Velin pov
Ok fix, aku udah telat kesekolah, mana aku jalan kaki lagi, sendiri lagi.
Gak bareng bang Varo? Gak, sekarang kelas 12 sedang UTS, dan jadinya bang Varo berangkat lebih awal.
Aku berlari sekuat tenaga menuju sekolah. Sekarang jam sudah menunjukan pukul 06.59 WIB yang artinya satu menit lagi bel bunyi yang menunjukan upacara akan segera dimulai dan gerbang akan ditutup.
Jarak rumahku kesekolah memang dekat, bahkan sangat dekat. Jadi kalo semisalnya abang buru buru kesekolah dan ninggalin aku, aku sering berangkat sekolah sendiri. Karena itu aku sering santai dan berangkat sekolah mendekati bel berbunyi. Untuk mengisi waktu, aku biasanya suka fangirl-an. Menonton acara musik TXT ataupun menonton acara lainnya.
Tapi kesialan menimpaku kali ini. Aku lupa kalo sekarang hari Senin dan akan upacara.
Aku terlambat!
Jam sudah menunjukan pukul 07.01 WIB. Dan aku baru nyampe disekolah.
Pintu gerbang sedang ditutup.
"Aish!" Keluhku.
Kulihat banyak siswa/siswi yang juga berlarian sepertiku. Bahkan mereka berteriak memanggil teman mereka yang menjadi petugas kedisiplinan, dan beberapa dari mereka sudah berhasil masuk kedalam sekolah.
Oh ya, petugas kedisiplinan?!
Ah, benar! Aku mempunyai seorang teman yang menjadi petugas kedisiplinan.
Aku segera menyapu pandanganku kearah petugas kedisiplinan. Dan aku menemukannya.
"Dava!"
Dia menoleh tanpa berekspresi apapun.
"Dava! Tahan dulu gerbangnya bantuin gue masuk, Davaaaa!"
Tetapi,
Pintu gerbang sudah tertutup sempurna.
Dan Dava? Cih! Dia bahkan hanya diam tidak berekspresi sama sekali.
Aku memang beberapa kali pernah terlambat, tetapi aku tidak pernah meminta bantuan dengannya.
Hanya sekali ini! Kenapa dia tidak mau membantuku?
Aku tau, Dava anak yang rajin. Lalu, apa karena aku anak yang nakal dia tidak mau membantuku?
Huft, memang benar apa yang dikatakan orang. Anak baik akan melakukan tugasnya dengan baik. Dava merupakan anak baik yang menjadi petugas kedisiplinan. Tentu saja dia akan menjalankan tugasnya dengan baik.
Dan dia tidak membantuku untuk masuk yang menandakan bahwa dia menjalankan tugasnya dengan baik.
Skip...
Setelah selesai upacara....
Sekarang aku dan kelompok anak anak yang terlambat sedang dikumpulkan didepan pintu gerbang.
Begitu pintu gerbang terbuka, aku mendengus kesal melihat sosok lelaki nyebelin, yaitu papan triplek yang sedang berjalan di belakang Pak Hardi dengan petugas kedisiplinan yang lain.
Mata kami tak sengaja bertemu, tetapi aku segera memalingkan mukaku darinya.
"Yovelina Olivia!"
Aku langsung menatap kearah depan dengan mata membulat, terkejut dengan panggilan lantang seorang guru killer yang ditakuti seluruh siswa/siswi di SMKN 24 Bandung. Pak Hardi menatapku dengan tajam, "Kamu udah kelas 2 masih aja telat? Hah?!"
"Yaelah pak, masih kelas 2, ini kok bukan kelas 3 juga."
"Kamu ikut saya! Sisanya biar petugas kedisiplinan yang urus!"
Aku hanya mengangguk pasrah dan mengekori langkah Pak Hardi yang mulai berjalan masuk kesekolah menuju ruang bk.
Skip...
Aku masuk kedalam kelas dengan perasaan jengkel. Begitu sampai di tempat dudukku, aku langsung melempar tas ranselku keatas meja dan mendudukan diriku di kursi dengan kasar.
"Pelan pelan, zheyang." Ujar teman sebangkuku yang terkejut dengan suara yang kubuat.
"Iiiihhh, gue kesel banget ih Tiaraaaaaaa."
Tiara pun tersenyum meledek, "Dihukum lebih ya ama Pak Hardi? Tadi gue liat anak anak yang telat udah masuk pas jam ke-2."
Aku berdecak, "Pak Hardi sih nggak masalah. Dah kebal gue."
"Terus kenapa kesel begini?"
Aku menatap tajam lelaki yang duduk persis di depanku, "Nih gara gara cowok sok disiplin ini!"
Tenang saja, pria itu tidak akan mendengarnya. Karena sekarang dia sedang belajar dan kedua telinganya terpasang earphone.
"Lah kok Dava?"
"Ya dia gak mau bantuin gue masuk, padahal gue udah tereak tereak manggilin dia, minta masukin gue kedalem. Tapi," geramku kemudian menghela nafas kasar. "Boro boro nolongin, mukanya ae songong banget, njir!"
Tiara terlihat terkejut. "Loh? Dava nggak bantuin? Waktu gue telat kelas 1 Dava langsung nyuruh gue masuk. Habis itu dia nyuruh besoknya jangan telat lagi. Kalo masih telat dia gak bakal bantuin masuk lagi."
Aku membelakkan mata. "Serius? Lah kok gue gak ditolongin sih? Iiihh, apaan sih ahhh?! Pilih kasih bener! Nyebelin banget tau!"
"Ekhem, aku denger loh."
Oops! Aku dan Tiara langsung tersentak kaget.
"Aku gak nolongin kamu biar kamu sadar. Kamu udah sering telat dan kamu udah kelas 2, jangan suka telat telat lagi." Ucapnya dengan pandangan masih ke bukunya tanpa menatapku.
Aku berdecak, "Iya iya yang murid teladan mah beda, gak kek gue!"
"Yaudah sih, makanya besok besok jangan telat lagi. Ke kantin kuy, laper nih gue." Ajak Tiara.
"Mager ah, gue bawa bakpau dua tuh. Kita makan itu aja dulu."
.
.
.
To be continued...

KAMU SEDANG MEMBACA
It's You
Fiksi Remaja(Ini cerita dibuat efek kegabutan aja ya, dan karena aku udah mikir mentok sama cerita sebelah, jadi mohon maaf kalo update nya jarang banget) Kamu yang mengajarkanku tentang kedisiplinan, Kamu yang mengajarkanku untuk senantiasa bersyukur, Kamu yan...