13. Feeling

123 10 4
                                    

"Dinaaan! Bangun!" Seorang gadis berteriak sambil memukulkan bantal guling pada tubuh seorang pemuda yang masih tertidur nyenyak.

"Dinan bangun atau gue guyur lo!" Gadis tersebut yang tak lain adalah Cindy itu mulai ngegas.

"Iyaaa Cinhaaap! Bawel lo!" Dinan bangun dan mengucek matanya.

"Cepet lo mandi, abis itu sarapan, terus anterin gue ngampus!"

"Dih emang lo doang yang mau ngampus, gue juga kali."

"Lah bukannya lo kosong ya hari ini?"

"Mau rapat, biasa mahasiswa teladan."

"Heleh, buru lo! Telat ntar."

"Iyee." Dinan melempar bantal ke arah Cindy lalu berlari ke kamar mandi. Cindy lebih seram dari Bundanya jika sedang marah.

Entah bagaimana ceritanya pagi-pagi begini Cindy sudah berada di rumahnya. Rumah Cindy dan Dinan memang berdekatan, hanya terpisah oleh tiga rumah lain.

"Hap, Bunda kemana ya?" Tanya Dinan setelah rapi.

"Udah berangkat ke toko, ada urusan katanya. Lo sih kebo banget jadi Bunda ngga pamit." Jelas Cindy.

Dinan hanya membulatkan mulutnya. "Kenapa lo minta anterin gue deh?"

"Hehe Papa tadi masuk jam tujuh, Nan. Gue ditinggal deh. Lo mau kan nganterin gue?" Cindy nyengir dan menatap Dinan dengan puppy eyes nya.

Dinan terkadang heran, Cindy bisa menjadi galak dan menakutkan tapi juga bisa menjadi lucu seperti bocah dan menggemaskan, ya seperti sekarang. Tapi Dinan suka.

"Heleh ngga usah sok imut." Dinan mencibir.

"Ayo berangkat. Demi lo nih, harusnya mah gue rapat ntar jam dua." Lanjut Dinan.

"Lo baik deh Dinan, ayo berangkat sekarang daripada ngedumel terus. Nambah dosa aja." Cindy berlalu meninggalkan Dinan.

"Yeh untung gue sayang lo, Hap!" Dinan masih mendumel.

Akhirnya Dinan menyusul Cindy yang sudah berada di samping motor Dinan. Dinan memberikan helm pada Cindy, dan segera menuju kampus.

Setelah tiga puluh menit menempuh perjalan, mereka berdua sampai di kampus. Dinan lalu memarkirkan motornya, dan mengantarkan Cindy sampai gedung kuliahnya.

"Makasih ya, Nan." Cindy tersenyum manis.

"Iyaa." Jawab Dinan.

"Yaudah gue masuk dulu ya." Ucap Cindy, Dinan mengangguk.

Cindy berlalu meninggalkan Dinan untuk menuju kelasnya. Namun belum jauh, Dinan memanggilnya.

"Cinhaaap!"

"Apa?"

"Nanti gue yang anter pulang. Lo tunggu disini ya, jangan kemana-mana kalo gue belum dateng."

Cindy menatap Dinan heran, tidak biasanya Dinan seperti ini.

"Ngga anget perasaan." Cindy menempelkan punggung tangannya ke dahi Dinan.

"Lo kenapa deh, aneh." Lanjut Cindy.

"Gue gapapa. Gue cuma mau lo nunggu gue, Cinhap. Balik bareng gue."

Rewrite The StarsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang