Teruntuk,
ChastityKau mungkin tidak mencintaiku, tapi aku mencintaimu.
Pengirim,
Rivalmu....Hadiah untuk emoreo, maaf jika jelek aku payah dalam nulis beginian.
Chastity pov
Hari baru, pagi baru, kegiatan baru, hampir semuanya baru. Namun, entah mengapa aku tidak merasakan apa pun. Hatiku layaknya lubang kosong, dan tidak seorangpun bisa mengisinya. Sejak kapan aku merasa begini? Sejak hari 'itu', dimana kebenaran terungkap. Kakak yang kami puji, dan kami tatap dengan bangga mengkhianati kami selama ini.
"CHASTITY!!!" teriak seorang roh. Tanpa melihat pun aku tahu siapa itu, roh yang meneriaki namaku. Roh yang mencoba menghiburku, yang mencoba mengisi kekosongan dalam hatiku. Rivalku, Lust sang hawa nafsu. Aku tidak mengerti mengapa dia ingin melakukan semua ini, yang perlu dia lakukan hanya diam saja dan biarkan aku merenung. Tanpa menunggu jawabanku, dia mendobrak pintu rumahku.
Aku menatapnya dengan tidak niat, aku tidak ingat sudah berapa lama aku menatap banyak orang seperti ini. "Halo Chas... ayo kita pergi. Tinggal di rumah yang gelap ini tidak baik untuk kesehatanmu, dan ditambah... kok rumahmu berdebu? Kau kan sang kesucian, seharusnya rumahmu bersih dong." Aku tidak menjawabnya, dia tahu alasan mengapa rumahku kotor, dan aku tinggal dalam kegelapan.
"Hey... mungkin aku tidak tahu rasanya dikhianati kakak yang aku banggakan, tapi tetap saja.... Kalian semua berubah sejak insiden itu, apakah memang sesakit itu?" Aku menatapnya dengan kesal, dan membuka mulutku. "Kau pikir... kakak yang selama ini kami banggakan, ternyata mengkhianati kami. Itu sakit yang paling besar yang pernah kami rasakan," jelasku dengan suara retak dan air mata yang mengalir di wajahku.
Dia kemudian memelukku dan mengusap punggungku, "Menangislah.... Kau sudah menahannya selama ini," bisiknya. Aku pun menangis sekencangnya di pelukannya, semua sakit yang telah kutahan selama ini seketika hilang. Butuh waktu 10 menit sampai aku baikkan, dan tetap berada di pelukannya. "Lust... lepaskan aku!!!" perintahku dengan nadaku sehari-hari.
"Gak mau... kapan pula aku dapat memeluk sang kesucian itu sendiri," ejeknya sambil memperat pelukannya. Aku menatap dia dengan picing, lalu mengambil air suci yang telah kusimpan selama ini di kantongku. Aku kemudian menyiramnya pada Lust, dan itu membuat dia melepaskanku karena berteriak kepanasan.
"Beruntung sekali... kau ada di rumahku, sekarang akan kubalaskan apa yang telah kau lakukan pada kerajaan kami," ancamku. Dia kemudian berlari secepat kilat, dan aku mengejarnya dengan segalon air suci. Ya... dia berhasil, dia berhasil mengisi kekosongan di hatiku dan membuatku dapat menjadi diri sendiri lagi. "KEMBALI KEMARI LUST!!!" teriakku.
"GAK MAU!!!! AKU GAK MAU MATI!!!!"
Kami pun main kejar-kejaran sampai matahari terbenam, bahkan sampai malam harinya. Dan hasilnya kami berdua tidak bisa bergerak karena kelelahan, "Dasar kekanakan," kataku pada Lust.
"Perusak kesenangan," balasnya.
"Mesum."
"Sucinya minta ampun."
"Gak tahu malu."
"Menyebalkan."
Kami pun tertawa ketika selesai berdebat, sudah lama aku tidak tertawa seperti ini. "Oke... ayo pulang dan bobo," katanya.
"Hey... kau gak mencuri dalamanku kan?" tanyaku dengan mata picing.
"Menurutmu?" tanyanya dengan seringai dan celana pendekku di jari telunjuknya. Aku menatapnya sementara, barulah aku berteriak. "KEMBALIKAN ITU DASAR MESUM!!!!"
"Gak mau, aku udah dapat milik sang kesucian, bisa hidup semilaneal (10 abad) lagi."
"Ya udah... aku lagi malas ngurusin dirimu, ambil aja." Dia menatapku dengan heran, barulah tersenyum jahil. "Tumben aja dirimu..." ejeknya.
"Hush... aku lelah dan pengen tidur, jadi sampai jumpa nanti," kataku sambil beranjak pergi.
Lust pov
Aku menatap kepergian Chastity dengan sendu, aku sudah memperbaiki moodnya.... Sayang... aku tidak punya waktu untuk mengatakan padanya, bahwa aku mencintainya. "Lust... apakah kau sudah selesai?" tanya sebuah suara. Aku berbalik dan menemukan seorang wanita yang tampak seperti pria. "Apakah urusanmu sudah selesai?" tanyanya.
"Aku harap demikian, sayang aku gak bisa memberitahu dia aku mencintainya."
"Kau bisa mengirim dia surat, dan berkata bahwa kau sebenarnya mencintai dia," katanya.
"Ide bagus... terima kasih kak Hum," kataku sambil memeluk wanita itu.
"Sama-sama, dan cepatlah... Witchcraft sudah menunggu kita."
Aku kemudian mengangguk dan menulis sebuah surat di apartemenku, barulah aku menyerahkannya pada Chastity. "Maafkan aku... tapi perintah Witchcraft itu absolute," kataku sebelum pergi bersama dengan Humility.
Keesokan paginya
Chastity pov
Aku bangun dengan semangat, dan mulai membereskan rumahku. Tiba-tiba saja aku melihat sebuah surat, ketika aku membuka dan membacanya aku langsung menangis. Lust... dia... adalah pion milik Witchcraft, dia mengumpulkan informasi dengan cara bersikap baik pada semua roh. Ketika amarahku sudah meluap, ada sebuah surat kecil. Tangisanku langsung pecah ketika membacanya, alasan kak Humi dan Lust mengkhianati kami tertulis dalam surat itu.
Mengapa aku bodoh? Mengapa aku tidak mengungkapkan bahwa aku mencintainya? Mengapa aku menunggu? Mengapa?
Untuk,
ChastityJika kau membaca ini berarti kau sudah membaca surat pertamaku. Aku tahu bahwa perbuatanku tidak bisa ditebus bagaimana pun juga, tapi aku memiliki alasan mengkhianati dirimu dan saudara-saudaraku.
Witchcraft memiliki alasan yang wajar untuk rencananya, alasan untuk melindungi kita semua. Selama ini... Pride dan Adjudicatelah yang membawa kita kedalam masalah. Sejak hari mereka bertemu, masalah yang bertubi-tubi banyak yang datang.
Dia mencoba melindungi kita, jadi maafkan aku yang mengkhianatimu. Aku hanya mencoba melindungimu, walaupun akan mengorbankan diriku.
Aku punya pengakuan terakhir... aku mencintaimu Chastity, walaupun kau tidak mencintaiku.
Dari,
Lust, rivalmu."Dasar kelinci bodoh... aku juga mencintaimu."
~TAMAT~
Veli : Sekian, maaf jika jelek. Aku payah dalam nulis ginian, beberapa part juga ditulis oleh kak Ro.
Victor : Oke, kami berdua ingin mengucapkan.
Ve&Vic : Selamat ulang tahun emoreo, panjang umur, sehat selalu, dan bisa terus berkarya. Maaf jika kami berbuat salah padamu selama ini.