Chapter. 15

4.6K 211 4
                                    

Vote sama komen yang banyak mweheheh ♥

Pagi ini Jenice sudah terlihat kembali segar seperti biasanya. Wanita itu bersenandung kecil sambil memoleskan lipbalm di bibirnya yang sudah merah. Jenice merapikan pakaiannya yang sudah rapi, coba tebak mau kemana dia pagi ini?

"J, kau sudah siap?" Tanya Carlote yang sudah melongokkan kepalanya ke dalam kamar. Jenice berbalik badan sambil merentangkan kedua tangannya dengan lebar.

"Aku sudah siap tapi sedikit gugup," akunya jujur.

"Ayo, sarapan dulu agar tidak gugup. Ini hari pertamamu bekerja."

Jenice memang sudah mengundurkan diri dari tempat bekerjanya yang lama. Katanya bayangan Stev selalu muncul disana, padahal setiap hari bayangan pria itu selalu datang menemuinya. Carlote sendiri tidak mau mendebat keputusan yang dibuat Jenice, dia tidak berusaha menjadi orang yang terlalu menghakimi atau semacamnya. Meski mereja berdua tidak lagi bekerja di tempat yang sama, Carlote masih tetap mau membuatkan sarapan untuk mereka berdua.

"Wow, telur mata sapi dan nasi goreng." Jenice mencecap lidahnya sendiri, matanya berbinar-binar. Kedua matanya menyapu semua yang ada di meja makan, dia merasa ada yang kurang.

"C, apa kau juga merasa kalau ada yang kurang disini?"

Carlote mengangguk antusias lalu mengeluarkan sesuatu dari balik punggungnya. Wanita itu tertawa sambil menyodorkan sebotol bubuk cabe ke arah Jenice.

"Kau mencari ini, kan? Jangan berusaha berpikir kalau aku sudah mencintai makanan pedas, ya."

Jenice menyeringai kecil kemudian menarik kursi makan yang ada di depannya. Nasi goreng dan telur mata sapi ditambah bubuk cabe, benar-benar menggiurkan. Hari ini, Jenice akan mulai bekerja di salah satu perusahaan yang bergerak di bidang makanan. Memulai sesuatu yang baru dan fresh sepertinya tidak masalah.

"Omong-omong, kau pulang jam berapa di tempat bekerja yang baru ini?"

"Sekitar jam lima sore, aku sudah pulang, C." Jenice menghabiskan sarapannya dengan cepat sambil melirik jam di pergelangan tangannya. Hari pertama bekerja tidak boleh terlambat. Jenice dan Carlote berpisah saat sudah berada di depan jalan besar, Jenice juga menolak pergi bersama Carlote di satu mobil mengingat arah tempat mereka bekerja berlawanan.

Wanita berpakaian formal itu kini menatap gedung pencakar langit tempat dia akan menyerahkan waktunya bekerja disini mulai hari inu. Bosnya juga tampan, masih muda dan sepertinya masih melajang. Jenice masih sempat tertawa sendirian mengingat apa yang baru saja dia pikirkan, itukan tidak mungkin. Orang-orang semacam itu tentu saja memiliki selera yang sangat tinggi termasuk Stev.

"Oh, sial! Kau selalu dimana-mana, Stev," gerutunya kemudian melangkahkan kaki jenjangnya masuk ke dalam tempat itu.

Coba bayangkan aroma kue yang sudah menyambut hidung Jenice padahal dia masih menginjakkan kakinya di lantai dasar. Tidak bisa dibayangkan seenak apa rasa kue-kue itu kalau wanginya saja sudah seperti ini.

Perut Jenice bahkan sampai bergetar.

Sekarang, dia hanya harus menemui atasannya itu sebelum memulai hari pertamanya. Dengan semangat, Jenice menuju ke arah lift, dia pikir hanya dia sendiri yang akan menggunakan lift ini. Ternyata dia salah, ada orang lain yang juga memencet tombol agar pintu lift terbuka bersamaan dengan Jenice.

Baby, J (COMPLETE)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang