14. Cupcakes

139 8 14
                                    

Dinan menghentikan motornya ketika telah sampai di halaman rumah seseorang, ia melepas helmnya kemudian mendekat dan mengetuk pintu rumah tersebut.
Pintu terbuka, senyum ramah seorang wanita paruh baya menyapa Dinan.

"Selamat siang Tante." Sapa Dinan.

"Siang Dinan, ayo silahkan masuk." Dinan mengikuti sang wanita paruh baya tersebut. Ia kemudian duduk di ruang tamu.

"Dinan mau minum apa?"

"Hehe, ngga usah Tante."

"Terus mau apa?"

Dinan hanya nyengir menanggapi pertanyaan wanita paruh baya tersebut.

"Mau ngapelin anak Tante yang mana? Dea apa Devi?" Tanya sang wanita sambil menatap Dinan jahil.

"Dua-duanya juga boleh." Dinan tertawa

"Ngga boleh serakah dong."

"Devi Ranita." Jawab Dinan sambil tersenyum lebar. Mamah Devi tersenyum.

"Dia di halaman belakang, kalo ngga lagi ngelukis ya lagi ngelamun. Kamu mau ke sana apa mau Tante panggilin dia ke sini?"

"Dinan aja yang ke sana Tante."

"Yaudah, kamu lewat pintu di ujung itu ya." Mamah Devi mengarahkan.

"Iya Tante, terima kasih."

"Oh iya Dinan, Tante minta tolong kamu bujuk Devi makan dan minum obat ya?"

"Siap!"

Dinan mengikuti arahan Mamah Devi, Dinan membuka pintu yang ditunjukkan tadi. Setelah pintu terbuka, hal pertama yang Dinan lihat adalah seorang gadis cantik dengan kuas dan palet di tangan kanan dan kirinya. Dinan mendekati gadis yang kini memunggunginya itu, perlahan tapi pasti Dinan menutup kedua mata gadis tersebut.

"Kak Dea? Bukan, dia lagi pergi. Mamah? Bukan, parfum Mamah ngga kaya gini. Papah? Bukan, Papah kerja." Devi mengabsen anggota keluarganya. Dinan ingin tertawa mendengarnya, tapi ia tahan.

"Mamaaahh! Ada yang mau culik Devi!" Teriak Devi.

Dinan tak dapat menahan tawanya, ia terbahak mendengar teriakan Devi.

"Haha, mana ada yang mau nyulik kamu di rumah sendiri." Dinan melepaskan tangannya yang menutupi mata Devi.

"Dinan?" Devi terkejut dengan kehadiran Dinan.

"Hai peri cantik." Dinan memamerkan deretan gigi putih dan gigi kelincinya.

"Nyebelin!" Devi kembali melanjutkan aktivitasnya.

"Haha iya maaf."

"Sama-sama."

"Kamu lagi apa?"

"Mencangkul."

Dinan tertawa mendengar jawaban Devi. Ia sadar jika basa-basinya terlalu basi. Dinan kemudian pergi meninggalkan Devi, ia masuk lagi ke rumah Devi.

"Loh kok hilang?" Devi celingukan mencari Dinan. Namun hanya sebentar, ia kembali fokus pada lukisannya.

Tak berapa lama, Dinan kembali dengan sepiring makanan dan segelas air di tangannya. Ia lalu duduk di samping Devi. Devi menoleh ke samping kanannya.

"Makan ya?" Ucap Dinan tanpa melihat ke arah Devi. Ia kemudian menyendokkan makanan bersiap menyuapi Devi.

"Aaaaa..." Dinan mengisyaratkan Devi untuk membuka mulutnya, namun Devi masih diam.

"Peri cantik, aku ngga mau kamu sakit." Dinan menatap mata Devi.

Rewrite The StarsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang