Tujuh Centimeter

27.1K 3.9K 498
                                    

Tok... Tok... Tok....

"Masuk," terdengar sahutan lugas dari dalam ruangan berkelas itu. Seperti janjinya, Taeyong harus menemui Jaehyun pada pukul sepuluh.

Lagi-lagi Taeyong dihadapkan dengan pemandangan Jaehyun yang menatap serius berkas-berkas menumpuk.

Hell—Apa ia tidak lelah dengan gunungan itu?!

"Ada apa sajangnim memanggilku kesini?" tanya Taeyong dengan lembut.

Jaehyun memalingkan wajahnya ke arah Taeyong dengan senyuman manis.

Astaga! Saking manisnya hingga membuat Taeyong merasa begitu lemas! Jantung nya pun ikut berirama disana.

Jaehyun berdiri dari kursinya sembari menggulung lengan kemeja nya; melonggarkan dasi serta membuka dua kancing teratas. Ia hanya beranjak untuk kembali duduk pada bagian depan meja kerja miliknya—tepat berhadapan pada Taeyong.

Jaehyun bersedekap kemudian berdeham kecil. "Kau harus ikut denganku ke Jeju, " tegasnya.

Bibir Taeyong melengkung kebawah mendengarnya. "Apa aku akan ditenggelamkan disana sajangnim?" tanyanya; salah tangkap dengan maksud perkataan Jaehyun.

Jaehyun menepuk jidatnya. Ia lupa jika yang ia ajak bicara ini Lee Taeyong, si pintar tapi bodoh.

"Bukan seperti maksudnya." Jaehyun gemas sekali rasanya kepada Taeyong.

"Astaga Taeyong! Apa aku terlihat seperti seorang pembunuh?!" Jaehyun berdecak kesal; sudah terlalu lelah dengan pikiran Taeyong yang terlalu pintar.

"S-sedikit, " Taeyong bercicit kecil; berharap Jaehyun tidak mendengarnya.

"APA?! JADI MAKSUDMU TAMPANGKU SEPERTI PENJAHAT?!" murka Jaehyun.

Oh sial! Kenapa Jaehyun mendengar nya sih? Padahal ia sudah berbicara sepelan mungkin dan berharap suaranya lebih kecil dari suara AC ruangan—tidak ada angin di ruangan Jaehyun, adanya udara AC.

"B-bukan begitu, sajangnim, " elak Taeyong, "Wajahmu tidak terlihat seperti itu. A-aku hanya asal berbicara barusan. Kau sangat tampan, sungguh tampan. Tidak terlihat seperti penjahat maupun pembunuh manapun. Sekalipun benar, kau adalah penjahat tertampan di dunia. Tidak-tidak pokoknya sajangnim tampan dan tidak terlihat seperti itu, jadi ... bisakah anda berhenti memelototiku?" Taeyong berbicara dengan cepat; bisa dibilang dengan kemampuan rapp nya.

Seiring ia berbicara, mata nya pun semakin ikut menutup hingga tangannya bertengger pada wajah; mencoba menghalangi pandangan nya sendiri persis seperti anak kecil yang ketakutan.

Jaehyun terkekeh kecil melihat nya. "Tenanglah, aku tidak akan memangsamu."

Taeyong sempat merenggangkan terlebih dahulu jari-jari tangannya yang masih bertengger manis. Ia mengintip sebentar melalui celah jari-jari tersebut, mencoba memastikan bahwa Jaehyun sudah tidak melemparkan tatapan tajam tadi.

Sungguh menyeramkan matanya itu! Seperti mampu menelanjangi dan qwq0membunuhnya detik itu juga.

"Jadi, untuk apa aku harus ikut ke Jeju bersama sajangnim?"

"Kau ahli giziku, " balas Jaehyun cuek; mengangkat kedua bahunya.

Matanya semakin mengerling jahil ketika melihat Taeyong yang merenggut lalu mendumalkan kalimat, "Bilang kek daritadi! Pakai melotot segala."

"Aku mendengarnya Lee Taeyong," sahut Jaehyun.

Taeyong selalu merasa heran dengan kemampuan atasannya itu. Kenapa ia selalu saja bisa mendengar suara sekecil apapun?! Oh—jangan-jangan Jaehyun itu sebenarnya vampire yang memiliki pendengaran begitu tajam.

Graduation Sweet | Jaeyong ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang