empat : haruskah?

23 6 4
                                    

pertemuan keempat kawan baik ini kembali digelar di tempat yang sama seperti sebelumnya. calum hanya mengenakan kaos yang dibalut dengan flannel, luke dengan leather jacket nya, michael yang senantiasa satu hati dengan calum mengenakan kaos yang dibalut dengan flannel, dan ashton dengan sweater nya.

sebuah berkas yang sudah tercoret di banyak sisinya tergeletak di atas meja mereka. "jadi, bagaimana hasil kerja kalian?" tanya ashton setelah menyeruput kopi miliknya.

michael menatap calum haruskah-aku-atau-kau-yang-menjelaskan-padanya?. sekiranya begitulah arti tatapan michael terhadap calum yang tentu saja dibalas dengan calum yang memutar bola matanya. "kali ini sepertinya giliranku." ujar calum. dia menghela napas panjang sebelum menjelaskan.

"jadi, seperti yang sudah kita semua ketahui, mereka selalu menggelar pertemuan satu minggu sekali pada hari kamis. bekerja di gedung pemerintahan dari pukul delapan pagi sampai pukul tiga sore, lalu kembali ke rumahnya. bajingan kita yang satu ini akan pergi ke strip club pada pukul tujuh dan kembali dengan keadaan mabuk pada tengah malam. lalu istri atau anaknya akan memberikan aspirin dan dua gelas air minum setelahnya. kita memiliki waktu setidaknya pukul satu pagi hingga sebelum fajar."

ashton dan luke mengangguk.

mereka mengamati beberapa coretan dan tulisan tambahan di berkas. calum dan michael memang tidak pernah mengecewakan mereka dalam hal mengintai maupun membereskannya.

"haruskah kita habisi seluruhnya?" kali ini luke yang bertanya setelah kembali mengamati berkas.

"tidak."

"tidak?"

"tidak. istri dan anaknya memiliki pekerjaan sendiri. mereka memiliki pendapatan yang cukup. mereka juga tidak menyentuh harta si bajingan ini. jadi, mereka tidak perlu kita habisi." calum kembali menjelaskan.

"jadi, kita bisa menembaknya tepat di bagian lambung dan membuat laporan lab rumah sakit yang menunjukan bahwa dia mati karena pendarahan lambung akibat terlalu banyak mengonsumsi aspirin." michael menambahkan.

setelah mereka benar-benar menyusun rencana dengan matang, mereka membahas hal-hal lain yang berkaitan dengan kehidupan mereka. orang-orang yang melihatnya pun akan menganggap bahwa itu hanya obrolan hangat pertemanan yang biasa, bukan sebuah rencana penbunuhan.


malamnya turun hujan deras di kota. calum duduk bersantai di sofa kamarnya dengan segelas cokelat panas dan sebuah novel horror kesukaannya. ia membaca novelnya sembari mendengar lantunan nada dari rintik hujan di luar. malam yang indah untuknya.

dia terlalu terbuai dengan rintik hujan sampai tidak sadar kalau sekarang sudah memasuki tengah malam. dia pun menutup novelnya dan merangkak ke atas kasur. di luar sana masih hujan deras. mata calum semakin berat mendengar langit menyanyikan lullaby untuknya. sampai akhirnya dia benar-benar tertidur lelap.

pagi harinya, kicauan burung membangunkan calum. dia segera bangkit dan keluar menuju balkon. aroma petrichor menyeruak mengetuk masuk ke dalam indra penciumannya, daun-daun menitikkan embun pagi, dan udara sejuk menyapa calum dengan lembut.

dia berdiam sejenak. membiarkan tubuhnya bermandikan sinar mentari pagi. setidaknya alam masih berbaik hati, tetap mau menyajikan pagi yang indah.

***

gatau dah ini cerita nyambung atau ga

petrichor ; calum hoodTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang