakin suatu saat nanti. Jungkook mau melihatku. Aku selalu ingin, aku juga dianggap sebagai Hyung olehnya, seperti Jihoon. Aku iri padanya. Lalu, Seokjin pernah bilang, Jihoon berjanji pada Jungkook. Janji 24/7 = heaven. Awalanya aku tidak paham, namun setelah menelaah lebih dalam. Aku jadi tahu artinya. Terima kasih Jihoon, atas pencerahannya. Meskipun aku tidak tahu bagaimana Jihoon, orang seperti apa Jihoon. Namun dengan adanya Jungkook, aku seperti dapat membayar kesakitan Jihoon lewat Jungkook. Semoga kau bahagia disana Jihoon. Semoga nanti, kita bisa bertemu lagi.

Kau tau rasanya menemukan harta karun? Nah, seperti itulah aku merasakannya saat mulai dekat dengan Jungkook.

Aku tidak akan pernah membiarkan dia pergi.

🍁🍁🍁

[Jungkook] ;

Aku, mungkin salah satu dari ribuan orang paling beruntung di dunia. Setelah kembali dari kematian dua kali. Aku memilih menjadi orang yang selalu bersyukur pada Tuhan.

Kehilangan Jimin, oh, maaf Jihoon Hyung. Membuatku mengerti, bahwa hidup tak selamanya indah. Ada masa bumi membalikkan hidupku, agar aku tahu rasanya jatuh tersungkur.

Mengingat lagi, masa-masa kelam saat itu. Jihoon adalah orang yang paling pertama memelukku, saat aku menangis. Jihoon akan selalu menunjukkan senyumnya padaku. Aku ini orang yang sangat bergantung pada Jihoon. Aku sadar itu. Dan sekarang, aku juga termasuk orang yang paling bergantung pada Seokjin.

Fakta bahwa masa lalu membunuhku. Benar adanya. Aku tidak bisa menikmati hidupku sebagai Kim Jungkook. Aku terus-terusan menjadi Jeon Jungkook. Tidak peduli bahwa Seokjin mengajakku berlari, namun aku tetap jalan di tempat.

"Maafkan aku, Hyung,"

Selama ini, yang mampu membuatku tersenyum hanyalah dirimu. Aku juga ingin tersenyum bebas, tapi hal yang membuatku sulit untuk menarik kedua sudut bibirku ke arah berlawanan, adalah kabar dari Jihoon. Sungguh membuatku terpuruk dan menyita pikiranku.

Seperti tak punya lelah, Seokjin selalu berusaha membuatku kesal, dengan perdebatan tak berguna. Tapi itu juga menjadi hiburan tersendiri untukku.

"Dan terima kasih, Hyung,"

Hingga pada akhirnya, aku melihatnya. Jimin, tapi dia tak mengenaliku. Sama sekali. Sesungguhnya, aku merasa sangat sakit, kecewa, sedih. Berakumulasi jadi satu. Tapi aku juga tak tahu harus bagaimana. Sampai terjatuh pun, aku tak merasakan sakitnya.

Seandainya, aku bisa menelusuri lorong waktu. Aku ingin kembali saat aku terakhir bertemu dengan Jihoon. Aku ingin mengucapkan kalimat perpisahan yang indah untuknya.

Sadarlah Kook, tak ada hal macam itu.

Yang perlu aku benahi kini adalah, hidupku. Jimin, sudah menjadi Hyungku sekarang. Dia menepati janji 24/7 = heavennya. Aku dibuat tertawa bagai orang gila selama tujuh hari, tapi tidak dua puluh empat jam. Tidak mungkin, karena aku dan Jimin butuh tidur. Itu hanya kiasan.

Namun, kata Jimin, heavennya bukan hanya 24/7, tapi selamanya. Mmm, aku tidak yakin dengan itu, apa dia tidak akan menikah nanti? Dan hanya akan mengurusi aku, begitu? Tidak, sekarang aku tidak mau bergantung pada orang lain. Mengingat kata Seokjin, pikirkan juga perasaan orang lain. Dan aku akan menjadi orang paling istimewa, kata Jimin lagi. Seperti mengutip kalimat Jihoon dulu. Sekarang, aku sudah punya alasan, kenapa aku harus tersenyum, untuk dua Hyungku, Seokjin juga Jimin. Mereka adalah hartaku paling berharga, saat ini. Untuk Jihoon Hyung. Ku harap nanti, kita kan bertemu lagi. Aku sayang padamu Hyung.

Inilah aku sekarang, Kim Jungkook yang bahagia, dan bukan Jeon Jungkook yang merana.

🍁🍁🍁

Terima kasih telah membaca

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Terima kasih telah membaca.

Hoiland
Wonosobo, 2019 Juni 17

24/7 = Heaven [끝]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang