7. Closer

98 9 17
                                    

"Devi, makan dulu ya. Abis itu minum obat." Dea menatap Devi. Namun hanya gelengan kepala yang ia terima.

"Dek, biar cepet sembuh." Dea masih berusaha membujuk Devi.

Sudah dua hari ini Devi selalu menolak untuk makan dan minum obat. Orangtua dan kakaknya sudah kehabisan akal untuk membujuk Devi.

"Kamu kenapa sayang?" Papah Devi memeluk putrinya.

"Devi mau pulang." Jawab Devi.

"Nanti ya, tunggu kamu bener-bener sehat dulu."

"Kapan, Pah? Setiap Devi diijinkan pulang juga Devi ngga bener-bener sembuh kan? Kenapa ngga pulang sekarang aja?"

"Kamu ngga boleh ngomong gitu sayang. Kamu pasti sembuh kok, makanya kamu makan terus minum obat ya?" Sang Papah menatap Devi.

"Devi ngga lapar, Pah. Devi mau istirahat aja." Devi sedikit tersenyum. Ia berbaring, lalu menyelimuti seluruh tubuhnya.

Papah Devi memandang ke arah Dea dan istrinya, lalu menghampiri mereka. Mereka meninggalkan Devi untuk berbicara diluar.

"Jantung Devi semakin parah, Devi butuh donor secepatnya." Ucap Papah Devi pada istri dan anak pertamanya.

"Obat dan perawatan yang Devi dapatkan sekarang juga ngga membantu terlalu banyak." Lanjutnya.

Dea hanya bisa menunduk, demikian juga sang Mamah. Mereka bertiga terdiam mengingat kondisi Devi.

"Selamat pagi Om, Tante, Kak Dea." Seorang pemuda menyapa ketiganya.
Semua kompak menoleh ke seseorang tersebut yang ternyata Dinan.

"Pagi." Jawab ketiganya.

Dinan segera menyalami tangan kedua orangtua Devi.

"Bagaimana kondisi Devi, Om, Tante, Kak?" Tanya Dinan.

"Silahkan kamu masuk dan liat sendiri." Ucap Papah Devi.

Dinan sebenarnya bingung, tapi ia menuruti perintah Papah Devi.

"Baik Om."

Dinan perlahan membuka pintu ruangan tersebut. Terlihat seseorang terbaring sambil memeluk boneka pemberian dirinya. Dinan menghampiri gadis tersebut.

"Loh, aku kira kamu tidur." Ucap Dinan.

"Dinan?" Devi menatap Dinan.

"Iya, emang siapa?"

"Ya Dinan, Dinan Adinatha."

"Eh, Made Devi Ranita kok tau nama lengkap aku? Tanya Dinan penasaran.

"Loh kok kamu tau juga?" Devi kaget.

"Tau dong." Ucap Dinan sombong.

"Masih kurang satu kata sudah sombong." Devi mengejek Dinan.

"Kamu juga masih kurang satu kata." Ujar Dinan.

"Emang siapa?"

Dinan mengulurkan tangannya. Devi menjabat tangan Dinan.

"Nama saya Dinan Adinatha Sanjaya. Kalau kamu?"

"Nama saya Made Devi Ranita Ningtara."

"Hahaha.." Mereka menertawakan kelakuan mereka sendiri.

Dinan mengalihkan pandangannya ke nakas di samping kirinya, terdapat makanan serta obat yang belum tersentuh.

"Tadi di luar aku ketemu Papah, Mamah kamu. Mereka keliatan sedih gitu. Kira-kira kenapa ya?" Dinan sok berpikir. Devi diam saja.

"Kayanya aku tau, pasti ada salah satu anaknya yang bandel deh." Dinan tersenyum menatap Devi.

Rewrite The StarsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang