15. The Past And The Present

217 9 4
                                    

"Ada yang mau ditanyain lagi?" tanya Chris bersiap menutup rapat kali ini.

"Ngga ada sih." jawab para anggota bergantian.

"Eh tapi gue boleh saran ngga?" tanya Araz.

"Boleh, apaan tuh?" Chris beralih menatap Araz.

"Bisa ngga sih kalo kita tuh rapatnya di luar kampus gitu? Cafe kek, warkop kek. Biar ngga bosen gitu." usul Araz.

"Wadidaw, boleh juga." Vino mendukung.

"Boleh, gue juga setuju. Gimana yang lain?" Chris mengedarkan pandangannya. Yang lain mengangguk.

"Dinan?!" panggil Chris pada Dinan yang terlihat tengah sibuk mencoret coret selembar kertas.

"Hm?" Dinan menatap Chris.

"Lo ngga dengerin?!" Chris sedikit ngegas.

"Dengar. Kalau bisa kita rapat di luar kampus dan saya setuju." ucap Dinan dengan senyum, paksa.

"Kalo masih sakit ngga usah maksain, Nan. Mending Lo ke klinik kampus aja sekarang." nasihat Chris.

Yap, Dinan memang sedang tidak fit. Itu dikarenakan Dinan yang ngotot untuk terus menjaga Cindy di rumah sakit, hingga ia lupa untuk makan dan istirahat.

"Gapapa kok. Kan ini juga udah selesai." balas Dinan.

Akhirnya rapat ditutup oleh Chris. Para peserta rapat segera bubar untuk kembali ke kegiatan masing-masing.

"Peri cantik." panggil Dinan pada seorang gadis.

"Ngga boleh panggil kaya gitu ih, malu." gadis tersebut menatap Dinan kesal, namun Dinan hanya terkekeh.

"Kenapa malu?" tanya Dinan.

"Ya karena aku manusia." jawab Devi.

"Loh apa hub.."

"Ranita!" suara seseorang membuat Dinan tak dapat menyelesaikan kalimatnya.

Dinan dan Devi kompak menoleh ke sumber suara. Seorang pemuda kemudian menghampiri keduanya, lebih tepatnya menghampiri Devi.

"Ranita, pulang sama aku ya." ucap pemuda yang tak lain adalah Bobby. Ia tersenyum manis ke arah Devi.

"Engga." jawab Devi.

"Tapi aku udah ijin papa kamu. Dan dibolehin. Mau ya aku anter?" kini Bobby mulai menggenggam tangan Devi.

"Ngga usah. Aku pulang sendiri aja." Devi berusaha menarik tangannya dari genggaman Bobby, namun genggaman itu terlalu kuat.

"Aku minta maaf. Please ijinin aku perbaiki kesalahan aku, please." mohon Bobby.

"Aku udah maafin kamu. Lepasin tangan aku." Devi masih berusaha.

Dinan yang tak tahan melihat adegan tersebut langsung mengambil tindakan. Ia tepis tangan Bobby sekuat tenaganya agar terlepas dari tangan sang peri cantiknya.

"Jangan dipaksa kalau dia ngga mau." Dinan menatap datar Bobby.

"Lo siapa?! Ngga usah ikut campur!" bentak Bobby.

Ia kembali meraih tangan Devi, kali ini lebih kasar.
"Ayo Ranita, pulang sama aku."

Lagi, Dinan menepis tangan Bobby.
"Kamu cowok bukan? Kasar banget sama cewek. Coba pakai rok aja, siapa tau lebih pantas." ucap Dinan.

Dinan menggenggam tangan Devi dan mengajaknya berlalu dari hadapan Bobby. Dinan membawa Devi ke parkiran kampus untuk mengambil motornya.

"Pulang sama siapa? Kak Dea?" tanya Dinan.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 08, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Rewrite The StarsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang