PART 2

24 4 0
                                    

"Hellaw gais ade ape nih?" ujar seorang perempuan yang sangat kental dengan bahasa betawinya. Ia baru saja sampai dikelasnya dan disambut dengan teman-temannya yang terdiam satu sama lain.

Tak ada jawaban dari dua temannya yang ia datangi, dan itu membuat ia sedikit kesal.

"Halooo disini ada gue loh. Gue manusia loh. Kalian kenape sih? Kok raut wajahnye desih begondong? Kalo kalyan desih gue juga ikutan dah." tanyanya lagi sembari duduk di bangkunya yang berada didepan teman-temannya itu.

"Sedih, bego." sahut temannya yang kesal karena ia terus mengoceh.

"Iye-iye maap, typo nih mulut. Nape sih?"

"Ini nih si Rachel dari kemaren diem mulu. Gua bingung mau gimana. Ditanyain juga diem aja."

"Yeuu, elu aje kali yang kaga bisa ngerayu. Nih ye, kalo urusan begituan mah, Keisha jagonye." ujar gadis bernama Keisha itu dan mencoba untuk merayu Rachel.

Seketika Keisha berdiri dan meletakkan tangannya yang digenggam kepal didepan mulutnya seperti sedang memegang microphone. Ia mulai bernyanyi.

"Oh Rachel,
Kenapa kau bersedih?
Aku sayang kau.
Dia sayang kau.
Kami sayang kau.
Kalau kau masih saja bersedih,
Aku akan diam..
Terima kasih semuanya yang sudah menolehkan kepalanya ke arah saya, silahkan kembali ke aktivitas kalian:')
Kamsahamida ye.." suara cempreng yang Keisha punya membuat seluruh kelas menatapnya. Ia menyatukan kedua tangannya dan menunduk saat mengucapkan terimakasih.

"Ihh, suara lo jelek bat. Udah diem aja deh daripada lo diketawain temen-temen kalo lo nyanyi lagi." jawab temannya yang seketika malu mempunyai teman seperti Keisha.

"Heiii, wahai mbak Bailey. Suara saya ini sangat keren menandingi mbak Adele. Jadi wajar kalau saya ingin konser dadakan disini."

"Terserah lo deh, Kei. Untung lo temen gua. Kalo nggak, mungkin nih tangan udah mukul lo daritadi." ucap gadis yang bernama Bailey itu, dan hanya dijawab dengan cengiran khas dari Keisha.

"Ude kali, mbak Rachella Rosemarie. Cerita aje ame kite. Lu kenape? Wat hepen? Ar yu oke?" tanya Keisha yang sangat tidak bisa melihat temannya itu bersedih.

"Gua sih gapapa. Cuma males ngomong doang." gadis bernama Rachella itu akhirnya membuka suara.

"Yaelah, gue pikir elu kenape, si bambang."

"Lo pasti bohong. Karna baru kali ini gua liat lo males ngomong. Pasti ada sesuatu yang lo ga mau cerita ke kita. Gapapa sih, emang hak lo juga mau cerita apa nggak. Yang penting kita disini bersedia kok kalo mau dengerin curhatan lo." ucap Bailey panjang lebar. Saat Keisha ingin membuka mulutnya untuk bersuara, tiba-tiba guru yang mengajar pelajaran pertama mereka datang dan Keisha mengurungkan niatnya untuk membuka suara.

Tak lama itu, bel berbunyi yang menandakan bahwa pelajaran mereka segera dimulai. Guru pelajaran Sejarah memang suka datang lebih dulu ke kelas sebelum bel.

- - - - -

Bel istirahat berbunyi.

Rachella dan kawan-kawan segera menuju ke kantin untuk mengisi perut mereka.

Saat sampai dikantin, mereka bertemu dengan tim basket sekolah itu yang langsung menjadi pusat perhatian di kantin.

"Mereka terkenal beut ye, kapan gue bisa begitu.." ujar Keisha mengandai-andai.

"Lo bisa kok, Kei." sahut Bailey yang membuat Keisha antusias mendengarnya.

"Gimane caranye, kasi tau, buruan."

"Buat salah satu diantara mereka suka sama lo. Dan jadian sama lo. Pastinya nih, lo bakal terkenal. Setidaknya dikenal adkel lah."

"Yeuuu, itumah same aje gue pansos. Kaga kaga kaga. Ga maen gue yang begituan."

Rachella beradu dengan pikirannya. Ia membayangkan, kalau ia benar-benar jadian dengan Rava, sang most wanted sekolah itu. Ia akan dikenal adik kelas dan kakak kelasnya. Jika ia dikenal, itu akan lebih membuat kemungkinan bahwa ia akan diteror dengan kakak kelas yang dikenal sangat menyukai Rava. Yaitu, Adeeva Claretta.

Dari dulu, Adeeva memang sudah menyukai Rava, namun Rava tak pernah membalas perasaannya. Itu juga yang membuatnya kesal saat Rava sedang dekat atau pacaran dengan perempuan lain. Katanya, perempuan yang didekati Rava akan diteror oleh Adeeva dan teman gengnya, dan juga katanya Rava tidak tahu hal ini, karena Adeeva mengancam perempuan yang didekati Rava itu agar tidak memberitahu Rava, bahwa ia telah meneror mereka. Rachella tak mau menjadi korban berikutnya, jadi ia memutuskan untuk menjauhi Rava.

Saat Rachella sedang beradu dengan pikirannya, tiba-tiba seseorang datang menghampirinya.

"Hai, udah mendingan?" tanya seorang lelaki yang tiba-tiba duduk dikursi sebelah Rachella. Ya, Rava.

"Iya udah." jawab Rachella sedingin-dinginnya. Ia merasa tidak enak jika mengusir Rava secara spontan. Jadi ia memilih untuk menjawab pertanyaan Rava dengan cuek, secuek-cueknya.

Ia kembali memakan makanan yang sudah dibelinya tadi. Keisha dan Bailey sedang ke toilet, mereka bilang akan segera kembali ke kantin saat mereka sudah selesai dengan aktivitasnya.

Tapi masalahnya mereka tak kunjung kembali, itu yang membuat Rachella benar-benar tidak merasa nyaman. Bukan karena Rava yang berada disebelahnya. Tapi tatapan tidak suka dari seseorang yang mengawasinya dari kejauhan. Adeeva.

~20 Juni 2019.

- - bersambung - -

gorgeousTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang