Chapter 4: Je Glimlach

2.6K 262 21
                                    

A Kookjin Fanfiction
By illeeegirl__

Tangannya bergerak lihai memotong jamur kancing, bibir penuhnya sesekali mengeluarkan senandung yang lirih

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Tangannya bergerak lihai memotong jamur kancing, bibir penuhnya sesekali mengeluarkan senandung yang lirih. Apron berwarna merah muda terasa aneh bagi seorang laki-laki, tapi terlihat semakin manis di tubuh Seokjin. Memasak memang keahliannya, rasanya ikut kursus memasak sebelum ia meninggalkan kampung halamannya; Gwacheon tidak sia-sia.

Selain memang diminta ibunya untuk kursus memasak karena takut jika anak semata wayangnya itu kelaparan. Dari kecil Seokjin sering membantu meski sekedar memotong-motong bahan yang akan dimasak. Tinggal sendirian di Seoul sejak bangku kuliah bukan masalah bagi Seokjin, ia bisa menyesuaikan diri dengan baik.

Seokjin mematikan kompor dan tersenyum melihat budae jjigaenya sudah siap santap. Dilepaskannya apron merah muda kesayangannya dan mengangkat panci kecil berbahan nikel tersebut ke meja makan. Hari ini ia mendapat jatah libur jadi santai adalah tujuan Seokjin hari ini.

Setelah kenyang mengisi perut, Seokjin berniat menonton televisi untuk mengusir kebosanan. Sudah dua jam Seokjin menikmati acara televisi yang itu-itu saja menurutnya. Ponselnya bergetar terdapat pesan masuk.

[ Aku di depan pintu rumahmu, kak. Hampir gila menunggumu keluar. ]

Matanya terbelalak membaca pesan dari juniornya dulu di kampus. Ia mengecilkan volume televisi dan beranjak menemui tamunya. Seokjin membuka pintu dan mendapat tatapan datar dari tamu di depannya. Seokjin hampir meledakkan tawa saat melihat ekspresi tidak elit itu.

" Makanya kalau nonton televisi jangan seperti orang sedang nonton bioskop. " hardik Hoseok pada Seokjin yang masih berkutat membuatkan Hoseok minum.

" Aku memencet bel sudah tak dapat dihitung lagi, kak. " masih dengan kekesalannya pada Seokjin yang kini meletakkan segelas jus jeruk untuknya.

" Aku yang menonton kenapa kau yang marah-marah. Lagian tumben banget kesini. Mau minta makan? "

Bantal sudah melayang pada wajah tampan nan manis Seokjin karena ulah tamunya itu.

" Mau minta jodoh saja. " Hoseok cekikikan melihat Seokjin yang hendak melemparkan bantal kembali padanya. Segera ia tepis dan berhasil terhindar dari timpukan yang lebih tua.

Keduanya sedang menonton televisi, Seokjin yang masih saja bosan dan Hoseok yang menyantap masakan Seokjin. Seokjin benar. Hoseok ke rumahnya hanya untuk makan. Tapi setidaknya Seokjin tidak sendirian, meski teman yang akrab dipanggil Hobie ini berceloteh sepanjang waktu bahkan saat ia mengunyah makanan, itu berhasil membuat hati Seokjin tidak terlalu hampa. Hoseok benar-benar seperti matahari bagi semua orang di dekatnya.

Tak sadar Seokjin terus memperhatikan Hoseok yang sibuk menyantap masakan buatannya sesekali tersenyum getir, berpikir bahwa enaknya menjadi Hoseok. Seperti tidak ada beban. Seperti tidak punya masalah. Padahal Seokjin tahu Hoseok hidup sebatang kara.

GROEF [KOOKJIN] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang