21. Posisi

241 26 15
                                        

Besoknya, Jaehwan tak masuk sekolah karena diskors. Baginya hukuman ini adalah suatu keberuntungan sebab dirinya bisa memiliki waktu untuk bermalas-malasan seharian --meskipun keberuntungan tersebut harus dibayar dengan ancaman pemotongan gaji oleh Tuan dan Nyonya besar jika kembali terbukti berkelahi di sekolah.

Setelah Seongwu berangkat sekolah tadi pagi, Jaehwan pergi dari kamar sang majikan menuju kamarnya sendiri. Karena bagaimana pun, ia merasa tak berhak berada di sana jika Seongwu sedang tidak ada.

Dan siang ini, pemuda manis itu berbaring terlentang di lantai karena kegerahan akibat berjam-jam tidur dengan tubuh terlilit selimut tebal.

Jujur saja, ia mulai merasa bosan karena seharian ini tak melakukan apa-apa. Padahal kalau di kelas, jam segini biasanya ia sedang berjuang menahan kantuk atau berjuang menahan kekesalan pada Daniel yang selalu mengganggunya.

Daniel.

Jaehwan menggelengkan kepala berkali-kali karena tiba-tiba teringat pada si beruang mesum. Apakah ia sedang merindukan Daniel? Padahal seharusnya ia sedang merindukan Minhyun...

"Aaaaaaaaargh! Aku harus bagaimana? Aku tak mungkin suka pada si beruang mesum! Tidak tidak tidak! Lebih baik sekarang aku memikirkan cara untuk mendamaikan kak Minhyun dan kak Seongwu secepatnya."

Jaehwan pun memejamkan mata supaya fokus merancang skenario untuk mendamaikan dua pemuda tampan yang pernah membuatnya "mendesah-di-posisi-bawah".

Tak lama kemudian Jaehwan mendengar suara langkah kaki yang mendekatinya namun ia tak peduli dan tetap memejamkan mata. Mungkin hanya sang Ibu yang ingin mengambil keranjang cucian, pikirnya.

Cup~

I detik.

2 detik.

3 detik.

Jaehwan membelalakkan mata ketika menyadari ada benda kenyal yang menempel di bibirnya.

Hal pertama yang ia lihat adalah sepasang mata sipit yang memiliki tahi lalat di bagian bawah sebelah kanan. Mata Daniel! DANIEL! KANG DANIEL!

Jaehwan refleks mendorong pundak pemuda itu. "SIALAN!"

Daniel membekap mulut Jaehwan sambil terkekeh pelan, "Sssst! Nanti ibumu dengar."

"Mmmmbhmmmhb."

Belum mau melepaskan tangannya dari mulut Jaehwan, Daniel pun menjawab pertanyaan yang sudah pasti akan Jaehwan tanyakan kepadanya.

"Aku sengaja bolos sekolah karena kau diskors. Sekolah pasti membosankan tanpa kau di sampingku."

Jaehwan menampar pipi Daniel sebagai respon atas ucapan si pemuda yang terkesan berlebihan itu. Eh, tapi kenapa pipi Jaehwan rasanya memanas?

"Pipimu merah! Kau senang ya aku gombali?" Goda Daniel yang membuatnya menerima tamparan untuk yang kedua kali.

Daniel pun melepaskan tangannya dari mulut Jaehwan lalu membaringkan diri di atas tubuh pemuda yang disukainya itu. Ia membenamkan wajah diperpotongan leher Jaehwan, menghirup aroma vanilla yang semakin menambah kesan manis pada diri pemuda yang disukainya itu.

"AWAS!" Jaehwan yang merasa sesak, sekuat tenaga berusaha menyingkirkan Daniel dari atas tubuhnya. "KAU PIKIR BADANMU ITU SEBESAR KUCING?"

Daniel menggigit tulang selangka Jaehwan sebelum bangkit dari tubuhnya. Dan dengan senyum manis yang terukir di bibirnya, ia pun membantu Jaehwan bangkit dari posisi berbaringnya di lantai.

"Aku datang ke sini dengan alasan menjengukmu, jadi Ibumu menyuruhku masuk ke sini." terang Daniel seraya merapikan rambut Jaehwan yang sangat berantakan.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 27, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Your Money // Kim Jaehwan x OngNielHwangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang