"kita sudah sampai." ujar michael ketika mobil yang mereka tumpangi berhenti di jalan dekat rumah target mereka. calum turun terlebih dahulu untuk memastikan bahwa tidak ada yang memperhatikan mereka. setelah dirasa cukup aman, michael turun dan mengucapkan terima kasih kepada luke yang sudah mengantar mereka. dia segera berdiri di sisi kanan calum.
"ingat baik-baik, luke. ketika aku memberimu pesan, kau harus sesegera mungkin sampai di tempat yang telah ditentukan." kata michael sebelum akhirnya melengang pergi ke balik pepohonan.
luke melajukan mobilnya, dia akan kembali ke kantor kepolisian dan menunggu pesan dari michael sembari melakukan pekerjaannya sendiri.
langkah kaki michael dan calum tidak pernah menimbulkan suara apapun. tidak akan ada yang mengira bahwa ada dua lelaki sedang berjalan di sekitar rumah. ditambah lagi dengan rimbunnya pepohonan dan gelapnya malam. membuat mereka benar-benar tidak terlihat. mereka berjalan menuju halaman belakang rumah itu. tempat dimana tidak ada penjaga dan jarang dikunjungi siapapun.
saat ini pukul dua pagi. penghuni rumah pastilah sudah terlelap di atas ranjang mereka.
pintu belakang terbuka. calum dan michael sudah membuat kunci yang sama dengan kunci aslinya. sehingga mereka tidak perlu repot membobol pintu menggunakan jarum dan alat lainnya. mereka masuk ke dalam rumah. suasana di dalam rumah sangat sunyi dan gelap. mereka mulai memasuki dapur, ruang keluarga, dan sampai di depan anak tangga. dinaikinya anak tangga itu satu persatu hingga sampailah mereka di anak tangga terakhir.
mereka sudah berhasil sejauh ini.
langkah kaki mereka berlanjut memasuki sebuah kamar. seperti yang sudah mereka pastikan, pria itu sudah terlelap. calum berjaga di depan pintu kamar sedangkan michael memgacungkan pistolnya ke arah perut pria itu.
calum mengetuk meja di dekatnya. hendak membangunkan pria itu agar ia dapat melihat dua malaikat maut yang hendak mengantarkannya ke neraka. karena mereka bukan tipe orang yang akan membunuh orang yang sedang tidur. yah walaupun sebelumnya pria itu sedang tertidur.
sadar akan suara beberapa ketukan, pria itu meracau dan mulai membuka matanya.
ia mengerjap sebelum akhirnya tersadar. begitu melihat pistol yang mengarah kepadanya, ia langsung duduk dan gemetar. "s-siapa kalian? penjagaku a-ada di luar. jangan m-macam-macam." racaunya.
kentara sekali rasa takut dalam suaranya yang gemetar itu.
"hai! aku adalah malaikat mautmu." ujar michael. yang semakin mengarahkan pistolnya ke perut pria itu. dan menggerakan jemarinya seolah akan menarik pelatuk.
"dan aku yang akan mengantar nyawamu ke neraka. dengan senang hati, tentunya." sambung calum.
"k-kalian akan m-mati."
michael dan calum tertawa.
calum menyilangkan kedua tangannya di atas dada. kemudian bibirnya terangkat menjadi sebuah seringaian. "ah, sayangnya kau yang akan mati malam ini. bukan kami." katanya, disusul dengan kekehan kecil.
"kata-kata terakhir?" tanya michael.
pria itu meludah. seolah dengan ia berbuat seperti itu akan membuatnya terlihat berani. "brengsek!"
michael menarik pelatuk. dan peluru sekecil jarum segera melesat menuju lambung pria itu. "kata-kata terakhir diterima." pistol itu tidak menimbulkan bunyi sedikitpun. dan tidak ada darah yang memuncrat dari perut si pria.
peluru itu amat tipis. akan sangat mudah masuk ke dalam lambung tanpa menimbulkan luka yang besar pada permukaan perutnya. tetapi dampaknya benar-benar tidak terduga. pistol itu adalah salah satu senjata yang mereka gunakan untuk menjalankan tugas.
michael kembali meletakan pistol ke tempat semula. saat mereka hendak berbalik, knop pintu bergerak dan pintu terbuka. lalu masuklah seorang gadis yang sedikit terkejut melihat keberadaan michael dan calum di kamar ayahnya.
"apa dia sudah mati?" tanyanya.
calum menatap michael.
"aku bertanya pada kalian. apa dia sudah mati?" gadis itu kembali bertanya.
calum mengalihkan pandangannya dari michael, pria yang sudah terbujur kaku, dan gadis itu bergantian. "kurasa, ya. dia sudah mati."
mendengar jawaban calum, gadis itu memijit pelipisnya.
"padahal aku dan ibu ingin membunuhnya sendiri. tapi tak apa, terima kasih karena sudah menyingkirkan bajingan itu." katanya.
calum dan michael kembali saling pandang.
"apa?!"
KAMU SEDANG MEMBACA
petrichor ; calum hood
Fanfictionseorang pembunuh bayaran, yang amat mencintai harumnya bumi setelah didera tangisan langit.