11. Remorse

294 44 44
                                    

Seongwu menatap kosong hidangan makan malam yang telah tersaji. Tangannya menggerakkan sumpit tak beraturan, mengacak-acak makanan tanpa berniat menyantapnya.

Tuan dan Nyonya Ong saling berpandangan, merasa heran dengan sikap sang putra yang tak seperti biasanya.

"Kamu kenapa, Seongwu?" Tanya nyonya Ong penasaran.

Seongwu mengalihkan tatapannya pada sang ibu, "Jaehwan belum pulang, ma..."

Tuan Ong terkikik gemas, beliau mengusap rambut sang putra dengan penuh kasih sayang, "Bukankah saat SMP dia sering pulang telat dalam keadaan babak belur? Saat itu kau tampak tak peduli padanya."

Seongwu tak menjawab. Ia malah membaringkan kepalanya di atas meja, benar-benar tampak lesu dan tak bertenaga.

"Ya tuhan, putra kesayangan mama menggemaskan sekali. Kamu sangat mengkhawatirkan adikmu ya?" Tanya Nyonya Ong dengan wajah berseri.

Seongwu tersenyum miris. 'Adik...'

Sejenak, ia bertanya-tanya dalam hati. Bagaimana jika kedua orang tuanya mengetahui perihal perasaan istimewanya terhadap Jaehwan? Akankah mereka mengizinkan dirinya menyukai sesama laki-laki?

Tak ingin terlarut dalam kekalutan pikiran, Seongwu mengangkat wajah dan menatap kedua orang tuanya penuh harap.

"Izinkan aku mencarinya."

"Tidak boleh, sayang. Kamu tidak boleh keluar rumah selain untuk sekolah dan berangkat les," tolak Nyonya Ong selembut mungkin.

"Paman Kim akan mengantarku..." lirih Seongwu dengan wajah memelas.

"Tidak bisa! Paman Kim hanya ditugaskan untuk mengantarmu ke sekolah dan juga ke tempat les." Tolak sang ayah, tegas.

Kecewa dan tak berani membantah sang ayah, Seongwu pun berdecak kesal dan bangkit berdiri. Ia meninggalkan ruang makan begitu saja sehingga orang tuanya hanya bisa menghela napas panjang.

"Tak usah khawatir, ma. Setelah Jaehwan pulang nanti, sikap putra kita akan kembali seperti biasa," ucap Tuan Ong untuk menenangkan sang istri.

Tanpa mereka ketahui, Seongwu mengendap-endap menuju kamar orang tuanya untuk mencari kunci mobil milik sang ibu.

"Meskipun kakak belum mahir menyetir, kakak yakin bisa membawamu pulang dengan selamat, Jaehwan." gumam Seongwu ketika berhasil menemukan benda tersebut di salah satu laci nakas.

<>
<>
<>

Jaehwan dan Minhyun mandi bersama untuk membersihkan diri. Tentu itu karena Jaehwan yang kesulitan berjalan sehingga Minhyun memapahnya menuju kamar mandi. Namun setibanya di sana, Minhyun malah memaksa mandi bersama kemudian melanjutkan aktivitas panasnya.

Sekarang, Jaehwan memakai piama milik Minhyun sedangkan Minhyun memakai kaos oblong tanpa lengan warna hitam dan celana pendek warna senada.

Karena kelelahan, mereka pun berbaring di kasur --yang telah dibereskan para asisten rumah tangga selama mereka mandi, tentunya atas perintah tuan muda Hwang Minhyun-- tanpa memikirkan rasa lapar yang sejak tadi menyerang perut Jaehwan.

"Apa kau tahu kenapa kakak mengajakmu kesini?" Minhyun mencubit pelan hidung Jaehwan berkali-kali.

"Bukan mengajak tapi memaksa," gerutu Jaehwan dengan bibir mengerucut. Lantas ia menepis tangan Minhyun dari hidungnya.

Minhyun tertawa kecil, ia mencubit hidung Jaehwan lagi namun kali ini membuat hidung si pemuda manis memerah hingga Jaehwan meringis kesakitan dan memukul pundak Minhyun sebagai balasan.

Your Money // Kim Jaehwan x OngNielHwangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang