A Kookjin Fanfiction
By illeeegirl__Yoongi memasuki rumah megah bergaya arsitektur Kontemporer, dimana bahan utama interior adalah granit dan bambu. Terdapat kaca-kaca besar yang tidak terlalu dominan dengan tujuan mendapat intensitas pencahayaan natural juga menambah kesan mewah terhadap rumah itu sendiri. Terpaan sinar matahari tak begitu kuat pada kulitnya yang pucat.
Ia menyapa beberapa pekerja di rumah ini dengan senyuman tipis khasnya. Terus melanjutkan langkahnya menaiki anak tangga menuju lantai dua. Melihat dari jauh pintu berkayu jati berwarna coklat terbuka hampir setengah, ia segera membuka pintu itu dan menampakkan keadaan kamar yang sedikit kacau. Seorang laki-laki yang menekuk lututnya gemetar menarik arah pandang Yoongi.
" Biar aku yang mengurusnya, Jim. Kau minta pembantu untuk membereskan kekacauan ini saja. " Jimin lega saat Yoongi datang untuk menyelesaikan semuanya. Daritadi ia hanya bisa mengerang frustasi karena tak tahu apa yang harus dilakukan.
Jimin beranjak keluar kamar dan menuruni anak tangga, tujuannya adalah dapur. Ia mencari-cari dimana ia dapat menemukan pembantu rumah ini.
" Bibi Ahn! " seru Jimin melihat bibi Ahn lewat sambil menenteng tas belanjaan. Ia belum selesai menuruni anak tangga yang menurutnya super panjang itu kemudian menambah kecepatan langkahnya menghampiri bibi Ahn.
Bibi Ahn meletakkan beberapa persediaan makanan pada lemari dan menyimpan tas belanjanya. Menghampiri Jimin yang juga akan menghampirinya.
" Bibi, bisa kau bersihkan kamar tuanmu itu sekarang? Ah aku lelah menghadapinya. " nada bicara Jimin benar-benar frustasi sekarang.
" Akan segera saya bersihkan, apa ada pecahan kaca? " bibi Ahn bertanya untuk sekedar memastikan. Pasalnya ia tidak di rumah saat tuan mudanya mengamuk.
Jimin mengingat-ingat kembali.
" Ada pecahan gelas minumnya, bi. "
Setelah Jimin meninggalkan Yoongi, ia meraih salah satu novel yang berserakan di lantai. Membaca judul novel tersebut The Geography of Bliss karya Eric Weiner. Yoongi sejenak menatap buku lain The Art of Loving karya Erich Fromm. Semua adalah buku pemberian Yoongi. Ia memberikan buku-buku tersebut agar si pembaca sadar bahwa hidupnya masih panjang. Yoongi menatap prihatin mata orang di depannya, kosong dan seperti tidak ada gairah hidup.
Pintu kamar di ketuk oleh bibi Ahn. Yoongi mengisyaratkan bibi Ahn untuk segera membersihkan kekacauan tadi. Tujuh menit mereka berdua terdiam sementara bibi Ahn mengerjakan tugasnya. Sekarang sudah tidak ada lagi pecahan kaca atau sekedar buku yang berserakan. Yoongi mencoba mendekatkan diri pada yang lebih muda.
" Lebih baik istirahat saja. Kau pasti lelah kan karena mengamuk tadi? " Yoongi hanya mendapat gelengan pelan.
" Mau mengamuk lagi? Tapi tidak ada yang bisa kau pecahkan sekarang. Aku membelikanmu buku untuk dibaca bukan untuk dibuang. "