Part 2 : Berita Duka

11.2K 60 1
                                    


Rifqi duduk dan meneguk air mineralnya. Afzal segera duduk di samping Rifqi dan menyemangatinya.

"Mas Rifqi, yang sabar ya... Allah lagi kasih cobaan besar... Tetap tabah ya, mas..." Ucap Afzal.

"Iya, bang Afzal... Tapi bos besar benar-benar keterlaluan... Dia memaki saya seperti itu..." Jawab Rifqi sedih.

TESSSS...

Afzal melihat air menetes dari pipi Rifqi. Benar, Rifqi menangis.

"Saya memang bodoh... Tapi saya punya harga diri... Saya punya hati... Saya juga manusia..." Ujar Rifqi sambil meneteskan air matanya.

"Mas Rifqi... Malu dong sama otot... Ini cobaan dari Allah... Mas Rifqi harus tabah... Ayo dihapus air matanya..." Bujuk Afzal.

"Makasih, bang... Cuma bang Afzal yang paling baik sama saya... Semoga bang Afzal dapat pahala besar..." Jawab Rifqi sambil mengusap air matanya.

"Hati harus sama kuat dengan badan, mas Rifqi... Masa otot gede, hati kecil..." Ucap Afzal.

"Betul, bang Zal... Saya jadi malu sama otot sendiri... Masa kekar begini tapi nangis... Hahaha... Bodoh ya..." Rifqi tertawa lucu.

"Ohh iya, kita makan bareng yuk... Biar mas Rifqi nggak maag lagi..." Ajak Afzal.

Rifqi dan Afzal pun makan di sebuah warung kecil yang murah.

"Jangan telat makan lagi, mas... Sebelum kerja sarapan dulu... Karena pasti sampai sore kerjaannya... Jaga kesehatan..." Afzal menasehati.

Rifqi sangat senang karena memiliki sahabat seperti bang Afzal. Hanya bang Afzal saja yang paling ramah dan selalu mau memberikan nasihat kepada Rifqi.

"Saya pulang dulu ya, bang Afzal! Sampai ketemu lagi besok pas kerja..." Pamit Rifqi.

"Iya, mas Rifqi... Tetap semangat ya, mas Rifqi!" Balas Afzal.

Mereka pun berpisah menuju tempat ke masing-masing. Rifqi pulang menuju ke kosnya.

"Yahh... Bulan ini nggak dapat gaji... Gimana mau bayar uang kos..." Rifqi menghela nafas.

***

Keesokan paginya, Rifqi sudah bersiap-siap untuk pergi bekerja. Seperti biasanya, Rifqi hanya memakai celana kolor warna hijau.

"Ya! Hari ini kerja keras lagi! Semoga semua lancar!"

Rifqi pun segera menuju ke tempat kerjanya. Namun kali ini, dia tidak menemukan bang Afzal. Hanya kuli lain yang sedang bekerja keras.

"Hmm? Kok bang Afzal nggak ada? Mungkin belum datang ya?" Gumam Rifqi dalam hatinya.

Rifqi bekerja keras hingga sore hari. Hari sudah siang. Entah kenapa sampai sore hari bang Afzal tetap tidak ada.

"Ehh, bang Afzal ke mana ya? Kok nggak keliatan ya seharian ini?" Tanya Rifqi pada kuli lain.

"Nggak tahu, mas Rifqi... Mungkin sakit, mas..." Jawab kuli itu.

"Bang Afzal ke mana sih? Apa benar sakit? Tapi kok nggak ada kabar sih? Ada apa ya?" Rifqi amat penasaran.

"Astaga! Jadi si Afzal nggak masuk hari ini karena... Karena... Astaghfirullah..." Ucap kuli lainnya saat membaca koran.

"Ada apa? Bang Afzal kenapa? Kok mas kelihatannya kaget banget?" Tanya Rifqi penasaran.

"Inna lillahi wa inna ilaihi roji'un... Afzal sudah meninggal, mas Rifqi... Afzal dibacok kemarin malam..." Jawab kuli itu.

Kisah Si 'Kolor Ijo'Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang